Sukses

Makan Es Krim Tak Akan Sembuhkan Mood Jelek

Ketika mood sedang jelek, beberapa orang menganjurkan cobalah makan makanan tertentu. Namun, menurut psikolog itu mitos.

Liputan6.com, London Ketika mood sedang jelek, beberapa orang menganjurkan cobalah makan makanan tertentu seperti cokelat atau es krim. Namun, menurut psikolog itu hanya mitos.

Sebuah penelitian ingin mengungkapkan seseorang akan merasa lebih baik setelah beberapa waktu, terlepas dari makanan yang dikonsumsinya.

Pada penelitian dari University of Minnesota, responden diminta memilih makanan yang mereka pikir akan membuatnya merasa lebih baik apabila mood sedang buruk. Contohnya saja cokelat, kue, dan es krim. Mereka juga diminta memilih makanan yang disukainya. Tapi, mereka tak berpikir makanan itu akan meningkatkan suasana hatinya.

Setelah itu, responden diminta menonton video berdurasi 20 menit dengan maksud menimbulkan rasa sedih, marah, dan takut. Kemudian suasana hati responde segera dinilai tiga menit setelah menonton video.

Dalam tiga menit, responden diberikan makanan yang bisa memberikan kenyamanan, makanan yang mereka sukai atau tidak makan sama sekali.

Seperti yang diharapkan, peserta yang sebelumnya moodnya buruk usai menonton video, tiga menit kemudian suasana hatinya membaik. Itu terlepas dari apakah responden makan makanan yang membuatnya nyaman, makan makanan lain, atau tak makan sama sekali.

"Kami terkejut dengan hasilnya," kata peneliti Heather Scherschel Wagner , seorang kandidat doktor di University of Minnesota, yang mempresentasikan hasilnya dalam pertemuan yang mempresentasikan hasil di sini di Association for Psychological Science dan dilansir Livescience, Senin (26/5/2014).

Sebelum penelitian, Wagner mengatakan bahwa para ilmuwan ini meyakini bahwa ada sesuatu yang bisa menjadi makanan menenangkan. Tapi, temuan ini menunjukkan apapun yang Anda konsumsi, baik itu makanan yang menenangkan atau tak makan apapun pada akhirnya akan membuat Anda merasa lebih baik.

"Pada dasarnya makanan yang membuat nyaman tak bisa mempercepat proses penyembuhan," kata Wagner.

Wagner menjelaskan, dengan penelitiannya menunjukkan orang mungkin tak terbantu dengan beralih ke makanan tak sehat, tinggi kalori dan lemak ketika sedang buruk suasana hatinya. "Orang bisa mengembangkan kebiasaan yang sangat tak sehat, di mana mereka segera meraih makanan lezat ketika sedih," kata Wagner.

Namun, penelitian ini dilakukan di laboratorium sehingga mungkin tak berlaku pada stres yang dialami di dunia nyata. Peneliti berencana melakukan penelitian lain untuk melihat apakah makanan untuk kenyamanan bisa membantu orang dari tekanan sosial.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.