Sukses

5 Fakta Menarik Komet, Salah Satunya Berbau Busuk

Para ilmuwan memperkirakan ada lebih dari 10 miliar komet di luar angkasa. Seperti anggota tata surya lainya, komet bergerak mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk elips atau lonjong.

Liputan6.com, Jakarta - Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan orbit berbentuk elips. Komet sering disebut sebagai bintang berekor, meskipun komet bukanlah bintang.

Para ilmuwan memperkirakan ada lebih dari 10 miliar komet di luar angkasa. Seperti anggota tata surya lainya, komet bergerak mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk elips atau lonjong.

Di balik penampakannya yang indah, berikut fakta komet yang dikutip dari laman NASA Space Place pada Rabu (06/04/2024).

1. Asal-usul komet

Nama komet berasal dari bahasa Yunani, “kometes”, berarti rambut panjang. Orang Jawa menyebut komet sebagai “lintang kemukus” karena memiliki ekor seperti kukusan.

Komet terbentuk dari campuran es, debu, dan batuan yang membentuk sebuah benda langit. Proses terbentuknya komet dimulai di awan debu dan gas raksasa yang ada di luar angkasa yang disebut nebula.

Di dalam nebula ini, gravitasi mulai bekerja untuk menarik materi yang ada ke dalam satu titik. Proses ini dikenal sebagai gravitasi runtuh. Ketika materi ini berkumpul dalam satu titik yang padat, disebut inti komet.

Ukuran komet dapat mencapai beberapa kilometer. Ketika inti komet terbentuk, pergerakan planet-planet dalam tata surya bisa mengganggu jalur inti dan mengirimnya ke orbit yang sangat panjang.

Hal inilah yang menjadi awal perjalanan komet melalui ruang angkasa.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Orbit Komet

2. Perjalanan orbit komet

Setelah inti komet terlempar ke orbit yang ekstrem, mereka menjadi bagian dari kategori komet periodik atau non-periodik. Komet periodik adalah komet yang kembali ke tata surya bagian dalam dalam jangka waktu tertentu, seperti komet Halley yang muncul sekali setiap 76 tahun.

Sementara itu, komet non-periodik adalah komet yang datang sekali dan tidak diketahui kapan akan muncul lagi. Saat komet mendekati matahari, pemanasan dari radiasi matahari menyebabkan es di inti komet menguap.

Proses ini menciptakan koma, lapisan kabut yang mengelilingi inti. Cahaya matahari membuat koma ini bersinar, memberikan tampilan yang menarik bagi pengamat di Bumi.

Selain itu, tekanan sinar matahari dan partikel angin matahari membentuk ekor komet yang panjang yang selalu menghadap jauh dari Matahari.

 

3 dari 4 halaman

Bau Busuk

3. Komet berbau busuk

Inti komet terdiri dari es air, amonia, metana, dan bahan kimia beku lainnya yang terjebak di dalamnya. Saat komet mendekati Matahari, zat yang terkandung dalam komet akan mulai keluar menjadi gas karena panas yang didapat.

Wahana antariksa Philae Rosetta milik Badan Antariksa Eropa menganalisis susunan kimia komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Kandungan amonia dan metana dari dalam komet akan mengeluarkan bau yang sangat menyengat.

4. Membawa rahasia alam semesta

Komet selalu menjadi daya tarik khusus bagi para peneliti astronomi. Komet memberikan wawasan tentang asal-usul tata surya.

Sebagai sisa-sisa materi pembentuk tata surya, komposisi komet mencerminkan kondisi awal tata surya dan bahan yang digunakan dalam proses pembentukannya. Dalam komponen es yang ada di dalam inti komet, peneliti dapat mempelajari lebih lanjut tentang kondisi lingkungan dan komposisi materi di tata surya awal.

Komet juga merupakan benda langit yang menarik karena mereka membawa informasi tentang kondisi lingkungan dan evolusi di luar tata surya. Beberapa komet berasal dari Sabuk Kuiper, wilayah di luar orbit Neptunus yang kaya akan benda-benda beku.

Studi terhadap komet yang berasal dari Sabuk Kuiper dapat memberikan wawasan tentang kondisi dan perubahan yang terjadi di bagian terluar tata surya.

 

4 dari 4 halaman

Berbahaya

5. Berbahaya bagi bumi

Komet berpotensi menabrak bumi. Bahkan sebenarnya ada komet yang pernah menabrak Bumi dan jatuh di Gurun Sahara sekitar 28 juta tahun yang lalu.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kerikil kecil yang ditemukan di Gurun Sahara yang berasal dari inti es komet. Pada 2011, para ilmuwan juga menemukan bahwa air yang terkandung di dalam komet memiliki unsur yang mirip dengan air di lautan Bumi.

Hal ini menunjukkan bahwa komet mungkin pernah membawa air ke Bumi miliaran tahun lalu.

6. Menghasilkan hujan meteor

Saat mengorbit Matahari, komet akan melepaskan batu-batuan kecil yang membentuk seperti jejak debu. Saat Bumi mengorbit Matahari dan melewati jejak debu ini, manusia akan menyaksikan hujan meteor.

Misalnya hujan meteor Lyrid yang berasal dari sisa debu komet Thatcher, hujan meteor Eta Aquariid dari sisa debu komet Halley, dan lain-lain.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.