Sukses

Yang Terjadi di Otak Saat Anda Dihipnosis

Efek unik hipnosis pada otak bisa jadi cara yang ampuh untuk mengurangi rasa sakit, bahkan kini hipnosis telah menjadi pengobatan.

Liputan6.com, Jakarta Efek unik hipnosis pada otak dapat menjadi cara yang ampuh untuk mengurangi rasa sakit. Bahkan kini hipnosis telah menjadi alternatif pengobatan.

“Dihipnotis itu rasanya seperti ketika Anda begitu asyik menonton film sehingga Anda lupa sama sekali. Anda akan seperti memasuki dunia yang tak terbayangkan” kata Dr David Spiegel, profesor dan psikiater dari Stanford University School of Medicine, dilansir dari Time, Rabu (3/8/2016).

Pada 1972, Spiegel menghipnotis dirinya (self hypnosis) saat menjalani operasi bahu selama tiga jam, tanpa menggunakan obat bius. Peristiwa ini telah mengejutkan banyak orang.

“Ada sayatan dari atas ke bawah pada bahu saya, sehingga mereka memotong banyak saraf," kata Spiegel. "Aku hanya menangani rasa sakit itu sendiri."

Belajar dari pengalaman, Spiegel kemudian melakukan penelitian yang menyatakan bahwa hipnosis bisa menjadi alat yang efektif untuk mengontrol rasa sakit, mengurangi kecemasan, berhenti merokok, dan mengatasi stres, trauma. Bagaimana itu terjadi? Inilah yang kemudian diungkap oleh Spiegel bersama rekan-rekannya dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Cerebral Cortex.

"Ini bukan hanya beberapa trik aneh," kata Spiegel. "Ini cara kita menggunakan otak kita yang berbeda."

Dalam studi tersebut, Spiegel dan rekan-rekannya telah mencari sekitar 500 orang yang paling mudah disugesti. Kondisi agar mudah dihipnosis seperti IQ yang sangat stabil yang dapat diuji oleh praktisi hipnosis dalam sesi mini hipnosis selama lima menit.

Tidak semua orang dapat dengan mudah dihipnosis, tapi 2/3 orang dewasa bisa, dan orang-orang yang mudah dihipnosis cenderung lebih percaya kepada orang lain, lebih intuitif dan lebih mudah masuk dalam suasana saat menonton film atau bermain game.

"Logika bukanlah yang paling penting bagi mereka. Justru mereka cenderung gemar menggunakan imajinasi," kata Spiegel.

Akhirnya tim memilih 36 orang yang sangat mudah tersugesti dan 21 orang dengan hypnotizability rendah sebagai pembanding. Semua peserta kemudian diberi serangkaian pemindaian fMRI  (Functional magnetic resonance imaging or functional MRI) selama beberapa kondisi yang berbeda.

Tiga hal menarik yang terjadi di otak kelompok yang sangat mudah tersugesti saat sedang dihipnosis, pertama, terlihat penurunan aktivitas di cingulate anterior dorsal, bagian dari jaringan salience otak. "Ini adalah decoder konteks, bagian yang memberitahu Anda apa yang harus Anda hadirkan dan abaikan," kata Spiegel. Ini bagian dari otak, yang akan menyala ketika ada sesuatu yang dikhawatirkan, namun terlihat turun selama dihipnosis.

Perubahan kedua adalah bagian tertentu dari otak yang mulai sinkron atau terhubung satu sama lain. Bagian otak mana yang merencanakan hal-hal dan yang melaksanakan rutinitas, dorsolateral prefrontal cortex, dan insula. Bagian dari otak yang membantu mengatur fungsi tubuh, seperti meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.

“Artinya, dalam keadaan hipnosis otak mengintensifkan hubungannya dengan tubuh," imbuh Spiegel.

Ketiga, terlihat daerah otak lainnya yang kurang terhubung, ini menunjukkan lebih dari keterputusan antara wilayah perencanaan dan rutinitas, persisnya di bagian otak yang disebut korteks prefrontal dorsolateral, dan bagian dari otak yang ditandai dengan refleksi diri.

"Satu hal yang Anda lihat dalam hipnosis adalah bahwa orang cenderung melakukan sesuatu yang tidak merefleksikan kemampuan mereka seperti yang terlihat sehari-harinya," kata Spiegel. Misalnya, biasanya orang tersebut tidak mampu berbahasa Inggris, dalam kesempatan ini (terhipnosis) kemampuannya keluar.

Secara bersama-sama, perubahan ini membantu menjelaskan bagaimana hipnosis dapat memiliki efek yang kuat, termasuk menurunkan atau meredakan stres, kecemasan, rasa sakit dan meningkatkan rasa percaya diri.

Bahkan lebih dari itu, Spiegel percaya bahwa hipnosis dapat dan harus digunakan sebagai pengganti obat penghilang rasa sakit dalam banyak kasus. Bahkan Spiegel telah berhasil mempraktikannya untuk dirinya sendiri dengan metode self hypnonis.

"Sekarang ini potensi kecanduan opium sangat tinggi. Hipnosis berpotensi sebagai alternatif yang sangat berharga untuk mengobati kecanduan ini," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini