Sukses

Pemimpin NATO: Pasukan Ukraina Membuat Kemajuan Lawan Rusia

Pemimpin NATO, Jens Stoltenberg, menyorot progres yang dibuat pasukan Ukraina melawan Rusia.

Liputan6.com, Kyiv - Pemimpin NATO, Jens Stoltenberg, mengumumkan bahwa Ukraina berhasil membuat progres melawan invasi Rusia. Pasukan sekutu lantas diminta terus mengirimkan bantuan kepada Ukraina.

"Secara bertahap membuat kemajuan dalam menghadapi pertempuran sengit," ucap Stoltenberg kepada wartawan di Kyiv, dilansir VOA Indonesia, Sabtu (30/9/2023). 

Stoltenberg juga terus menerus mendesak sekutu untuk memberikan lebih banyak bantuan, meningkatkan produksi pertahanan dan mempercepat pengiriman senjata untuk Ukraina.

“Semakin kuat Ukraina, semakin dekat kita mengakhiri agresi Rusia," kata Stoltenberg.

Saat berbicara bersama dengan Presiden Volodymyr Zelensky, Stoltenberg mengatakan NATO memiliki kontrak kerangka kerja bernilai $2,5 miliar untuk mendapatkan amunisi penting bagi Ukraina.

Stoltenberg mengatakan bahwa memberi Ukraina apa yang diperlukannya untuk memenangkan perang merupakan kepentingan keamanan NATO.

Sementara itu, militer Ukraina, Kamis (28/9) mengatakan pertahanan udaranya menembak jatuh 34 dari 44 drone Shahed yang digunakan Rusia untuk menyerang negara itu pada malam sebelumnya.

Daerah-daerah yang menjadi target serangan antara lain Mykolaiv, Odesa dan Kirovohrad.

Gubernur Odesa Oleh Kiper mengatakan di aplikasi Telegram bahwa tidak ada korban di sana. Ia mengatakan tidak ada kerusakan, hanya beberapa kebakaran kecil di rerumputan karena tertimpa puing-puing yang jatuh.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dalam pidato hariannya Rabu malam bahwa para pejuang negaranya “perlu lebih banyak sarana untuk menghancurkan rudal Rusia, Shahed dan drone tempur lainnya, serta pesawat Rusia.”

Zelensky menyampaikan terima kasihnya kepada “semua orang di dunia yang telah membantu dan bersedia meningkatkan bantuan bagi negara kami dengan sarana yang dapat memberi lebih banyak perlindungan terhadap teror Rusia.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tentara Wagner Kembali ke Garis Depan

Sekitar 500 tentara bayaran Wagner yang berjuang bersama pasukan Rusia di Ukraina sebelum melarikan diri ke Belarus seusai pemberontakan singkat pada Juni lalu, kini telah kembali ke garis depan untuk bertempur lagi melawan pasukan Kyiv, kata seorang juru bicara Angkatan Darat Ukraina hari Rabu. 

Pendiri Wagner Yevgeny Prigozhin tewas dalam kecelakaan pesawat di Rusia bulan lalu, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan pasukannya. Beberapa di antara mereka, kemungkinan hingga 6.000 orang, telah berada di Belarus selama tiga bulan, sementara yang lainnya telah dikerahkan ke Afrika, di mana Wagner juga memiliki kegiatan yang sedang berjalan.

Sekarang, sekitar 500 tentara Wagner telah mulai bertempur untuk Rusia di Ukraina, kata Ilya Yevlash, juru bicara Pasukan Kelompok Timur Ukraina, kepada badan penyiaran RBC-Ukraine. Ia mengatakan Kementerian Pertahanan Rusia telah merundingkan kembali kontrak dengan para tentara bayaran yang kembali.

“Orang-orang ini memang termasuk di antara yang paling terlatih di militer Rusia, tetapi mereka tidak akan berdampak signifikan,” kata Yevlash.

Sebagian besar pasukan Wagner yang sebelumnya berperang di Ukraina telah ambil bagian dalam pemberontakan singkat. Akan tetapi mereka pindah ke Belarus di bawah kesepakatan yang dirundingkan pemimpin Belarus, Alexander Lukashenko, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Yevlash mengatakan kamp-kamp di Belarus kini dibubarkan.

Penyebab kecelakaan pesawat yang menewaskan Prigozhin dan para pemimpin Wagner lainnya belum dipastikan. Akan tetapi banyak pejabat Barat yang percaya ini adalah pembalasan Putin atas pemberontakan yang dipimpin Prigozhin, suatu gerakan tentara terhadap Moskow yang mendadak ia batalkan.

Dalam beberapa pekan setelah itu, Prigozhin bertemu dengan Putin di Kremlin dan bepergian secara bebas di Rusia sebelum pesawatnya jatuh. 

3 dari 4 halaman

Zelensky Sebut Rusia Lakukan Genosida di Ukraina

Sebelumnya di forum Majelis Umum PBB, Volodymyr Zelensky pada Selasa (19/9/2023), mengatakan bahwa Rusia melakukan genosida di Ukraina. Dia mendesak para pemimpin dunia menghadiri KTT perdamaian guna membantu menghentikan invasi dan agresi di masa depan.

Zelensky memanfaatkan penampilan langsung perdananya di Markas Besar PBB di New York City untuk menggalang dukungan bagi negaranya.

Lebih lanjut Zelensky menuturkan bahwa dia akan memberikan rincian lebih lanjut mengenai rencana perdamaiannya berdasarkan kedaulatan nasional dan integritas wilayah pada sesi khusus Dewan Keamanan pada Rabu (20/9). Dia menegaskan bahwa semua pemimpin yang tidak menoleransi agresi apapun akan diundang ke KTT perdamaian.

Presiden Ukraina itu tidak menjelaskan kapan atau di mana KTT perdamaian yang dimaksudnya akan diadakan. Namun, dia berharap pertemuan itu berlangsung pada Musim Gugur tahun ini.

Saat berbicara di mimbar Majelis Umum PBB, Zelensky mengenakan kaos polo lengan panjang berwarna hijau zaitun. Pilihan kata "genosida" sendiri merujuk pada apa yang disebutnya penculikan puluhan ribu anak-anak Ukraina oleh otoritas pendudukan Rusia, yang menurut Zelensky dicuci otaknya untuk membenci tanah air mereka.

"Penculikan massal dan deportasi belum pernah menjadi bagian dari kebijakan pemerintah. Tidak sampai sekarang," ujar Zelensky seperti dilansir The Guardian, seraya menambahkan bahwa pemerintah Ukraina mengetahui nama puluhan ribu anak-anak yang diculik dan memiliki bukti ratusan ribu lainnya yang juga diculik Rusia di wilayah pendudukan Ukraina dan kemudian dideportasi.

Pengadilan pidana internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Vladimir Putin dan seorang pejabat Rusia lainnya atas keterlibatan mereka dalam memerintahkan deportasi anak-anak tersebut.

"Kami berusaha memulangkan anak-anak, tapi waktu terus berjalan dan apa yang akan terjadi pada mereka? Di Rusia, anak-anak tersebut diajarkan untuk membenci Ukraina dan semua ikatan dengan keluarga mereka terputus. Ini jelas merupakan genosida," tutur Zelensky.

"Ketika kebencian dijadikan senjata terhadap satu negara, kebencian tidak akan pernah berhenti sampai di situ."

Pidato Zelensky disaksikan langsung oleh wakil perwakilan tetap Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy, yang sesekali mencatat dan menyunggingkan senyum. 

4 dari 4 halaman

Kritik Ukraina terhadap Negara Tetangga

Dalam pidatonya, Zelensky tidak ketinggalan menuduh Rusia mempersenjatai pangan dan energi, dengan menyatakan ada banyak konvensi yang membatasi senjata tetapi tidak ada batasan nyata dalam persenjataan.

Dia menjelaskan bagaimana Ukraina dan mitra-mitranya berusaha mengatasi blokade Rusia terhadap pelabuhan-pelabuhan Laut Hitam, namun dia melontarkan kritik pedas terhadap negara-negara tetangga Ukraina yang secara berkala memblokir ekspor produk-produk Ukraina ke arah Barat karena khawatir produk-produk tersebut akan bersaing dengan produksi dalam negeri dan menurunkan harga.

"Beberapa teman kami di Eropa yang ekspresi solidaritasnya merupakan teater politik, dengan membatasi impor dari Ukraina, membantu menyiapkan panggung bagi aktor Moskow," ungkap dia.

Dia mengatakan cetak biru perdamaian Ukraina, yang mencakup penarikan Rusia dari wilayah Ukraina, pertanggungjawaban atas kejahatan perang dan ganti rugi atas kerugian, mewakili peluang nyata untuk mengakhiri agresi sesuai dengan kondisi negara yang diserang.

"Sementara Rusia mendorong dunia menuju perang terakhir, Ukraina melakukan segalanya untuk memastikan bahwa setelah agresi Rusia ini, tidak ada seorang pun di dunia yang berani menyerang negara mana pun," imbuhnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.