Sukses

AS Desak Israel Selesaikan Penyelidikan atas Pembunuhan Wartawan di Lebanon

Menlu AS Antony Blinken mengatakan pada Kamis (7/12/2023) bahwa penting dan pantas bagi Israel untuk menyelidiki secara menyeluruh serangan 13 Oktober di Lebanon selatan.

Liputan6.com, Washington, DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mendesak Israel menyimpulkan dan merilis temuan penyelidikan atas serangan artileri yang menewaskan seorang jurnalis dan melukai enam lainnya di Lebanon.

Blinken mengatakan pada Kamis (7/12/2023) bahwa penting dan pantas bagi Israel untuk menyelidiki secara menyeluruh serangan 13 Oktober di Lebanon selatan.

"Pemahaman saya adalah bahwa Israel telah memulai penyelidikan semacam itu dan penting untuk memastikan bahwa penyelidikan tersebut sampai pada kesimpulan dan untuk melihat hasil dari penyelidikan tersebut," kata Blinken seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (8/12).

Blinken dalam kesempatan yang sama menggarisbawahi dia memiliki "kekaguman yang luar biasa" terhadap wartawan yang bekerja di wilayah berbahaya di seluruh dunia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Israel Dinilai Bertanggungjawab

Pernyataan Blinken muncul setelah penyelidikan terpisah oleh Human Rights Watch dan Amnesty International serta kantor berita Reuters dan AFP menemukan bahwa tank Israel bertanggung jawab atas serangan 13 Oktober di Lebanon selatan.

Serangan tersebut menewaskan wartawan Reuters Issam Abdallah dan melukai enam jurnalis lainnya, termasuk juru kamera Al Jazeera Elie Brakhia dan reporter Carmen Joukhadar.

Militer Israel mengatakan pihaknya sedang meninjau situasi serangan tersebut, namun belum merilis temuan apa pun dari penyelidikannya.

3 dari 3 halaman

Kejahatan Perang

Human Rights Watch mengatakan dalam laporannya pada Kamis bahwa serangan tersebut tampaknya disengaja dan, oleh karena itu, merupakan kejahatan perang.

"Keterangan para saksi dan bukti video dan foto yang diverifikasi oleh Human Rights Watch menunjukkan bahwa para jurnalis tersebut tidak terlibat dalam permusuhan yang sedang berlangsung, dengan jelas dapat diidentifikasi sebagai anggota media, dan telah diam selama setidaknya 75 menit sebelum mereka terkena dua serangan berturut-turut," kata Human Rights Watch.

"Human Rights Watch tidak menemukan bukti adanya sasaran militer di dekat lokasi para jurnalis."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini