Sukses

Campi Flegrei Supervolcano Eropa di Ambang Letusan Baru Sejak 1538, Diprediksi Mampu Picu Musim Dingin Global

Meskipun gunung api Campi Flegrei terakhir meletus hampir 500 tahun yang lalu, serentetan gempa bumi baru-baru ini membuat para ilmuwan khawatir bencana lain akan segera terjadi.

Liputan6.com, Pozzuoli - Sebuah gunung api supervolcano (supervulkan) --gunung berapi raksasa yang mampu menghasilkan letusan vulkanis dengan ejekta ribuan kilometer kubik-- yang terletak di Eropa dilaporkan kemungkinan berpotensi meletus dan menyebabkan bencana alam.

Prediksi erupsi ulang gunung yang terakhir meletus pada tahun 1538 ini tak ayal memicu ketakutan akan terjadinya musim dingin global.

Dikabarkan oleh media Mirror, Selasa (26/6/2023), kerak dari Campi Flegrei, supervulkan yang terletak di Italia ini, mulai melemah dan lebih rentan pecah sehingga meningkatkan kemungkinan letusan.

Campi Flegrei (atau Burning Fields, dalam bahasa Yunani), adalah wilayah luas kaldera supervulkanik - depresi besar yang terbentuk setelah gunung berapi meletus dan runtuh. Lokasinya berada tepat dekat Naples, bagian selatan Italia.

Jika gunung itu meletus dengan cara yang mirip dengan peristiwa abad ke-16 kala itu, batuan cair dan gas vulkanik akan meluncur tinggi ke stratosfer dan menyebabkan tsunami setinggi 100 kaki (30 meter).

Letusannya juga akan mengakibatkan penyebaran belerang dan abu beracun, berpotensi menjerumuskan planet Bumi ke dalam musim dingin global yang panjang, membunuh satwa liar dan tanaman dalam prosesnya.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment, peningkatan jumlah gempa bumi baru-baru ini di daerah tersebut yang mencapai 600 di bulan April saja, bisa jadi pemicu dari kekhawatiran letusan Campi Flegrei.

Oleh sebab itu, meskipun Campi Flegrei tidak aktif untuk jangka waktu yang lama, para ilmuwan tetap waspada.

Kewaspadaan juga dicerminkan oleh setengah juta penduduk yang tinggal di sekitarnya dan dianggap paling berisiko. Rencana evakuasi sudah dibuat, yang akan membuat orang-orang pindah dalam tiga hari, baik dengan transportasi mereka sendiri atau bus, kereta api dan perahu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Status Siaga Kuning

Tingkat risiko, yang ditinjau secara berkala, dinilai berdasarkan warna - hijau, kuning, oranye, dan merah.

Pozzuoli, kota tempat tinggal dari sebagian besar 500.000 penduduk tersebut, saat ini dalam status siaga kuning.

Membahas studi tersebut, yang dilakukan oleh para ahli di Institut Nasional Geofisika dan Vulkanologi Italia (INGV) dan University College London (UCL), penulis utama Profesor Christopher Kilburn (Ilmu Bumi UCL) mengungkapkan, "Studi baru kami menegaskan bahwa Campi Flegrei semakin dekat dengan kehancuran."

3 dari 4 halaman

Kerapuhan Daerah

Sejak letusan terkahir, yaitu hampir 500 tahun yang lalu, daerah tersebut perlahan tenggelam akibat naiknya magma yang mendorong tanah di atasnya, dengan Kota Pozzuoli terangkat hampir empat meter dalam 70 tahun terakhir.

Mauro Antonio Di Vito, direktur Observatorium Vesuvius di dekat INGV, mengatakan populasi padat di daerah itu menimbulkan risiko tinggi karena akan ada perjuangan untuk mengevakuasi orang melalui jalan-jalan sempit.

Dia menambahkan, "Daerah-daerah ini telah dibangun banyak gedung tanpa mempertimbangkan kerapuhan. Bangunan perlu ditata dengan lebih baik dan kita membutuhkan perubahan budaya untuk benar-benar mendorong orang melakukan ini."

4 dari 4 halaman

Tetap Waspada

Para ilmuwan masih mengharapkan yang terbaik, walaupun letusan skala besar seperti itu tidak selalu dapat dihindari. 

Saat itu terjadi, gas menumpuk lebih cepat daripada yang bisa mereka keluarkan, sementara magma harus bisa bergerak dengan kecepatan tinggi melalui kerak tempat terbentuknya retakan.

Peneliti Vesuvius Observatory, Stefano Carlino, menjelaskan, "Ini sama untuk semua gunung berapi yang telah tenang selama beberapa generasi. Campi Flegrei dapat menyesuaikan diri dengan rutinitas baru naik dan turun dengan lembut, seperti yang terlihat di gunung berapi serupa di seluruh dunia, atau hanya kembali tenang.

"Kami belum bisa mengatakan dengan pasti apa yang akan terjadi. Poin pentingnya adalah bersiap untuk semua hasil."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.