Sukses

PBB Minta Segera Ada Solusi Negosiasi untuk Konflik Sudan

Seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Afrika, Rabu (9/8) menyerukan solusi negosiasi untuk konflik di Sudan, dengan mengatakan tidak ada alternatif.

Liputan6.com, Khartoum - Seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Afrika, Rabu (9/8) menyerukan solusi negosiasi untuk konflik di Sudan, dengan mengatakan tidak ada alternatif.

“Seruan sebagian orang untuk melanjutkan perang guna mencapai kemenangan militer hanya akan berkontribusi pada kehancuran negara,” kata Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Afrika, Martha Pobee, kepada Dewan Keamanan PBB.

“Semakin lama perang ini berlanjut, semakin besar risiko perpecahan, dan campur tangan asing, dan terkikisnya kedaulatan, dan hilangnya masa depan Sudan, terutama anak-anak mudanya.”

Ia menyatakan keprihatinan khusus mengenai sifat etnis pertempuran di wilayah Darfur, terutama di Darfur Barat, yang telah mengalami kekerasan berbasis etnis yang brutal, dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (11/8/2023).

“Ini sangat mengkhawatirkan dan bisa dengan cepat menjerumuskan negara dalam konflik etnis yang berkepanjangan dengan meluas secara regional,” katanya memperingatkan.

Darfur mengalami kekerasan etnis berskala luas dan kejahatan terhadap kemanusiaan di awal tahun 2000-an.

Pengadilan Kriminal Internasional membuka penyelidikan atas situasi tersebut pada tahun 2005 dan mendakwa Presiden Sudan saat itu Omar al-Bashir melakukan genosida. Ia masih di luar tahanan pengadilan meskipun telah digulingkan dari kekuasaan dalam kudeta militer pada April 2019.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penyebab Konflik Sudan

Lantas, apa penyabab perang Sudan?

Dikutip dari laman BBC, penyebab perang Sudan bermula ketika negara tersebut dilanda kudeta tahun 2021. Sejak itu, Sudan dijalankan oleh dewan jenderal, yang dipimpin oleh dua orang petinggi militer, yang kemudian menjadi cikal bakal perselisihan ini.

Mereka adalah Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala angkatan bersenjata dan presiden negara itu dan wakilnya serta pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal dengan nama Hemedti.

Masalah utama adalah rencana untuk memasukkan sekitar 100.000 Rapid Support Forces (RSF) ke dalam tubuh tentara, dan siapa yang kemudian akan memimpin pasukan baru tersebut.

Mengapa dan Kapan Perang di Sudan Pecah?

Aksi penembakan menjadi pemicu konflik Sudan, tepatnya pada tanggal 15 April setelah ketegangan berhari-hari terjadi.

Kala itu, anggota RSF ditempatkan kembali di seluruh negeri dalam suatu tindakan yang dianggap oleh tentara negara sebagai bentuk ancaman.

Ada harapan bahwa pembicaraan dapat menyelesaikan situasi tetapi ini tidak pernah terjadi.

Masih diperdebatkan siapa yang melepaskan tembakan pertama tetapi pertempuran dengan cepat meningkat di berbagai bagian negara. Akibatnya, lebih dari 400 warga sipil tewas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

 

3 dari 3 halaman

Mengapa Warga Sipil Terjebak?

Meskipun konflik tampaknya berada di bawah kendali instalasi, namun hal ini banyak menimbulkan efek besar, terutama di daerah perkotaan. Bahkan, warga sipil menjadi korban.

Tidak jelas di mana pangkalan RSF berada, tetapi anggota mereka kerap pindah ke daerah padat penduduk.

Angkatan udara Sudan telah melakukan serangan udara di ibu kota, sebuah kota berpenduduk lebih dari enam juta orang, yang kemungkinan besar telah menyebabkan korban sipil.

Beberapa gencatan senjata telah diumumkan untuk memungkinkan orang-orang melarikan diri dari pertempuran tetapi hal ini belum dipatuhi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.