Sukses

Wagner Dapat Anggaran Rp 14,5 Triliun dari Rusia, Tapi Malah Berontak

Kelompok Wagner dapat anggaran fantastis dari Vladimir Putin, tapi malah jadi senjata makan tuan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemberontakan kelompok militer bayaran Wagner sempat membuat geger Eropa. Selama ini, Wagner selalu dekat dengan pemerintah Rusia dan bertempur di garis depan dalam invasi ke Ukraina, tetapi mendadak memberontak melawan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, dulunya merupakan penjual hotdog. Selama berbisnis di bidang kuliner, ia punya hubungan baik pemerintah Rusia, sebelum akhirnya banting setir dengan mendirikan Wagner pada 2014. Rekam jejaknya di bisnis kuliner membuatnya dijuluki "chef" untuk Putin. 

Ketika invasi ke Ukraina dimulai, Wagner pun mendapatkan anggaran dari Putin.

Berdasarkan laporan BBC, Senin (3/7/2023), Vladimir Putin mengaku memberikan anggaran sebesar 86,2 miliar rubel (Rp 14,5 triliun) untuk periode Mei 2022-Mei 2023.

Invasi Rusia dimulai pada akhir Februari 2022, artinya anggaran untuk Wagner baru cair sekitar tiga bulan setelah invasi dilancarkan. 

Anggaran dan Amnesti

Vladimir Putin juga memuji Wagner sebagai kelompok yang heroik. 

"Kami selalu memperlakukan para pejuang dan komandan dari grup ini dengan kehormatan besar, karena mereka sungguh-sungguh menunjukkan keberanian dan heroisme," ujar Vladimir Putin.

Presiden Putin juga sempat berkata akan memeriksa bagaimana kelompok Wagner menggunakan anggaran yang mereka dapatkan.

Sebelum memberontak, Prigozhin kerap marah-marah kepada Kementerian Pertahanan Rusia. Ia mengklaim Wagner tak diberikan persediaan yang cukup untuk bertempur.

Meski demikian, Prigozhin dilaporkan sudah mendapatkan amnesti dan suaka dari Belarusia yang notabene berhasil menengahi konflik. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko adalah sekutu dekat Presiden Putin. 

Belum jelas bagaimana kondisi Yevgeny Prigozhin saat ini, namun Sky News sempat melaporkan bahwa jet pribadi yang terkait Prigozhin telah mendarat di ibu kota Belarusia pada Rabu lalu.

 

1 rubel: Rp 168

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rusia Tutup Kasus

Sebelumnya dilaporkan, Pengasingan Prigozhin adalah bagian dari kesepakatan yang mengakhiri pemberontakan Wagner. 

Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengonfirmasi keberadaan Prigozhin di negaranya dan mengatakan bahwa Prigozhin dan sejumlah pasukannya dipersilakan tinggal beberapa waktu dengan biaya sendiri.

Menurut Lukashenko, sejumlah pejuang Wagner sekarang berada di wilayah Luhansk di Ukraina timur yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada September lalu.

Prigozhin tidak terlihat lagi sejak Sabtu, ketika dia melambai ke sejumlah simpatisan dari sebuah kendaraan di selatan Kota Rostov. Pada Senin (26/6), dia mengeluarkan pernyataan audio yang menjelaskan latar belakangnya pemberontakan kelompoknya.

Lalu pada Selasa (27/6) pagi, sebuah jet pribadi yang diyakini miliknya terbang dari Rostov ke pangkalan udara di Minsk.

Sementara itu, Moskow mengatakan bahwa persiapan sedang dilakukan bagi pasukan Wagner yang bertempur di Ukraina, yang menurut Prigozhin berjumlah 25.000, untuk menyerahkan senjata berat mereka ke militer Rusia.

Meski penyelidikan kriminal atas pemberontakan Wagner ditutup, namun Presiden Vladimir Putin diduga menargetkan Prigozhin dengan tuduhan kesalahan keuangan yang melibatkan afiliasi perusahaan yang dimilikinya, Concord Group.

Selama bertahun-tahun, Prigozhin menikmati kontrak katering yang menguntungkan dengan pemerintah Rusia. Polisi dilaporkan melakukan penggeledahan terhadap kantornya di St. Petersburg pada Sabtu dan menemukan USD 48 juta di dalam truk di luar.

Prigozhin yang mengonfirmasi laporan tersebut mengatakan bahwa uang itu akan diberikan kepada pihak keluarga pasukannya.

Pemberontakan Wagner sejauh ini merupakan ancaman terbesar bagi Putin sejak berkuasa. Dia sendiri mengakui bahwa peristiwa pada Sabtu mungkin saja berujung pada perang saudara. Namun, dalam pidatonya pasca pemberontakan, presiden Rusia itu berusaha menunjukkan stabilitas dan menegaskan otoritasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.