Sukses

Erdogan Pilih Minum Teh Ketimbang Bertemu Menlu AS Antony Blinken di Turki

Erdogan tak repot-repot sambut Menlu AS Antony Blinken.

Liputan6.com, Ayder - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak mau repot-repot bertemu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam kunjungannya ke ibu kota Ankara. Erdogan memilih minum teh saja di daerah Laut Hitam.

Pada Senin (6/11), Presiden Recep Tayyip Erdogan update status di X (Twitter) ketika Menlu Blinken sedang berkunjung ke Turki untuk mencari dukungan terkait perang Hamas vs. Israel. Erdogan tampak ngeteh bareng warga lokal di Ayder, lokasi yang hijau dan tentram di kawasan dataran tinggi Laut Hitam. 

Erdogan yang memakai jas tampai santai dikelilingi beberapa ibu-ibu dengan pakaian tradisional. 

Di Ankara, Menlu AS Antony Blinken bertemu dengan Menlu Turki Hakan Fidan.

Menurut laporan Middle East Monitor, Selasa (7/11/2023), percakapan antara Blinken dan Hidan berlangsung lebih dari dua setengah jam. Tak ada konferensi pers usai pertemuan mereka. 

Sejumlah sumber menyebut pertemuan keduanya berlangsung "konstruktif dan positif". 

Meski Erdogan memilih ngeteh ketimbang bertemu Blinken, seorang pejabat Turki menegaskan bahwa Blinken memang dijadwalkan bertemu Fidan saja. Middle East Monitor mencatat bahwa selama puluhan tahun Erdogan biasanya menyambut kedatangan menlu AS. Pada Februari lalu, Blinken juga datang ke Ankara dan bertemu Erdogan.

Posisi AS dan Turki sangat berbeda di tengah perang Hamas vs Israel. Turki menegaskan dukungan ke perlawanan Hamas, sementara AS menyebut Hamas sebagai kelompok teroris.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Afrika Selatan dan Chad Panggil Pulang Dubesnya di Tel Aviv

Sebelumnya dilaporkan, Afrika Selatan dan Chad mengumumkan bahwa mereka memanggil pulang diplomatnya dari Israel untuk berkonsultasi. Langkah tersebut diambil dalam menanggapi perang Hamas Vs Israel.

"Pemerintah Afrika Selatan telah memutuskan untuk menarik semua diplomatnya di Tel Aviv untuk berkonsultasi," kata menteri kabinet Khumbudzo Ntshavheni pada Senin (6/11/2023).

Pemerintah Afrika Selatan mengatakan kepada CNN bahwa bahwa ada tiga diplomatnya di Israel yang akan dipanggil pulang.

"Kabinet juga mencatat pernyataan meremehkan yang terus-menerus dari duta besar Israel untuk Afrika Selatan mengenai mereka yang menentang kekejaman dan genosida pemerintah Israel," kata Ntshavheni.

"Genosida yang diawasi oleh komunitas internasional tidak dapat ditoleransi."

Duta Besar Israel untuk Afrika Selatan Eliav Belotserkovsky dilaporkan sering tampil di media Afrika Selatan, termasuk lembaga penyiaran publik, dalam beberapa pekan terakhir.

Pada Maret, parlemen Afrika Selatan telah lebih dulu mengeluarkan resolusi untuk menurunkan hubungan dengan Israel.

Teranyar, pemerintah Afrika Selatan sangat mengecam operasi militer Israel di Gaza.

Dalam pernyataan media pada 4 November, Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan mengatakan, "Adalah kejahatan perang bagi Israel jika secara langsung menargetkan warga sipil Palestina di rumah sakit, ambulans, sekolah, gedung apartemen, dan di mobil pribadi mereka."

Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan pun mengulangi seruannya untuk gencatan senjata segera.

3 dari 4 halaman

PM Palestina Menangis Ceritakan Anak dan Perempuan di Gaza Tewas Diserang Israel

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menangis saat sesi pembukaan rapat kabinet di Ramallah, Tepi Barat pada 6 November 2023.

Mohammad Shtayyeh tak kuasa menahan tangis ketika ia berbicara tentang anak-anak Gaza.

"Anak-anak menulis nama mereka di tubuhnya. Sehingga jenazah mereka bisa teridentifikasi," kata Mohammad Shtayyeh, dikutip dari The Washington Post, Selasa (7/11/2023).

"Ibu tiga anak yang tertimbun reruntuhan menceritakan kepada anak-anaknya. Biarkan aku melihatmu, meskipun... (jeda menangis)... ampunilah jiwa para syuhada dan aib para penjahat," kata Mohammad Shtayyeh.

Video viral PM Palestina ini bahkan sudah dipublikasi oleh banyak media besar. Sebut saja Sky News dalam video berjudul: Israel-Hamas war: Palestinian prime minister cries in cabinet meeting retelling story of a mother killed in Gaza.

Ada juga media Reuters memberi judul: Palestinian PM in tears over Gaza at cabinet opening.

Hingga media Rusia bernama TRT World yang menulis judul: Palestinian PM bursts into tears during speech.

Sementara itu, Gaza mengalami pemadaman komunikasi total ketiga sejak dimulainya perang pada 7 Oktober. Militer Israel pada Minggu (5/11/2023) malam mengumumkan mereka mengepung Kota Gaza dan membaginya menjadi dua.

"Saat ini ada Gaza Utara dan Gaza Selatan," ujar juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dilansir AP, Senin (6/11).

Dia menyebut pembagian ini merupakan tahapan penting dalam perang Hamas Vs Israel. Media Israel melaporkan bahwa pasukan Israel diperkirakan akan memasuki Kota Gaza dalam waktu 48 jam.

4 dari 4 halaman

Pemadaman Komunikasi di Gaza

Padamnya komunikasi di Gaza, yang dilaporkan oleh kelompok advokasi akses internet netBlocks.org dan dikonfirmasi oleh perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel, semakin mempersulit penyampaian kabar terbaru terkait serangan militer Israel.

"Kami kehilangan komunikasi dengan sebagian besar anggota tim UNRWA," ungkap juru bicara Badan PBB untuk Pengungsi Palestina Juliette Touma.

Pemadaman komunikasi pertama di Gaza sejak 7 Oktober berlangsung selama 36 jam dan yang kedua terjadi selama beberapa jam.

Pada Minggu, pesawat-pesawat tempur Israel dilaporkan menyerang dua kamp pengungsi di Gaza tengah. Otoritas kesehatan Gaza menyatakan bahwa serangan menewaskan sedikitnya 53 orang dan melukai puluhan lainnya.

Serangan udara yang menghantam kamp pengungsi Maghazi menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai 34 lainnya. Kamp tersebut berada di zona di mana militer Israel mendesak warga sipil Palestina mencari perlindungan.

Seorang reporter AP di rumah sakit terdekat melihat delapan anak tewas, termasuk seorang bayi, dibawa ke rumah sakit setelah serangan tersebut. Seorang anak yang selamat digiring menyusuri koridor, pakaiannya tertutup debu.

Arafat Abu Mashaia, yang tinggal di kamp tersebut, mengatakan serangan udara Israel meratakan beberapa rumah bertingkat di mana orang-orang yang terpaksa keluar dari wilayah lain di Gaza berlindung.

"Itu benar-benar pembantaian," kata dia. "Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai. Saya menantang siapapun yang mengatakan ada perlawanan (pejuang) di sini."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.