Sukses

Anak-anak Sumba Barat Daya, Paling Buruk Asupan Gizinya

Masalah utama dari kurangnya sumber air bersih hingga posyandu bawah pohon di Sumba Barat Daya, gizi buruk pun jadi akibatnya.

Liputan6.com, Jakarta Masalah utama dari kurangnya sumber air bersih hingga posyandu bawah pohon di Sumba Barat Daya, gizi buruk pun menjadi dampak yang terjadi akibat kedua masalah tersebut. Bahkan, banyak keluarga masih Buang Air Besar (BAB) Sembarangan.

Menurut data yang diterima Wahana Visi Indonesia (WVI), kecamatan Kodi, Sumba Barat Daya menduduki angka gizi buruk tertinggi dengan persentase sebesar 14,15 persen dan gizi baik terendah 83,66 persen. Di samping itu sebesar 95,51 persen keluarga masih BAB sembarangan. Sumba Barat Daya juga masih menjadi area terendah atas sumber air bersih. 

Masalah tersebut mendapat perhatian penuh atas peluncuran kampanye terbaru dari WVI untuk mengadakan kompetisi penggalangan dana, yang akan berlangsung selama 40 hari sejak 24 Maret hingga 2 Mei 2016.

"Tiga orang pemenang anak kami ikut sertakan untuk mengunjungi langsung ke Sumba Barat Daya. Kami menargetkan untuk generasi muda di Indonesia ikut serta dalam kompetisi kampanye digital ini, namun bukan berarti yang lain enggak bisa, lho...semua bisa ikut serta," pungkas Priscilla Christin, selaku Communication Director WVI.

Ini bukan kali pertamanya WVI merangkul anak dan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT). NTT yang sudah diinjak oleh WVI mulai dari Sumba Timur selama sepuluh tahun lamanya memberdayakan anak dan masyarakat di sana, juga wilayah Sumba Barat.

Sebanyak 48 kabupaten kota yang diasuh oleh WVI, sembilan kabupaten kota diantaranya berasal dari partisipasi langsung masyarakat Indonesia untuk menghidupi anak-anak di wilayah pedalaman Indonesia. Di mana para donatur yang tentunya warga negara Indonesia, setiap bulannya ikut memberikan dana kepada WVI yang disalurkan langsung kepada anak pedalaman Indonesia berbentuk program dan aktivitas.

"Kami tidak memberikan uang langsung atau uang cash, uang yang kami terima kami jadikan beberapa program atau kegiatan yang diberikan untuk anak dan masyarakat setempat. Agar semua anak dapat merasakannya, jadi bukan hanya perseorangan. Tapi, tetap ada privilege untuk anak yang didanai langsung," ungkap Natasha Roeore, selaku Media Relations WVI.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.