Sukses

Israel Perang dengan Hamas, Dubes Zaman Mehdi Ajak Dewan HAM PBB Mengheningkan Cipta untuk Para Korban

PBB berharap ada kedamaian antara Israel dan Hamas yang kini tengah terlibat perang.

Liputan6.com, Jenewa - Dewan HAM PBB melakukan mengheningkan cipta terhadap para korban perang Hamas vs Israel. Aksi simpatik itu dipimpin oleh Duta Besar Zaman Mehdi yang merupakan perwakilan Pakistan. 

Perang Israel dan Hamas pecah setelah Hamas melancarkan serangan kejutan berupa penembakan rudal-rudal ke Israel. Hamas juga dilaporkan menawan sejumlah orang Israel.

Dubes Pakistan untuk PBB Zaman Mehdi berkata konflik yang terjadi adalah karena okupansi ilegal Israel yang melanggar hukum internasional. Ia pun meminta agar segera ada solusi dua negara yang menetapkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Israel. 

<p>Dewan HAM PBB menggelar mengheningkan cipta untuk korban perang Hamas vs. Israel. Dok: X United Nations Human Rights Council @UN_HRC</p>

"Kami mengimbau semua pihak untuk menahan diri dan menghormati tanggung jawab HAM. Pada konteks ini apa yang disebut perang dan serangan terhadap rakyat sipil dan properti mereka sangatlah meresahkan. Kami khawatir pada harga nyawa pada konflik yang bereskalasi ini," ujar Dubes Pakistan dalam video yang ditayangkan di akun Dewan HAM PBB di platform X, dikutip Senin (9/10/2023). 

Setelahnya, Dubes Pakistan meminta satu menit mengheningkan cipta terhadap korban-korban okupansi Israel di Palestina selama tujuh dekade. 

Sekjen PBB Antonio Guterres juga telah angkat bicara agar kedua belah pihak mendapatkan kebutuhan mereka masing-masing.

"Ini waktunya untuk mengakhiri lingkaran setan pertumparah darah kebencian & polarisasi di Timur Tengah. Israel harus melihat terwujudnya kebutuhan sah mereka untuk keamanan, dan rakyat Palestina harus melihat sebuah perspektif jelas untuk terwujudnya pendirian negara mereka," ujar Antonio Guterres via X.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Warga Thailand, Nepal dan Amerika Serikat Tewas dalam Serangan Hamas ke Israel

Sebelumnya dilaporkan, ada dua belas warga Thailand tewas dan 11 lainnya dilaporkan diculik oleh Hamas pasca serangan kelompok militan itu terhadap Israel pada Sabtu 7 Oktober 2023.

Kementerian Luar Negeri Thailand mengonfirmasi bahwa delapan warga negara Thailand lainnya terluka dalam serangan tersebut.

Ada sekitar 30.000 warga Thailand di Israel yang bekerja di bidang pertanian, banyak di antaranya berada di dekat perbatasan Gaza.

Menteri Tenaga Kerja Thailand Phiphat Ratchakitprakarn mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sekitar 5.000 pekerja Thailand bekerja di zona tempat terjadinya pertempuran, namun pasukan Israel telah mulai memindahkan mereka ke tempat yang aman. Dia menambahkan, sudah ada 1.099 pekerja yang mendaftar untuk pulang kampung.

Terkait hal itu, pesawat Angkatan Udara Thailand disebut bersiaga untuk melakukan penjemputan.

Para pekerja di sebuah peternakan di Mivtahim, sebuah kota dekat Jalur Gaza, menggambarkan militan Hamas menyerbu pertanian mereka setelah roket ditembakkan pada Sabtu pagi.

"Militan Hamas pertama-tama menembakkan roket, lalu menyerbu pertanian. Saya lari dan bersembunyi di kamar tidur saya," kata Udomporn Champahom kepada BBC, seperti dilansir Senin (9/10).

Udomporn kemudian berhasil diselamatkan oleh tentara Israel.

Warga Thailand lainnya, Wanida Maarsa, mengatakan kepada BBC Thai bahwa suaminya Anucha Angkaew - yang telah bekerja di perkebunan alpukat selama hampir dua tahun - adalah salah satu dari mereka yang ditawan oleh militan Hamas. Dia muncul dalam video yang dirilis Hamas pada akhir pekan.

"(Pria dalam video itu) benar-benar dia," kata Wanida. "Saya belum bisa menghubunginya ... Saya berbicara dengannya tepat sebelum putri kami tidur."

Lebih dari 50 negara diperkirakan memiliki warga negara yang bekerja di Israel.

3 dari 4 halaman

11 Warga Amerika Serikat Tewas

Setidaknya 11 warga negara Amerika Serikat (AS) tewas di Israel dalam serangan Hamas pada Sabtu 7 Oktober 2023. Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Presiden Joe Biden pada Senin (9/10).

Biden menuturkan bahwa kemungkinan besar sejumlah warga AS termasuk di antara yang disandera Hamas.

"Keluarga-keluarga ini terkoyak oleh kebencian dan kekerasan yang tidak dapat dimaafkan," kata Biden melalui pernyataan tertulisnya, seperti dilansir BBC, Selasa (10/10).

Identitas mereka yang tewas belum diumumkan.

Biden memastikan bahwa AS mengerahkan para ahli untuk membantu Israel menemukan para sandera dan kedua belah pihak berbagi informasi intelijen.

Sementara itu, seorang pejabat senior pertahanan AS menuduh Hamas melakukan kebiadaban selevel ISIS dalam serangan multi-front yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pejabat yang sama menambahkan bahwa AS juga meningkatkan dukungan terhadap Israel dalam bentuk pertahanan udara dan amunisi.

Israel mengungkapkan bahwa sedikitnya 900 orang tewas dan 100 orang diculik dalam serangan Hamas. Di Gaza, hampir 500 orang tewas akibat serangan balasan Israel.

4 dari 4 halaman

10 Warga Nepal Tewas

Nepal mengonfirmasi pada Minggu (8/10), 10 warganya tewas. Mereka datang ke Israel untuk bekerja dan memperoleh keterampilan di sebuah perusahaan pertanian.

Salah satu warga Nepal yang jadi korban tewas adalah Rajesh Kumar Swarnakar (27). Dia adalah mahasiswa pertanian tahun terakhir yang ingin pergi ke Australia, kata saudaranya, Mukesh, kepada BBC Nepali.

"Saya tidak menyetujui pengiriman saudara laki-laki saya ke Israel. Dia bersikeras kepada kami bahwa dia telah menerima beasiswa dan mengatakan kepada kami bahwa dia akan menabung sejumlah uang untuk mendaftar ke Australia setelah menyelesaikan program di Israel," tutur Mukesh.

Ayah mereka Raj Kumar Swarnakar merasa pemerintah Israel lalai mengirimkan putranya untuk pelatihan di daerah rawan konflik.

Sebanyak 265 mahasiswa Nepal juga bekerja di berbagai pertanian Israel dan 4.500 warga Nepal lainnya tercatat bekerja sebagai pengasuh.

Polisi Israel dilaporkan juga memberi tahu Kedutaan Besar Nepal bahwa seorang warga negara Nepal lainnya hilang dan empat lainnya terluka, salah satunya serius.

Secara terpisah, India mengatakan bahwa mereka bekerja secara aktif untuk memulangkan warga negaranya di Israel. Menurut laporan media, ada sekitar 18.000 orang India yang tinggal dan bekerja di Israel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.