Sukses

Rusia Bakal Keluar dari ISS Setelah Tahun 2024

Rusia mengungkapkan rencananya untuk hengkang dari International Space Station (ISS) setelah tahun 2024.

Liputan6.com, Moskow - Moskow mengatakan pada Selasa (26 Juli) bahwa mereka akan meninggalkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) "setelah 2024" di tengah ketegangan dengan Barat, dalam sebuah langkah yang diperingatkan para analis dapat menyebabkan penghentian penerbangan awak Rusia.

Dilansir laman Channel News Asia, Rabu (27/7/2022), konfirmasi dari langkah yang telah lama diperdebatkan itu muncul ketika hubungan antara Kremlin dan Barat terurai atas intervensi militer Moskow di Ukraina dan beberapa putaran sanksi yang menghancurkan terhadap Rusia, termasuk sektor luar angkasanya.

Pakar luar angkasa mengatakan keberangkatan Rusia dari Stasiun Luar Angkasa Internasional akan secara serius mempengaruhi sektor luar angkasa negara itu dan memberikan pukulan signifikan bagi program penerbangan awaknya, yang merupakan sumber utama kebanggaan Rusia.

"Tentu saja, kami akan memenuhi semua kewajiban kami kepada mitra kami, tetapi keputusan untuk meninggalkan stasiun ini setelah 2024 telah dibuat," kata Yury Borisov, kepala baru badan antariksa Rusia Roscosmos, kepada Presiden Vladimir Putin, menurut akun Kremlin. dari pertemuan mereka.

"Saya pikir pada saat ini kita akan mulai menyusun stasiun orbital Rusia," tambah Borisov, menyebutnya sebagai "prioritas" utama program luar angkasa domestik.

"Bagus," jawab Putin.

ISS akan pensiun setelah 2024, meskipun badan antariksa AS NASA mengatakan itu dapat tetap beroperasi hingga setidaknya tahun 2030.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

AS Menyayangkan

ISS diluncurkan pada tahun 1998 pada saat harapan untuk kerjasama AS-Rusia menyusul kompetisi Space Race mereka selama Perang Dingin.

Amerika Serikat mengaku terkejut dengan pengumuman tersebut.

"Ini perkembangan yang disayangkan mengingat karya ilmiah kritis yang dilakukan di ISS, kolaborasi profesional berharga yang dimiliki badan antariksa kami selama bertahun-tahun," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.

Dalam sebuah pernyataan kepada AFP, administrator NASA Bill Nelson mengatakan badan tersebut "belum mengetahui keputusan dari salah satu mitra, meskipun kami terus membangun kemampuan masa depan untuk memastikan kehadiran utama kami di orbit rendah Bumi".

Sampai saat ini, eksplorasi ruang angkasa telah menjadi salah satu dari sedikit bidang di mana kerja sama antara Rusia dan Amerika Serikat dan sekutunya tidak dirusak oleh ketegangan di Ukraina dan di tempat lain.

3 dari 4 halaman

Antariksa Rusia Tak Berkembang

Rusia sangat bergantung pada impor segala sesuatu mulai dari peralatan manufaktur hingga barang-barang konsumen, dan efek sanksi Barat diperkirakan akan mendatangkan malapetaka pada ekonomi negara itu dalam jangka panjang.

Pakar luar angkasa Vadim Lukashevich mengatakan ilmu antariksa tidak dapat berkembang di negara dengan sanksi berat.

"Jika ISS tidak ada lagi pada 2024, kita tidak akan punya tempat untuk terbang," kata Lukashevich kepada AFP. "Yang dipertaruhkan adalah pelestarian penerbangan berawak di Rusia, tempat kelahiran kosmonotika."

Menunjuk ke isolasi ilmiah dan teknologi Rusia yang berkembang, Lukashevich mengatakan pihak berwenang tidak dapat merencanakan lebih dari beberapa bulan sebelumnya dan menambahkan bahwa bahkan jika Rusia membangun stasiun yang mengorbit, itu akan menjadi kemunduran ke tahun 1980-an.

"Ini akan menjadi kuno, seperti flat wanita tua, dengan telepon tombol dan pemutar rekaman," katanya.

4 dari 4 halaman

Kemunduran bagi Rusia

Analis luar angkasa Vitaly Yegorov membuat catatan serupa, mengatakan bahwa hampir tidak mungkin untuk membangun stasiun pengorbit baru dari awal dalam beberapa tahun.

“Baik pada tahun 2024, atau pada tahun 2025, atau pada tahun 2026 tidak akan ada stasiun orbit Rusia,” kata Yegorov kepada AFP.

Dia menambahkan bahwa membuat stasiun luar angkasa yang lengkap akan membutuhkan setidaknya satu dekade "pendanaan paling dermawan".

Yegorov mengatakan kepergian Rusia dari ISS berarti Moskow mungkin harus menghentikan program penerbangan berawaknya "selama beberapa tahun" atau bahkan "tanpa batas".

Langkah itu juga bisa membuat Rusia meninggalkan pelabuhan antariksa utamanya, Baikonur, yang disewanya dari Kazakhstan, kata Yegorov.

Roket Soyuz Rusia adalah satu-satunya cara untuk mencapai Stasiun Luar Angkasa Internasional sampai SpaceX, yang dijalankan oleh miliarder Elon Musk, meluncurkan kapsul pada tahun 2020.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.