Sukses

Orang Egois Cenderung Gunakan 5 Frasa Toxic Ini, Kenali Cara Mengatasinya

Pakar psikologi membagikan 5 frasa toxic yang sering digunakan oleh orang yang "sangat egois dan merasa berhak", serta cara menghadapinya.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia yang penuh dengan dinamika hubungan sosial, tidak jarang kita bertemu dengan individu yang cenderung egois dan selalu merasa berhak. 

Kita semua memiliki sifat egois dalam berbagai tingkat. Tantangan utamanya adalah menemukan 'egoisme sehat' yang memungkinkan kita fokus pada diri sendiri tanpa terlalu terlibat.

Pakar psikologi kemudian membagikan 5 frasa toxic yang sering digunakan oleh orang yang "sangat egois dan merasa berhak", serta cara menghadapinya.

Ia adalah Stefan Falk, seorang pelatih eksekutif, pakar psikologi tempat kerja, dan penulis “Intrinsic Motivation: Learn to Love Your Work and Succeed as Never Before."  Alumni McKinsey & Company ini telah melatih lebih dari 4.000 pemimpin di lebih dari 60 organisasi.

"Sebagai peneliti psikologi di dunia kerja selama 30 tahun, saya telah membantu perusahaan mengatasi karyawan yang terlalu egois dan berpotensi merugikan rekan-rekan kerja," jelasnya.

Pakar psikologi itu telah mengidentifikasi pola perilaku toxic yang seringkali mewarnai interaksi dengan orang-orang semacam ini. 

Melansir dari CNBC, Minggu (17/8/2023), berikut ini lima frasa toxic yang kerap digunakan oleh individu yang sangat egois serta strategi yang efektif untuk menghadapi dan mengatasi dampak dari perilaku semacam itu:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

5 Frasa Toxic Menurut Pakar Psikologi

1. "Feedback (umpan balik) ini menyinggung."

Orang berperilaku toxic mengartikan umpan balik konstruktif sebagai serangan pribadi. Mereka menolak kebenaran bahwa selalu ada ruang untuk berkembang.

Mereka merasa tidak pernah salah. Ini membuat mereka sangat sensitif terhadap saran bahwa pekerjaan mereka bisa ditingkatkan.

2. "Ide-ide saya berharga dan selalu patut dipertimbangkan."

Terlepas dari kualitas ide, orang egois cenderung menganggap diri mereka selalu memberikan nilai luar biasa kepada orang lain.

Mereka mengabaikan fakta bahwa sebagian besar ide, opini, dan saran memiliki kelemahan, tanpa menghiraukan usaha yang diberikan.

3. "Keberhasilan mereka didapat dengan mengorbankan keberhasilan saya."

Orang sangat egois cenderung kurang berhasil dibandingkan dengan mereka yang menggunakan sifat egois untuk membantu orang lain.

Mereka kesulitan melihat nilai dalam mendukung orang lain, sehingga menganggap kemenangan orang lain tidak adil dan hasil perlakuan khusus.

4. "Kenapa kamu selalu mencoba mengendalikan saya?"

Orang berperilaku merugikan tidak suka atasan yang memberikan arahan atau permintaan yang jelas. Bagi mereka, instruksi atasan hanya saran atau bahkan tindakan yang tidak adil.

5. "Kamu tidak menghormati saya karena tidak setuju."

Orang merasa berhak ingin diakui pengalaman dan pandangan mereka, tanpa minat dalam belajar dari orang lain.

Jadi, ketika ada pandangan berbeda, mereka tidak melihatnya sebagai peluang untuk belajar, melainkan tanda ketidaktahuan.

 

3 dari 3 halaman

Cara Menghadapi Orang yang Terlalu Egois dan Selalu Merasa Berhak:

1. Hindari interaksi, jika memungkinkan.

Berkomunikasi dengan orang egois cenderung berakhir negatif. Sayangnya, mereka ada banyak, maka penting untuk belajar menghadapi mereka demi kesuksesan dan masa depan Anda sendiri. Terkadang, Anda harus bersuara, bahkan hanya untuk kedamaian pikiran Anda sendiri.

2. Tetapkan batasan jelas.

Tegur perilaku mereka saat sudah berlebihan. Ajukan pertanyaan seperti: "Bagaimana perilaku ini bermanfaat bagi perusahaan?" atau "Apakah Anda benar-benar yakin perilaku ini menguntungkan Anda?"

Minimal, tunjukan bahwa perilaku mereka tidak diterima oleh Anda dan merusak hubungan kerja.

3. Ajari tentang risiko yang dihadapi.

Egoisme memiliki dampak negatif yang dapat diungkapkan. Misalnya, katakanlah, "Jika Anda hanya fokus pada kebutuhan Anda, Anda akan menjadi sempit dalam sudut pandang. Ini mempengaruhi tugas, interaksi, pembelajaran, serta tidak akan menguntungkan jangka panjang."

Atau, "Jika Anda melihat semuanya sebagai serangan pribadi, Anda akan selalu frustasi dan dipenuhi pikiran negatif tentang orang lain. Apakah tidak melelahkan? Dalam kedua kasus, respons mungkin tidak seperti yang Anda harapkan. Tetapi jika bicara dengan tulus, Anda mungkin menemukan titik terang."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini