Sukses

Wilayah Utara Ukraina Terus Digempur oleh Pasukan Rusia, Turut Didukung Belarusia?

Sejumlah warga Belarusia yang kini terasingkan mengatakan kegiatan militer Rusia terbaru di Belarusia menunjukkan bahwa Rusia terus berusaha menyerang wilayah utara Ukraina.

Liputan6.com, Kiev - Sejumlah warga Belarusia yang kini terasingkan mengatakan kegiatan militer Rusia terbaru di Belarusia, yang merupakan sekutu penting Moskow, menunjukkan bahwa Rusia terus berusaha menyerang wilayah utara Ukraina dari wilayah negaranya.

Langkah tersebut diambil setelah Rusia gagal dalam melancarkan serangan darat ke ibu kota Ukraina, Kyiv, pada awal tahun ini.

Sementara para wartawan, analis, dan pembangkang Belarusia mengatakan bahwa invasi Rusia lainnya ke wilayah Ukraina utara dari negara tersebut tampaknya tidak akan segera terjadi, hal itu telah memicu perdebatan di antara mereka tentang apakah pasukan arahan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, akan bergabung dengan pasukan Rusia untuk menyerang Ukraina.

Pasukan Rusia yang bermarkas di Belarusia menyerbu wilayah Ukraina utara pada awal invasi Rusia ke negara itu pada akhir Februari lalu, dengan harapan dapat merebut Kyiv, yang berjarak 150 kilometer dari perbatasan Belarusia.

Lukashenko menjauhkan pasukannya dari keterlibatan langsung dalam invasi itu. Di saat yang sama, ia secara terbuka mendukung invasi tersebut dan mengizinkan militer Rusia menggunakan wilayah dan prasarana yang dimiliki Belarusia.

Pasukan Ukraina, yang didukung dengan pasokan senjata dari Barat, menghentikan serangan Rusia di luar Kyiv dan melakukan serangan balik.

Mereka berhasil memaksa pasukan Rusia mundur dari wilayah Ukraina utara di sekitar Kyiv untuk kembali ke Belarusia pada awal April lalu.

Rusia mengerahkan puluhan ribu tentara di Belarusia pada awal invasinya ke Ukraina. Saat ini, kehadiran pasukan Rusia di Belarusia hanya berjumlah ratusan, menurut Franak Viacorka, penasihat senior pemimpin oposisi Belarusia Sviatlana Tsikhanouskaya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Efek Invasi Ukriana ke Latihan Super Garuda Shield AS-Indonesia

Amerika Serikat dan Indonesia akan menggelar latihan Super Garuda Shield pada Agustus 2022. Latihan militer akan dilakukan selama dua pekan hingga 13 Agustus 2022. US Navy dan Marine turut akan terlibat.

Dari pihak AS, latihan akan dipimpin oleh Major General Stephen G. Smith. Ia mengaku senang AS diundang oleh Indonesia untuk melakukan latihan bersama yang fokus pada interoperability dan Indo-Pasifik yang terbuka.

Pada latihan ini, 14 negara lainnya akan berpartisipasi, seperti menjadi observer, termasuk Jepang. Super Garuda Shield 2022 digelar di tengah invasi Rusia kepada Ukraina. Ketika ditanya apa efek invasi itu ke latihan bersama Indonesia, Mayjen Smith menyorot pentingnya kerja sama militer.

"Apa yang saya pelajari mungkin pentingnya kemitraan, dan persahabatan, dan relasi di kawasan. Jadi kita belajar dari level taktis, kita memantau dengan teliti apa yang terjadi di sana," ujar Smith di Jakarta, Jumat (29/7/2022).

"Ini juga memperkuat pentingnya hubungan antar militer, belajar satu sama lain, tak masalah seberapa kecil negaranya, ada sesuatu yang bisa kita kontribusi ke satu sama lainnya," lanjutnya.

 

3 dari 3 halaman

Masalah Ongkos

Rencananya ada 4.000 tentara yang terlibat di Super Garuda Shield. Setengahnya dari AS, setengah lagi dari Indonesia. Smith berkata Indonesia yang mengundang AS untuk latihan Garuda Shield, namun Mayjen Smith tidak dapat menjawab ketika ditanya siapa yang membiaya latihan.

"Saya bukan hal dalam biaya terkait pembagian dana," ujarnya. "Saya tidak punya angkanya."

Namun, Mayjen Smith berkata hasil latihan ini akan setara dengan biaya yang dikeluarkan.

"Ini setara dengan hal keamanan, ini setara dengan kesiapan bersama, ini setara dengan relasi yang kita bangun," ucap Mayjen Smith.

Saat ini, Amerika Serikat sedang mengalami resesi akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat selama dua kuartal berturut-turut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.