Sukses

Unjuk Rasa Hari Buruh Internasional di Prancis Chaos, 108 Polisi Terluka dan 291 Orang Ditangkap

Kementerian Dalam Negeri Prancis menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan para pengunjuk rasa saat May Day mencapai 782.000 orang, termasuk 112.000 di Paris. Namun, Serikat Pekerja CGT mengklaim jumlahnya tiga kali lipat.

Liputan6.com, Paris - Setidaknya 108 polisi terluka dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa di seluruh Prancis atas reformasi pensiun. Unjuk rasa berlangsung tepat pada Hari Buruh Internasional 1 Mei.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin menuturkan, jumlah polisi yang terluka dalam skala besar sangat jarang terjadi. Dia menambahkan, 291 orang ditangkap selama chaos.

"Di Paris, seorang petugas polisi menderita luka bakar serius di tangan dan wajahnya ketika terkena bom bensin," kata Darmanin seperti dilansir BBC, Selasa (2/5/2023).

Belum jelas berapa banyak pengunjuk rasa yang terluka.

Ratusan ribu orang dilaporkan ambil bagian dalam unjuk rasa Hari Buruh, yang fokus pada menentang reformasi pensiun. Sebagian besar demo dilaporkan berlangsung damai, namun sekelompok orang melemparkan bom molotov dan kembang api, sementara polisi membalasnya dengan tembakan gas air mata serta meriam air.

Darmanin menuduh kelompok sayap kiri yang dikenal sebagai blok hitam dan berjumlah beberapa ribu berada di belakang kekerasan. Dia mendesak mereka yang menyerang polisi dan properti publik dihukum berat.

Elemen kekerasan disebut menguat dalam aksi protes sejak Maret, ketika pemerintah memutuskan memaksakan undang-undang reformasi pensiun tanpa pemungutan suara parlemen.

Perdana Menteri Elisabeth Borne men-twit bahwa kekerasan tidak dapat diterima, namun di lain sisi dia memuji mobilisasi dan komitmen yang bertanggung jawab dari para demonstran di banyak kota.

Unjuk rasa May Day adalah hari terakhir aksi massa menentang reformasi pensiun, yang menaikkan usia pensiun dari 62 tahun menjadi 64 tahun.

Kementerian Dalam Negeri Prancis menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan para pengunjuk rasa saat May Day mencapai 782.000 orang, termasuk 112.000 di Paris. Namun, Serikat Pekerja CGT mengklaim jumlahnya tiga kali lipat dari yang disebutkan pemerintah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perlawanan Tidak Akan Kendur

Para pemimpin serikat pekerja bersikeras bahwa aksi protes selama berbulan-bulan terhadap reformasi pensiun tidak akan melemah.

"Halaman tidak akan dibalik selama tidak ada pencabutan reformasi pensiun ini. Tekad untuk menang tetap utuh," kata pemimpin CGT Sophie Binet seperti dikutip AFP.

Kekerasan dalam demonstrasi Hari Buruh pecah di Lyons, Toulouse, dan Nantes, di mana kendaraan dibakar dan bisnis diserang.

Ada juga laporan bahwa pengunjuk rasa sempat menduduki sebuah hotel mewah di selatan Kota Marseille. Menurut AFP, Senin 1 Mei adalah pertama kalinya sejak 2009, delapan serikat pekerja teratas Prancis mendukung seruan untuk protes.

Presiden Emmanuel Macron sendiri bergeming merespons serangkaian unjuk rasa. Dia menekankan bahwa reformasi pensiun adalah suatu keharusan.

Macron menandatangani pengesahan undang-undang reformasi pensiun pada 15 April 2023, beberapa jam setelah Dewan Konstitusi Prancis secara luas mendukung perubahan tersebut, meski jajak pendapat menunjukkan sebagian besar penduduk menentang usia pensiun yang lebih tinggi.

Reformasi pensiun mulai berlaku pada September 2023. Pemerintah telah menjanjikan dialog lebih lanjut, tetapi serikat pekerja bertekad mencabut perubahan tersebut. Belum jelas di titik mana kompromi dapat ditemukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini