Sukses

5 Alasan Manusia Sulit Bermukim di Bulan

Meski teknologi manusia semakin maju, menjadikan Bulan sebagai tempat tinggal baru masih sulit direalisasikan.

Liputan6.com, Jakarta - Bulan merupakan satu-satunya satelit alami yang dimiliki Bumi. Satelit ini bergerak secara aktif mengelilingi Bumi.

Para astronom kerap menjadikan Bulan objek penelitian, bahkan kerap dikunjungi para peneliti karena jaraknya dekat dari Bumi. Tak heran jika Bulan disebut-sebut akan menjadi tempat tinggal baru manusia.

Meski teknologi manusia semakin maju, menjadikan Bulan sebagai tempat tinggal baru masih sulit direalisasikan. Melansir laman Fokus Space pada Senin (25/03/2024), berikut sederet alasan manusia sulit bermukim di Bulan.

1. Gaya Gravitasi Lemah

Perlu dipahami bahwa setiap gravitasi yang dimiliki planet atau bintang bisa berbeda-beda, termasuk antara bumi dan bulan. Keduanya memiliki perbedaan gravitasi yang cukup signifikan dan hal ini pulalah yang bisa menyebabkan masalah.

Gravitasi yang dimiliki bulan hanya sekitar 1/6 m/s kuadrat atau bisa dikatakan lebih lemah dibandingkan dengan gravitasi bumi. Dampak hal ini adalah sulitnya manusia untuk berjalan secara normal layaknya di bumi.

Ada kemungkinan bagi manusia untuk turut melayang di udara, sehingga memerlukan pemberat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Suhu Ekstrem

2. Suhu Ekstrem

Bulan tidaklah seperti bumi yang memiliki suhu stabil dan dapat ditinggali manusia dengan aman. Nyatanya kondisi bulan justru cenderung ekstrem dengan suhunya yang jelas berbahaya dan dapat memberikan efek tersendiri.

Disebutkan bahwa bulan mengalami 14 hari periode siang hari dengan suhu 120 derajat selisus. Melansir laman NASA pada Senin (25/03/2024)bulan juga mengalami periode malam hari selama 14 hari dengan suhu -130 derajat selsius.

Pada bagian kutub bulan justru biasanya akan jauh lebih dingin. Hal ini lah yang menjadi alasan manusia akan sulit tinggal secara natural di sana, sehingga tentu memerlukan pakaian khusus untuk menyesuaikan suhunya.

3. Tak Memungkinkan untuk Bertanam

Bercocok tanam dan berburu merupakan salah satu cara manusia bertahan hidup. Namun, jelas saja berburu tidak akan bisa dilakukan di bulan, sehingga satu-satunya cara adalah dengan bercocok tanam.

Meski demikian, kenyataannya bercocok tanam di Bulan jelas tidak semudah seperti di bumi. Durasi siang hari di bulan yang jika dikonversikan pada waktu bumi bisa mencapai 30 hari.

Maka para peneliti memperkirakan akan sulit untuk tanaman dapat tumbuh di sana. Satu-satu hal yang bisa dipikirkan ilmuan dalam mengatasinya adalah dengan mengakali kondisi tempat bercocok tanam.

Tanaman tak terus menerus menerima paparan sinar matahari yang bisa menyulitkannya untuk tumbuh.

 

3 dari 3 halaman

Rentan Tertabrak Meteroid

4. Rentan Tertabrak Meteroid

Bulan tidak seperti bumi yang secara alami memiliki lapisan atmosfernya tersendiri. Bulan justru tampak kosong sebab tak memiliki lapisan atmosfer yang dapat melindunginya dari hantaman benda langit, seperti meteorid.

Sebab tak memiliki lapisan atmosfer, Bulan lebih beresiko terkena hantaman meteor. Para astronom memperkirakan Bulan tertabrak meteorid sekitar 2 hingga 3 bulan sekali.

Biasanya hantaman yang dimaksud juga tak terlalu besar, namun dampaknya bisa tetap berbahaya. Sebab ketiadaan atmosfer yang dapat melindungi bulan.

Maka bisa dibayangkan bila manusia memaksakan hidup di bulan, maka setiap harinya akan dikhawatirkan dengan risiko hantaman meteor yang mungkin terjadi.

5. Paparan Radiasi Kosmik

Selain ancaman tertabrak meteroid setiap harinya, manusia yang tinggal di Bulan tak luput dari ancaman paparan radiasi kosmik. Tidak ada lapisan atmosfer di Bulan menyebabkan ancama radiasi akan langsung mengenai manusia yang bermukim di Bulan.

Melansir Space pada Senin (25/03/2024), nyatanya para astronot yang menjelajahi bulan ternyata harus siap menghadapi paparan radiasi matahari lebih dari 60 microsieverts radiasi perjamnya. Angka tersebut bahkan jauh lebih tinggi dari apa yang dialami manusia di bumi, sehingga risiko terhadap kesehatan jelas akan jauh lebih berbahaya.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.