Sukses

Korea Utara Tutup Kedutaan di Sejumlah Penjuru Dunia, Kim Jong Un Kekurangan Keuangan?

Mengapa Korea Utara, negara pimpinan Kim Jong Un menutup lebih dari selusin kedutaan besarnya di sejumlah penjuru dunia?

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara dilaporkan mengakhiri misi diplomatiknya ke banyak negara di dunia. Negeri pimpinan Kim Jong Un itu kabarnya menutup beberapa kedutaan di negara asing, dan Korea Selatan berspekulasi masalah keuangan adalah alasannya.

Pengamat Korea Selatan berspekulasi bahwa pensiunnya sejumlah utusan diplomatik Korea Utara menunjukkan kurangnya sumber daya keuangan dan meningkatnya efektivitas sanksi internasional.

"Langkah-langkah yang diambil sepertinya menunjukkan bahwa Korea Utara (Korut) tidak lagi dapat mempertahankan misi diplomatik karena upaya mereka untuk mendapatkan mata uang asing telah terhenti karena sanksi yang semakin ketat," kata seorang pejabat kementerian di Korea Selatan kepada Kantor Berita Yonhap mengutip dari Fox News, Kamis (2/11/2023).

Pihak berwenang Korea Selatan itu melanjutkan, "Mereka menunjukkan bagaimana Korea Utara berjuang untuk mempertahankan hubungan diplomatik yang minimal dengan sekutu tradisionalnya karena situasi ekonomi yang sulit."

Penutupan kedutaan besar Korut di negara-negara Afrika seperti Angola dan Uganda diumumkan bulan November ini melalui outlet berita negara Rodong Sinmun dan Voice of Korea.

Adapun Partai Komunis Rakyat Spanyol mengumumkan berakhirnya misi diplomatik Korea Utara ke negara mereka, yang selanjutnya akan ditangani oleh kedutaan besar Pyongyang di Italia.

Sementara surat kabar Jepang Yomiuri Shimbun bulan Oktober lalu melaporkan bahwa operasi Korea Utara di Hong Kong juga akan segera berakhir.

Menurut informasi dari orang dalam, sejatinya telah lama dilaporkan bahwa kedutaan besar Korea Utara di luar negeri tidak didukung secara finansial oleh Pyongyang. Sebaliknya, misi asing bertanggung jawab untuk menciptakan sumber pendapatan mereka sendiri – yang seringkali ilegal – dan mengembalikan uang tersebut ke rezim, kata para ahli.

Korea Utara semakin menonjol dalam isu-isu internasional karena terus berhasil merayu negara-negara yang bersekutu melawan hegemoni Barat.

Kim Jong Un dan para pejabat rezimnya melakukan perjalanan ke Moskow pada bulan September untuk pertemuan penting dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pada bulan yang sama, pemimpin tertinggi Korut itu menerima delegasi dari Tiongkok.​

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Korea Utara Punya Hubungan Formal dengan 159 Negara, Tapi Hanya Ada 53 Misi Diplomatik Asing

Menurut situs DailyStar.net mengutip Kementerian Unifikasi Seoul, yang menangani urusan antar-Korea, penarikan diri tersebut -via penutupan kedubesnya- mencerminkan dampak sanksi internasional yang bertujuan membatasi pendanaan program nuklir dan rudal Korea Utara.

Kementerian tersebut menuturkan bahwa Korea Utara memiliki hubungan formal dengan 159 negara, namun memiliki 53 misi diplomatik di luar negeri, termasuk tiga konsulat dan tiga kantor perwakilan.

Kedutaan di Angola dan Uganda dilaporkan ditutup selain Spanyol. Korespondensi dengan Partai Komunis Spanyol yang dirilis di situs partai tersebut menunjukkan kedutaan Korea Utara mengumumkan penutupan tersebut melalui surat tertanggal 26 Oktober.

Kedutaan Besar Korea Utara di Madrid menjadi sorotan setelah sejumlah orang berupaya menggulingkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan pembobolan pada tahun 2019, di mana mereka mengikat staf sebelum pergi dengan membawa komputer dan perangkat lainnya.

Pyongyang mengecam insiden tersebut sebagai "pelanggaran berat terhadap kedaulatan dan serangan teroris,” dan menuduh Amerika Serikat tidak menyelidiki kelompok tersebut secara menyeluruh dan menolak mengekstradisi pemimpinnya.​

3 dari 4 halaman

Diplomat Korea Terlibat Aktivitas Ilegal untuk Pendanaan Misi Nuklir?

Laporan Korea Herald menyebut, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengevaluasi serangkaian penutupan kedutaan besar Korea Utara baru-baru ini sebagai konsekuensi dari sanksi ekonomi yang dikenakan pada rezim tertutup tersebut atas uji coba rudal dan nuklir ilegal yang dilakukannya.

Diplomat Korea Utara disebut terlibat dalam kegiatan komersial terlarang di luar negeri, memanfaatkan hak istimewa mereka, termasuk kekebalan diplomatik dan kantong diplomatik mereka, untuk kegiatan seperti penyelundupan, menurut laporan dari Panel Pakar PBB. Selain itu, para diplomat tersebut diperkirakan telah berpartisipasi dalam usaha komersial untuk menghasilkan uang tunai, yang disalurkan baik untuk operasional kedutaan maupun untuk mendukung rezim Kim Jong-un.

"Sanksi yang semakin ketat dari komunitas internasional terhadap Korea Utara telah menghambat kemampuan negara tersebut untuk menghasilkan mata uang asing melalui misi luar negerinya. Oleh karena itu, kami menilai bahwa Korea Utara telah memilih untuk menarik kembali misi luar negerinya karena tantangan dalam mempertahankan misi tersebut,” kata seorang pejabat senior dari Kementerian Unifikasi mengatakan dalam pengarahan tertutup pada hari Selasa.

 

4 dari 4 halaman

Korea Utara Disebut Terlibat Skandal Pendanaan Program Senjata Nuklir

Republik Demokratik Rakyat Korea atau DPRK adalah nama resmi Korea Utara.

Dalam beberapa tahun terakhir, mengutip Upi.com, Korea Utara semakin beralih ke kejahatan dunia maya untuk mendanai program senjatanya. Peretas dari rezim yang terisolasi dilaporkan mencuri lebih dari $1,7 miliar mata uang kripto pada tahun lalu saja, menurut laporan panel ahli PBB pada bulan September.

Skema lain, seperti menyamarkan identitas pekerja TI (teknologi informasi) untuk mendapatkan pekerjaan lepas di seluruh dunia, juga menghasilkan jutaan dolar per tahun, kata Washington bulan lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.