Sukses

Selamat Jalan Ibu Jo Seda, Sebuah Ingatan dari Atma Jaya

Senja hari di tanggal 23 Maret 2015, mendung menggelayuti Atma Jaya. Yayasan, Unika dan Rumah Sakit Atma Jaya

Liputan6.com, Jakarta "Jika seorang wanita suka mengajar dan menyukai anak-anak, biasanya ia adalah wanita yang baik” (Frans Seda)

Senja hari di tanggal 23 Maret 2015, mendung menggelayuti Atma Jaya. Yayasan, Unika dan Rumah Sakit Atma Jaya harus merelakan salah satu figur penting yang berperan besar dalam masa-masa awal pemantapan Atma Jaya pasca didirikan pada 1 Juni 1960. Almarhumah Ibu Johanna Maria Pattinaja Seda yang meninggal dunia pada usia 77 tahun adalah istri mendiang Frans Seda, tokoh perintis dan pendiri Atma Jaya.

"Atma Jaya sungguh kehilangan Ibu Jo Seda, seorang Ibu yang penuh kasih dan perhatian. Beliau adalah Ibu yang banyak berperan pada masa-masa awal Atma Jaya, khususnya dalam penggalangan dana dan rintisan beasiswa di Unika Atma Jaya. Tangan kasih beliau sungguh kami rasakan. Beliau tidak hanya mendampingi mendiang Pak Frans Seda tetapi sungguh berperan bagi Atma Jaya", ujar Prof. Dr. Ir. M.M. Lanny W. Pandjaitan, M.T., Rektor Unika Atma Jaya.

Pernikahan Ibu Jo Seda dengan mendiang Frans Seda dilaksanakan di Katedral Jakarta pada Mei 1961, setahun setelah Atma Jaya didirikan, serta berdekatan pula dengan tanggal kelahiran Ibu Jo Seda. Usai pernikahan dengan Frans Seda, serta merta Ibu Jo Seda terlibat aktif pada masa-masa awal pemantapan Atma Jaya yang masih berusia amat belia.

Atma Jaya menerima hibah lahan di Semanggi untuk pendidikan dari Presiden Soekarno. Keterlibatan Ibu Jo Seda terekam jelas dalam berbagai usaha penggalangan dana bagi pembangunan Kampus Semanggi. Ibu Jo Seda bersama dengan istri-istri perintis dan pendiri Atma Jaya lainnya tanpa kenal lelah dan pamrih mengusahakan agar cita-cita mulia tersebut tercapai. Pada akhirnya, gedung Unika Atma Jaya berdiri di Semanggi pada era 1970an. Unika Atma Jaya adalah universitas Katolik pertama di dunia yang didirikan oleh awam Katolik pada 1 Juni 1960.

Jejak keterlibatan Ibu Jo Seda lainnya yang sungguh penting dalam masa-masa awal Atma Jaya adalah rintisan pemberian Beasiswa bagi mahasiswa Unika Atma Jaya. Menurut catatan sejarah, Unika Atma Jaya telah memberikan beasiswa sejak 1972, ketika institusi ini belum selesai membangun kampus pertamanya di Semanggi. Dengan demikian, pada hakikatnya Unika Atma Jaya mengembalikan sebagian uang kuliah mahasiswa dan diterimakan kembali kepada para mahasiswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Begitu jelas refleksi konkrit semangat preferential option for the poor yang diejawantahkan para pendiri Atma Jaya ketika itu, dan hal ini dapat terjadi melalui kiprah tangan-tangan kasih Ibu Jo Seda dan istri-istri para perintis dan pendiri Atma Jaya. Tak kenal lelah dan tak kenal pamrih pula Ibu Jo Seda bersama istri-istri perintis dan pendiri Atma Jaya berperan dalam pencarian dana bagi beasiswa dan dari rumah ke rumah mengunjungi calon-calon penerima beasiswa untuk proses verifikasi.

Dalam suatu artikel yang pernah dimuat di media tentang mendiang Frans Seda, tercatat sebuah komentar Frans Seda kepada jurnalis tentang figur Ibu Jo Seda, "Jika seorang wanita suka mengajar dan menyukai anak-anak, biasanya ia adalah wanita yang baik. Apalagi ia juga tinggal di asrama bersama suster, garansilah." Demikianlah, apa yang disampaikan mendiang Frans Seda benar adanya. Ibu Jo Seda yang dahulu menjadi guru bahasa di Santa Ursula dan tinggal di asrama bersama para suster kemudian memberikan dirinya bagi begitu banyak orang, dan memberikan tangan kasihnya bagi Atma Jaya dan siapa saja yang membutuhkan penguatan.

Selamat jalan Ibu Jo Seda, semoga Ibu berbahagia, dipersatukan kembali dengan Bapak Frans Seda di dalam kedamaian abadi. Kami akan senantiasa mengenang dan meneruskan karya dan pengabdian Ibu bagi Tuhan dan Tanah Air.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini