Liputan6.com, Moskow - Dinas Keamanan Federal Rusia pada hari Jumat (13/9/2024) menuduh enam diplomat Inggris melakukan mata-mata. Keputusan pun telah dibuat untuk mencabut akreditasi mereka.
Televisi pemerintah Rusia mengutip seorang pejabat dari dinas keamanan yang dikenal sebagai FSB yang mengatakan bahwa mereka akan diusir. Pengusiran terjadi saat Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengunjungi Washington untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Joe Biden.
Baca Juga
12 Desember 1988: 35 Orang Tewas dalam Kecelakaan Kereta Api di Clapham London
Pengakuan Mantan Presiden Reuven Rivlin: Ratu Elizabeth II Menutup Pintu Istana Buckingham untuk Pejabat Israel
Lewat Breaking Barriers, Inggris dan Indonesia Bantu Penyandang Disabilitas hingga Kelompok di Daerah Terpencil
Dalam perjalanannya ke Amerika Serikat (AS), Starmer menuturkan bahwa Inggris tidak menginginkan konflik dengan Rusia.
Advertisement
"Rusia memulai konflik ini. Rusia menginvasi Ukraina secara ilegal. Rusia dapat segera mengakhiri konflik ini," ujar Starmer seperti dilansir AP.
"Ukraina memiliki hak untuk membela diri dan kami jelas telah sepenuhnya mendukung hak Ukraina untuk membela diri — kami menyediakan kemampuan pelatihan, seperti yang Anda ketahui. Namun, kami tidak menginginkan konflik dengan Rusia — itu sama sekali bukan niat kami."
FSB mengatakan telah menerima dokumen yang menunjukkan bahwa para diplomat dikirim ke Rusia oleh sebuah divisi dari Kementerian Luar Negeri Inggris yang tugas utamanya adalah untuk menimbulkan kekalahan strategis Rusia dan bahwa mereka terlibat dalam kegiatan pengumpulan intelijen dan subversif.
"Berdasarkan dokumen-dokumen ini dan sebagai tanggapan atas berbagai langkah tidak bersahabat oleh London, Kementerian Luar Negeri Rusia mencabut akreditasi para diplomat tersebut," kata FSB, tanpa mengidentifikasi mereka.
FSB memperingatkan bahwa jika diplomat lain ditemukan melakukan tindakan serupa maka mereka akan menuntut penghentian lebih awal misi yang bersangkutan ke Rusia.
Makin Sering Terjadi
Televisi pemerintah Rusia mengatakan dalam laporannya bahwa keenam diplomat Inggris tersebut telah bertemu dengan media independen dan kelompok-kelompok hak asasi manusia yang telah dinyatakan sebagai "agen asing" — sebuah label yang secara aktif digunakan oleh otoritas Rusia terhadap organisasi dan individu yang kritis terhadap Kremlin.
Kedutaan Besar Inggris di Moskow tidak segera menanggapi permintaan komentar. Belum ada pernyataan langsung pula dari Kementerian Luar Negeri Inggris.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, "Kami sepenuhnya setuju dengan penilaian aktivitas para diplomat Inggris yang diungkapkan oleh FSB Rusia. Kedutaan Besar Inggris telah melampaui batas yang ditetapkan oleh Konvensi Wina."
Zakharova menekankan bahwa keenam diplomat Inggris melakukan tindakan subversif yang bertujuan untuk merugikan Rusia.
Pengusiran diplomat — baik diplomat Barat yang bekerja di Rusia maupun diplomat Rusia yang bekerja di negara-negara Barat — semakin umum terjadi sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Stasiun berita Rusia RBC tahun lalu menghitung bahwa negara-negara Barat dan Jepang mengusir total 670 diplomat Rusia antara awal 2022 dan Oktober 2023, sementara Moskow mengusir 346 diplomat sebagai tanggapan. Menurut RBC, jumlah tersebut lebih banyak daripada gabungan 20 tahun sebelumnya.
Pada bulan Mei, Inggris mengusir atase pertahanan Rusia di London, menuduhnya sebagai perwira intelijen yang tidak dideklarasikan dan menutup beberapa properti diplomatik Rusia di Inggris yang disebutnya digunakan untuk memata-matai.
Advertisement