Sukses

Belanda Kembalikan 472 Harta Karun Indonesia, Mulai dari Keris Klungkung hingga Patung Singasari

Setelah sebelumnya sempat minta maaf, Belanda kini berupaya mengembalikan harta karun Indonesia yang diambil paksa pada masa penjajahan. Banyak yang berasal dari Lombok dan Bali.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kerajaan Belanda akan mengembalikan harta karun dari Indonesia yang dicuri di masa kolonial. Benda-benda tersebut dibawa secara tidak sah ke Belanda pada masa penjajahan, diperoleh di bawah paksaan atau penjarahan.

Mayoritas harta kartun itu berasal dari Lombok. Ada pula keris dari Klungkung.

Menurut keterangan tertulis dari Kedutaan Besar Belanda di Indonesia yang diterima Kamis (6/7/2023), atas permintaan Indonesia dan Sri Lanka, Belanda akan mengembalikan 472 objek budaya penting Indonesia dan 6 ke Sri Lanka.

Karya-karya tersebut saat ini menjadi koleksi dari National Museum of World Cultures (Museum Nasional Kebudayaan Dunia) dan Rijksmuseum.

Pengembalian harta karun dalam jumlah besar ini diumumkan tak lama setelah pemerintah Belanda secara publik minta maaf atas tindakan mereka di masa lalu ketika menjajah wilayah Nusantara. 

Berdasarkan keterangan resmi Kedutaan Besar Belanda di Indonesia, transfer harta karun itu akan dilaksanakan di Museum Nasional Etnologi di Leiden pada 10 Juli 2023

Sekretaris Negara Belanda bidang Budaya dan Media, Gunay Uslu, yang membuat keputusan perihal pengembalian benda bersejarah tersebut. Hal ini berdasarkan rekomendasi dari Komite Penasihat Pengembalian Obyek Budaya dalam Konteks Kolonial yang diketuai oleh Lilian Gonçalves-Ho Kang You. 

"Ini adalah sebuah momen bersejarah," ujar Uslu. "Ini adalah pertama kalinya kita mengikuti rekomendasi dari Komite untuk mengembalikan obyek-obyek yang seharusnya tidak pernah dibawa ke Belanda. Tapi lebih dari segalanya, ini adalah momen untuk melihat ke masa depan."

Daftar Harta Karun Indonesia

Kedubes Belanda berkata tahun lalu Indonesia sudah meminta sejumlah barang penting agar dikembalikan. Pihak Indonesia yang diajak konsultasi oleh Belanda adalah Duta Besar I Gusti Agung Wesaka Puja.

472 harta karun milik Indonesia yang dikembalikan adalah:

  • Harta Karun Lombok, terdiri atas 335 obyek dari Lombok
  • Empat patung dari Singasari
  • Keris dari Klungkung
  • 132 obyek seni modern Bali, dikenal sebagai koleksi Pita Maha

Setelah Indonesia, nantinya Belanda juga akan mengembalikan barang-barang milik Sri Lanka. Gunay Uslu berharap kerja sama dengan Sri Lanka dan Indonesia akan semakin baik ke depannya. 

"Kita tidak hanya mengembalikan obyek, kita juga berangkat ke periode kerja sama yang lebih dekat dengan Indonesia dan Sri Lanka di area-area seperti penelitian koleksi, presentasi, dan pertukaran antara museum," ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Raja Belanda Willem-Alexander Minta Maaf atas Sejarah Perbudakan Era Kolonial

Sebelumnya dilaporkan, Raja Belanda telah secara resmi meminta maaf atas peran negaranya dalam perdagangan budak, dengan mengatakan dia merasa "secara pribadi dan intens" terpengaruh.

Belanda menjadi kekuatan kolonial utama setelah abad ke-17, memegang wilayah di seluruh dunia, dan pedagang budak Belanda memperdagangkan lebih dari 600.000 orang.

Raja Willem-Alexander pada Sabtu 1 Juli 2023 menyebut praktik itu sebagai "horor". Keluarga kerajaan tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya, katanya.

Raja Belanda Willem-Alexanderberbicara di sebuah acara yang menandai peringatan 160 tahun penghapusan perbudakan di negara itu. Namun tidak jelas apakah Raja akan meminta maaf atas peran Keluarga Kerajaan dalam praktik tersebut.

Pada bulan Juni, sebuah studi baru mengungkapkan bahwa penguasa Belanda menerima setara dengan € 545m ($ 595m) --dalam kurs hari ini-- antara 1675 dan 1770 dari koloni di mana perbudakan diterapkan.

Selama pidatonya di Amsterdam, Raja Willem-Alexander mengakui bahwa "raja dan penguasa Wangsa Oranye tidak mengambil langkah melawan [perbudakan]".

"Hari ini saya berdiri di sini di depan Anda sebagai Raja Anda dan sebagai bagian dari pemerintahan. Hari ini saya meminta maaf pada diri saya sendiri," kata raja.

"Hari ini, saya meminta maaf atas kurangnya tindakan sebening kristal," ujarnya, dikutip dari BBC (2/7/2023).

Didampingi oleh istrinya Ratu Maxima, Raja mengakui bahwa dia tidak dapat berbicara untuk seluruh bangsa, tetapi dia mengatakan kepada orang banyak bahwa "sebagian besar" warga Belanda "mendukung perjuangan untuk kesetaraan bagi semua orang, terlepas dari warna kulit atau latar belakang budaya".

"Setelah pengakuan dan permintaan maaf, kita dapat bekerja sama dalam penyembuhan, rekonsiliasi dan pemulihan," tambah Raja.

Pidatonya mendapat sorak-sorai dari kerumunan di Festival Keti Koti - peringatan tahunan penghapusan perbudakan di negara itu.

3 dari 3 halaman

Ma'ruf Amin Minta Pihak Belanda Ajukan Permintaan Maaf Resmi ke Indonesia

Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menyampaikan bila Belanda berniay meminta maaf, maka seharusnya disampaikan resmi kepada pemerintah Indonesia. 

“Ya kalau dia memang (minta maaf) itu ajukan aja resmi kepada pemerintah, nanti pemerintah akan merespons, seperti apa responsnya kan. Nanti pemerintah memperbincangkan itu,” kata dia di Nusa Dua, Bali, Jumat 23 Desember 2022.

Menurut Ma’ruf, apabila maaf hanya pembicaraan saja dan bukan pernyataan resmi makan Indonesia tidak bisa merespon.

“Jadi kalau tidak jelas, belum resmi, sampaikan saja kepada pemerintah, nanti pemerintah akan merespons seperti apa,” pungkasnya.

Sebelumnya, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta maaf atas "perbudakan masa lalu" oleh Belanda, yang menurutnya terus memiliki "dampak negatif".

Dikutip CNN, komentar Rutte adalah bagian dari pengakuan pemerintah Belanda yang lebih luas atas masa lalu kolonial negara itu, dan tanggapan resmi atas laporan berjudul “Rantai Masa Lalu” oleh Grup Dialog Sejarah Perbudakan, yang diterbitkan pada Juli 2021.

“Selama berabad-abad di bawah otoritas negara Belanda, martabat manusia dilanggar dengan cara yang paling mengerikan,” kata Rutte saat berpidato di Arsip Nasional negara itu di Den Haag.

“Dan pemerintah Belanda berturut-turut setelah tahun 1863 gagal untuk melihat dan mengakui secara memadai bahwa perbudakan kita di masa lalu terus memiliki efek negatif dan masih demikian. Untuk itu saya menyampaikan permintaan maaf kepada pemerintah Belanda,” kata perdana menteri Belanda itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.