Sukses

Laut Baltik Hadapi Tantangan Serius Akibat Perubahan Iklim dan Menurunnya Keanekaragaman Hayati

Laut Baltik sedang menghadapi masalah serius akibat perubahan iklim dan penurunan keanekaragaman hayati.

Liputan6.com, Stockholm - Laut Baltik sedang menghadapi masalah serius akibat perubahan iklim dan penurunan keanekaragaman hayati. Sebuah laporan menyebutkan bahwa penjaga pantai Swedia tengah berjuang untuk mengatasi dampak tumpahan minyak di pantai selatan negara tersebut.

Pada Selasa 31 Oktober 2023, dalam audit yang dilakukan oleh para ahli dari Baltic Marine Environment Protection Commission (Helcom), disampaikan bahwa dari tahun 2016 hingga 2021, kesehatan perairan mengalami sedikit atau bahkan tidak ada peningkatan yang signifikan.

Laporan tersebut, melansir dari The Guardian, Sabtu (4/11/2023), mendapati bahwa bahwa populasi ikan berada pada tingkat yang sangat rendah, sementara polusi, penggunaan lahan, dan eksploitasi sumber daya masih terus menekan ekosistem laut.

Sebelumnya pada Senin 30 Oktober, penjaga pantai Swedia berhasil mengekstraksi sekitar 20 meter kubik minyak dari Laut Baltik, sehingga jumlah totalnya menjadi sekitar 50 meter kubik. Hal ini terjadi setelah kapal feri Marco Polo mengalami tiga kali kecelakaan di dekat Pantai Horvik di selatan Swedia.

Pada hari Selasa, para penjaga pantai menyatakan harapannya bahwa kapal Marco Polo dapat diselamatkan pada hari Rabu dan akan ditarik ke pelabuhan Karlshamn untuk menghindari risiko tumpahan minyak lebih lanjut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tantangan Lingkungan dan Upaya Pemulihan

Dikelilingi oleh sembilan negara termasuk Swedia, Finlandia, Denmark, dan Rusia, Laut Baltik memiliki karakteristik unik karena kedalamannya yang relatif dangkal, kadar garam yang rendah, dan airnya bersifat payau. Namun, keunikan ini juga membuatnya sangat rentan terhadap polusi dan perubahan kondisi lingkungan.

Berdasarkan laporan dari The State of the Baltic Sea 2023, meskipun telah ada upaya untuk memperbaiki kondisinya, secara keseluruhan belum terjadi perbaikan yang signifikan. Bahkan, beberapa indikator menunjukkan adanya penurunan kondisi.

Menurut Jannica Haldin, wakil sekretaris eksekutif Helcom dan koordinator laporan tersebut, temuan ini mengingatkan kita bahwa Laut Baltik sedang menghadapi tantangan serius akibat tindakan manusia.

"Pentingnya bekerja sama di antara negara-negara sekitarnya, berpindah ke praktik yang benar-benar ramah lingkungan, dan berkomitmen jangka panjang sangat penting dan tidak boleh diabaikan," ujar Haldin.

3 dari 4 halaman

Tindakan Manusia Digambarkan Seperti Polusi

Menurut hasil laporan tersebut, aktivitas manusia termasuk polusi, penangkapan ikan berlebihan, dan kerusakan habitat telah memberikan dampak negatif pada ekosistem. Hal tersebut mengakibatkan penurunan keseluruhan keanekaragaman hayati.

Selain itu, laporan tersebut turut menyoroti masalah eutrofikasi, suatu fenomena yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Eutrofikasi terjadi ketika terjadi peningkatan kadar nutrisi seperti nitrogen dan fosfor, yang menyebabkan pertumbuhan alga yang berlebihan.

Kondisi lingkungan yang buruk di Laut Baltik juga berdampak pada pendapatan dari sektor perikanan dan pariwisata, seperti yang disebutkan dalam laporan tersebut.

Meskipun ada tantangan, terdapat beberapa titik terang. Upaya untuk mengurangi nutrisi dan zat berbahaya, serta tindakan dalam menjaga keanekaragaman hayati dan konservasi, telah menghasilkan hasil positif di beberapa bagian Laut Baltik.

Beberapa area yang sebelumnya terpapar polusi telah diberikan status bersih dalam penilaian terbaru. Selain itu, jumlah kawasan perlindungan laut di wilayah ini terus bertambah.

4 dari 4 halaman

Krisis Iklim Terus Pengaruhi Situasi

Laporan tersebut menyebutkan bahwa krisis iklim semakin mempengaruhi situasi, yang terlihat dari menipisnya lapisan es, kondisi cuaca yang semakin ekstrem, dan peningkatan suhu air.

Rencana tindakan untuk Laut Baltik yang disusun oleh Helcom pada tahun 2021 bertujuan untuk memperkuat keanekaragaman hayati, mengurangi tekanan terhadap lingkungan, dan meningkatkan kesehatan ekosistem Laut Baltik secara keseluruhan.

Menurut Haldin, saat ini, hasil penilaian menunjukkan bahwa upaya pemulihan keanekaragaman hayati berjalan terlalu lambat.

"Kondisi memburuk yang dijelaskan dalam laporan ini berhubungan langsung dengan tindakan dan prioritas kita sebagai masyarakat," ujar Haldin.

Haldin juga mengatakan, "Memastikan ekosistem Laut Baltik terpelihara dan meningkatkan fungsinya sepenuhnya bergantung pada seberapa baik kita mengelola aktivitas kita, untuk memastikan bahwa aktivitas tersebut benar-benar berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan ekosistem, baik dalam waktu dekat maupun jangka panjang."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.