Sukses

Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Tahanan Rumah Akibat Gelombang Panas, Suhu Capai 39 Derajat Celcius

Berita pemindahan Aung San Suu Kyi mengemuka ketika militer Myanmar juga mengampuni 3.000 tahanan untuk memperingati libur tradisional Tahun Baru pada tahun ini.

Liputan6.com, Naypyidaw - Mantan pemimpin Myanmar dan peraih Nobel Aung San Suu Kyi yang dipenjara telah dipindahkan dari penjara ke tahanan rumah sebagai tindakan kesehatan di tengah heat wave atau gelombang panas yang parah, kata militer.

Mayor Jenderal Zaw Min Tun mengatakan kepada media asing pada Selasa 16 April 2024 bahwa Aung San Suu Kyi dan presiden pemerintahannya yang digulingkan, Win Myint, termasuk di antara tahanan lanjut usia (lansia) dan lemah yang dipindahkan dari penjara.

"Karena cuacanya sangat panas, hal ini tidak hanya terjadi pada Aung San Suu Kyi… Bagi semua orang yang membutuhkan tindakan pencegahan, terutama tahanan lanjut usia, kami berupaya melindungi mereka dari heatstroke (sengatan panas)," kata Mayor Jenderal Zaw Min Tun seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (17/4/2024).

Aung San Suu Kyi yang berusia 78 tahun, telah dipenjara oleh militer Myanmar sejak mereka menggulingkan pemerintahannya melalui kudeta pada tahun 2021. Dia telah menjalani hukuman penjara 27 tahun di Naypyidaw atas berbagai tuduhan kriminal yang menurut para pendukungnya dan kelompok hak asasi manusia dibuat-buat karena alasan politik. Adapun Win Myint menjalani hukuman penjara delapan tahun di Taungoo di Wilayah Bago Myanmar.

Departemen meteorologi Myanmar mengatakan Naypyidaw mengalami suhu 39 derajat Celcius (102,2 derajat Fahrenheit) pada hari Selasa (17/4).

Zaw Min Tun tidak mengatakan ke mana para tahanan yang dibebaskan itu akan dipindahkan. Sebelum dipenjara, Aung San Suu Kyi dikabarkan ditahan di rumah persembunyian di dalam pangkalan militer.

Pada bulan Februari, putra Aung San Suu Kyi, Kim Aris, mengatakan bahwa dia ditahan di sel isolasi dan dia dalam semangat yang baik "meskipun kesehatannya tidak sebaik di masa lalu".

Aris sebelumnya mengatakan kabar ibunya dijadikan tahanan rumah pada Juli tahun lalu tidak benar. Saat itu, ia menyebut laporan tersebut sebagai "disinformasi" yang disebarluaskan oleh militer untuk menenangkan komunitas internasional.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pembebasan Aung San Suu Kyi

Banyak negara di dunia yang menyerukan pembebasan tanpa syarat terhadap Aung San Suu Kyi dan ribuan tahanan politik lainnya. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris, telah menjatuhkan sanksi terhadap militer negara Asia Tenggara tersebut.

Tiga tahun sejak kudeta, militer Myanmar menghadapi tantangan terbesar dalam pemerintahannya ketika gerakan perlawanan bersenjata, yang bersekutu dengan National Unity Government (NUG) atau Pemerintah Persatuan Nasional yang dibentuk oleh politisi yang bersekutu dengan Aung San Suu Kyi, mengumpulkan kekuatan di beberapa bidang.

Juru bicara NUG pada hari Selasa (17/4) menyerukan pembebasan tanpa syarat Aung San Suu Kyi dan Win Myint.

"Memindahkan mereka dari penjara ke rumah adalah hal yang baik, karena rumah lebih baik daripada penjara," kata juru bicara Kyaw Zaw kepada kantor berita Reuters pada Selasa malam.

"Namun, mereka harus dibebaskan tanpa syarat. Mereka harus bertanggung jawab penuh atas kesehatan dan keamanan Aung San Suu Kyi dan U Win Myint."

3 dari 4 halaman

Pemindahan Aung San Suu Kyi dan Amnesti Massal 3.000 Tahanan

Berita tentang pemindahan Aung San Suu Kyi muncul, ketika militer juga memberikan amnesti bagi lebih dari 3.000 tahanan untuk memperingati liburan tradisional Tahun Baru Thingyan minggu ini.

Kendati demikian belum jelas apakah mereka yang dibebaskan termasuk aktivis pro-demokrasi dan tahanan politik yang ditangkap karena memprotes pemerintahan tentara.

MRTV yang dikelola pemerintah mengatakan bahwa ketua dewan militer yang berkuasa, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, telah memberikan pengampunan kepada 3.303 tahanan, termasuk 28 orang asing yang akan dideportasi dari Myanmar. Dia juga mengurangi hukuman bagi orang lain.

Amnesti massal pada hari libur bukanlah hal yang aneh di Myanmar.

Assistance Association for Political Prisoners (AAPP)/Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik yang telah memantau tindakan keras pasca-kudeta, mengatakan dalam pembaruan terbarunya pada tanggal 12 April bahwa sekitar 20.351 orang ditahan karena menentang militer.

4 dari 4 halaman

Putra Aung San Suu Kyi Ungkap Nyawa Sang Ibu Terancam Karena Penyakit Gusi Sangat Serius

Sebelumnya, nyawa Aung San Suu Kyi (78) dikabarkan mungkin dalam bahaya karena dia mengidap penyakit gusi yang sangat serius, sehingga kesulitan makan setelah lebih dari dua tahun dipenjara. Peringatan tersebut disampaikan oleh putranya, Kim Aris, yang mengaku bahwa dia tidak berdaya untuk membantu ibunya.

Menurut Kim Aris, Aung San Suu Kyi belum diizinkan bertemu dokter meskipun dia sempat tidak bisa jalan, menderita muntah-muntah, dan pusing serta kemungkinan mengalami masalah dengan gigi bungsunya.

 "Tidak ada orang di luar penjara yang pernah melihatnya sejak lama. Dan sekarang tidak bisa makan membahayakan nyawanya. Mengingat banyaknya orang yang kehilangan nyawa di penjara Myanmar maka hal ini sangat memprihatinkan," ujar Kim Aris yang menetap di Inggris, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (9/9/2023).

Sebagai tanda betapa seriusnya kondisinya, sebut Kim Aris, petugas di penjara tempat dia ditahan meminta perawatan medis. Namun, hal itu ditolak oleh junta militer Myanmar.

"Permintaan perawatan medis mendesak oleh otoritas penjara sendiri telah ditolak oleh militer," tutur Kim Aris.

"Dari apa yang saya dengar dia tidak bisa makan karena penyakit gusi dan mungkin memiliki masalah gigi bungsu dan pernah tidak bisa berjalan. Mengingat usianya, hal ini disertai dengan muntah-muntah dan pusing, menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kesehatannya secara keseluruhan."

Kim Aris, yang saat remaja menerima hadiah Nobel perdamaian untuk ibunya yang dipenjara, belum dapat menghubungi ibunya dengan cara apapun sejak dia ditahan junta militer Myanmar pada Februari 2021, ketika pemerintahannya yang dipilih secara demokratis digulingkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.