Sukses

22 Tahun Usai Tragedi 9/11, Peneliti Ungkap Hasil DNA 2 Korban

Analisis DNA berhasil mengidentifikasi dua orang berusia 22 tahun yang tewas dalam insiden World Trade Center.

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari dua dekade setelah serangan tragis 11 September, Amerika Serikat yang merenggut nyawa hampir 3.000 orang, analisis DNA berhasil mengidentifikasi dua orang berusia 22 tahun yang tewas dalam insiden World Trade Center.

Berdasarkan laporan AFP, identitas kedua korban adalah seorang pria dan seorang wanita yang dirahasiakan dari pers atas permintaan keluarga mereka.

Dengan ini, jumlah korban 9/11 yang telah teridentifikasi telah mencapai 1.649, kata walikota dan Kantor Kepala Pemeriksa Medis (OCME).

Sebanyak 2.753 orang kini kehilangan nyawanya ketika Al-Qaeda menabrakkan dua pesawat penumpang sipil yang dibajak ke Menara Kembar New York. Jumlah total korban jiwa akibat serangan teror hari itu menurut kantor berita adalah 2.977 orang.

Walikota New York Eric Adams dalam sebuah pernyataan yang dirilis Jumat malam mengatakan: "Kami berharap identifikasi baru ini dapat memberikan kenyamanan bagi keluarga para korban, dan upaya berkelanjutan dari Kantor Kepala Pemeriksa Medis membuktikan komitmen teguh kota tersebut untuk menyatukan kembali semua korban World Trade Center dengan orang-orang yang mereka cintai."

Bagaimana Jenazahnya Diidentifikasi?

Berdasarkan laporan kantor berita tersebut, kedua korban diidentifikasi melalui penggunaan "teknologi pengurutan generasi berikutnya -- lebih sensitif dan cepat dibandingkan teknik DNA konvensional."

Sebelumnya, dua identifikasi terakhir korban serangan 9/11 dilakukan sekitar dua tahun lalu, pada tahun 2021. Hingga saat ini, 1.104 korban masih belum teridentifikasi, dan kemajuan dalam mengungkap identitas mereka sangat lambat.

Mengapa Identifikasi Memakan Waktu Lama?

Tragedi tahun 2001 merenggut ribuan nyawa. Runtuh dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga, dua menara pusat perdagangan -- pertama menara selatan dan kemudian menara utara -- hancur dengan debu abu-abu yang mencekik setelah pesawat menabraknya.

Apa yang menghujani orang-orang di sekitar lokasi tragedi itu adalah banjir 'api dan baja'. Skala kekerasannya begitu ekstrim sehingga bahkan 22 tahun kemudian, ratusan orang yang hilang masih belum dapat diidentifikasi jejaknya.

Setiap tahun, tragedi tersebut diperingati di New York pada tanggal 11 September.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengenang 22 Tahun Tragedi 9/11

Pada 11 September 2001, 19 militan yang terkait dengan kelompok ekstremis Al-Qaeda membajak empat pesawat dan melakukan serangan bunuh diri dengan sasaran gedung di Amerika Serikat.

Mengutip History, Senin (11/9/2023), dua dari pesawat diterbangkan ke menara kembar World Trade Center di New York City, pesawat ketiga menabrak Pentagon di luar Washington, DC, dan pesawat keempat jatuh di sebuah lapangan di Shanksville, Pennsylvania.

Hampir 3.000 orang tewas selama serangan teroris 9/11, yang memicu inisiatif besar AS untuk memerangi terorisme dan menguji kepemimpinan Presiden AS kala itu, George W. Bush.

Pada Selasa pagi yang cerah, 11 September 2001, pukul 08.45, pesawat American Airlines Boeing 767 yang memuat 20.000 galon bahan bakar jet menabrak menara utara World Trade Center di New York City.

Dampaknya meninggalkan lubang yang menganga dan terbakar di dekat lantai 80 gedung pencakar langit berlantai 110 itu, hingga membunuh ratusan orang dan menjebak ratusan lainnya di lantai yang lebih tinggi.

Saat evakuasi menara dan kembarannya sedang berlangsung, kamera televisi menyiarkan gambar langsung dari apa yang awalnya tampak seperti kecelakaan aneh. Kemudian, 18 menit setelah pesawat pertama menabrak, Boeing 767 kedua —Penerbangan United Airlines 175— muncul dari langit, berbelok tajam ke arah World Trade Center dan membelah menara selatan di dekat lantai 60.

Tabrakan itu menyebabkan ledakan besar yang menghujani puing-puing yang terbakar di atas gedung-gedung di sekitarnya dan ke jalan-jalan di bawahnya. Segera menjadi jelas bahwa Amerika Serikat sedang diserang.

3 dari 3 halaman

Aksi Osama Bin Laden

Para pembajak adalah teroris dari Arab Saudi dan beberapa negara Arab lainnya.

Dilaporkan dibiayai oleh organisasi teroris Al-Qaeda buronan Saudi, Osama bin Laden, mereka diduga bertindak sebagai pembalasan atas dukungan Amerika terhadap Israel, keterlibatannya dalam Perang Teluk Persia dan kehadiran militernya yang berkelanjutan di Timur Tengah.

Beberapa teroris telah tinggal di Amerika Serikat selama lebih dari satu tahun dan telah mengambil pelajaran penerbangan di sekolah penerbangan komersial Amerika. Yang lain telah menyelinap ke negara itu pada bulan-bulan sebelum 11 September dan bertindak sebagai "otot" dalam operasi itu.

Ke-19 teroris dengan mudah menyelundupkan pemotong kotak dan pisau melalui keamanan di tiga bandara Pantai Timur dan menaiki empat penerbangan pagi menuju California, dipilih karena pesawat-pesawat itu memuat bahan bakar untuk perjalanan lintas benua yang panjang.

Segera setelah lepas landas, para teroris mengomandoi empat pesawat dan mengambil kendali, mengubah jet penumpang biasa menjadi peluru kendali.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.