Sukses

Sri Lanka Dilanda Topan Mandous, 3 Orang Dilaporkan Tewas - 5.639 Rumah Rusak

Pusat Manajemen Bencana Sri Lanka (DMC) mengatakan pada Senin bahwa tiga orang tewas dan lebih dari 21.000 orang terkena dampak akibat kondisi cuaca buruk yang disebabkan oleh topan Mandous.

Liputan6.com, Kolombo - Pusat Manajemen Bencana Sri Lanka (DMC) mengatakan pada hari Senin bahwa tiga orang tewas dan lebih dari 21.000 orang terkena dampak akibat kondisi cuaca buruk yang disebabkan oleh Topan Mandous.

Dikutip dari laman Xinhua, Senin (12/12/2022), DMC mengatakan, 19 orang terluka dan mereka yang terkena dampak adalah 6.113 keluarga di 16 distrik.

Pihaknya juga menambahkan bahwa 5.639 rumah di berbagai bagian negara pulau itu telah rusak.

Wakil Direktur DMC Pradeep Kodippili mengatakan kepada media bahwa topan tersebut sudah membuat kerusakan.

Bagi mereka yang terkena dampak akan diberikan kompensasi.

DMC mengatakan, efek Mandous telah sangat berkurang tetapi tetap meminta warga Sri Lanka untuk mengambil tindakan pencegahan.

Topan Noru Hantam Filipina, 4 Orang Tewas

Sebelumnya, empat petugas penyelamat tewas dan satu orang hilang setelah topan menghantam pulau utama Filipina.

Dilansir BBC, Topan Noru, yang sebelumnya digolongkan sebagai topan super, menyebabkan hembusan hingga 240kph (149mph) di Luzon, tempat lebih dari setengah dari 110 juta penduduk negara itu tinggal.

Para peramal cuaca mengatakan badai itu mengalami "intensifikasi eksplosif" saat mendarat di sebelah barat Luzon.Noru adalah badai terkuat yang melanda Filipina tahun ini.

Gubernur daerah Bulacan Daniel Fernando mengatakan lima personel dari Badan Pengurangan Risiko Bencana dan Manajemen Provinsi hanyut dalam banjir bandang saat melakukan operasi penyelamatan di distrik San Miguel.

Topan Noru, yang dikenal secara lokal sebagai Karding, melemah saat melakukan pendaratan kedua pada pukul 20:20 waktu setempat (12:20 GMT) pada hari Minggu, dan diperkirakan akan meninggalkan Filipina pada Senin malam. 

Lebih dari 74.000 orang telah dievakuasi dari jalur topan, dan para pejabat sebelumnya telah mengeluarkan peringatan tentang "banjir serius" di daerah-daerah ibu kota, Manila.

"Saya pikir kita mungkin beruntung, setidaknya kali ini," kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos saat briefing pada hari Senin. 

"Saya pikir jelas dari apa yang kami lakukan dua hari terakhir ini, sangat, sangat penting, adalah persiapan," tambahnya.

"Belum selesai. Saya pikir titik ketika kita bisa mundur adalah ketika mayoritas pengungsi sudah kembali ke rumah mereka," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bantuan untuk Masyarakat

Marcos telah memerintahkan agar pasokan diangkut melalui udara dan peralatan pembersihan diberikan kepada masyarakat yang paling terkena dampak.

Di Provinsi Quezon, di sebelah timur Manila, para nelayan sebelumnya telah dicegah untuk melaut, dan ada laporan bahwa beberapa daerah tidak mendapat aliran listrik.Penerbangan dan layanan feri telah dibatalkan. 

Di Luzon, Presiden Marcos menangguhkan semua pekerjaan pemerintah dan kelas sekolah juga dibatalkan. Di kotamadya Dingalan, timur laut Manila dan di pantai Pasifik, penduduk terpaksa mencari perlindungan.

"Kami tinggal jauh dari pantai sehingga kami tetap tinggal sejauh ini. Kami lebih khawatir tentang air dari pegunungan," kata seorang penduduk kepada AFP.

3 dari 4 halaman

Pantauan Terus Dilakukan

Perdagangan di bursa saham negara itu juga akan ditangguhkan pada hari Senin dan Marcos memperingatkan bahwa kementerian energi telah menempatkan kewaspadaan tinggi pada semua industri yang berhubungan dengan energi di daerah tersebut.

Ribuan sukarelawan memantau ketinggian sungai, jembatan, dan gunung untuk mengetahui adanya longsor yang dapat menghambat upaya penyelamatan, kata Dick Gordon, ketua Palang Merah Filipina.

Informasi akan sangat penting dalam mendapatkan bantuan ke tempat yang dibutuhkan, katanya.

4 dari 4 halaman

Filipina Rentan Topan

Filipina, negara kepulauan dengan lebih dari 7.000 pulau di Samudra Pasifik, sangat rentan terhadap badai. Ia melihat rata-rata tahunan 20 badai tropis. 

Diperkirakan 400 orang tewas ketika Topan Rai melanda negara itu pada Desember 2021, dengan tim penyelamat menggambarkan adegan "pembantaian total".

Dan pada tahun 2013, Topan Haiyan, salah satu badai tropis paling kuat yang pernah tercatat, menewaskan sekitar 6.300 orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.