Sukses

Rusia Setop Pasokan Gas Polandia-Bulgaria Akibat Tak Dibayar Pakai Rubel

Perusahaan gas Rusia Gazprom pada Rabu 27 April 2022 menghentikan pasokan gas untuk Polandia dan Bulgaria.

Liputan6.com, Moskow - Perusahaan gas Rusia Gazprom pada Rabu 27 April 2022 menghentikan pasokan gas untuk Polandia dan Bulgaria. Ini merupakan langkah terbaru dalam perang ekonomi terkait perang Rusia Ukraina.

Rusia telah menuntut agar negara-negara Eropa, yang kebanyakan bergantung pada Rusia untuk sejumlah besar pasokan energi, membayar gas alam dalam mata uang Rusia, rubel.

Laporan VOA Indonesia yang dikutip Kamis (28/4/2022) menyebut Gazprom pada hari Rabu menyatakan bahwa Polandia dan Bulgaria tidak melakukannya. Oleh karena itu pasokan gas untuk mereka ditangguhkan.

Para pejabat Polandia dan Bulgaria mengatakan langkah Gazprom itu merupakan pelanggaran kontrak.

Sejumlah anggota Uni Eropa telah bertindak untuk mengurangi atau menghilangkan ketergantungan pada energi Rusia, termasuk dengan mencari sumber-sumber lain dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.

Dalam perkembangan ekonomi lainnya, Jaksa Agung AS Merrick Garland pada hari Selasa memberitahu Kongres bahwa ia mendukung legislasi yang akan memungkinkan aset Rusia yang disita diberikan “langsung untuk Ukraina.”

AS dan sekutu-sekutunya pada Selasa mengisyaratkan mereka bertindak cepat dan kuat untuk mendukung pasukan Ukraina dan meningkatkan tekanan terhadap ekonomi Rusia.

"AS pada mulanya perlu berpekan-pekan untuk memindahkan peralatan militer dan amunisi ke Ukraina," kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS. Tetapi sekarang AS sering mengirimkan persenjataan baru ke Ukraina dalam tiga hari, lanjutnya.

Blinken mengatakan sejak ia dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv akhir pekan lalu, kedua negara "sebagian besar selaras dalam apa yang mereka katakan mereka perlukan dan apa yang kami pikir kami mampu sediakan."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rumania Temui Volodymyr Zelensky, Sinyal Kuat Dukung Ukraina Lawan Rusia?

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Selasa (26/4) bertemu dengan Perdana Menteri Rumania Nicolae Ciuca untuk membahas dukungan Bucharest untuk Kiev, kata layanan pers kepresidenan.

Selama pembicaraan, Zelensky berterima kasih kepada pemerintah Rumania atas bantuannya, demikian dikutip dari laman Xinhua, Rabu (27/4/2022).

Bantuan ini termasuk bantuan pertahanan yang telah diberikan untuk Ukraina.

"Kunjungan Anda adalah sinyal penting dan jelas dari dukungan Ukraina dalam perang melawan Federasi Rusia," kata Zelensky.

Pemimpin Ukraina memuji posisi Rumania pada kebijakan sanksi terhadap Rusia atas konflik dengan Ukraina dan bantuan dalam mengatur transit kritis bantuan kemanusiaan internasional ke Ukraina, termasuk sumber daya energi.

Selama pembicaraan mereka, Zelensky dan Ciuca juga membahas prospek integrasi Eropa Ukraina, serta masalah kerjasama regional dan bilateral.

Presiden Volodymyr Zelensky Nantikan Kunjungan Joe Biden

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mendesak presiden AS Joe Biden untuk mengunjungi Ukraina dan menegaskan kembali bahwa dia tidak bersedia menyerahkan wilayah di timur negara itu untuk mengakhiri perang dengan Rusia, selama wawancara panjang dengan siaran CNN pada hari Minggu.

"Saya pikir dia akan melakukannya," kata Zelensky dalam bahasa Inggris ketika ditanya apakah dia mengetahui rencana kunjungan presiden AS.

"Tapi itu keputusannya, tentu saja, dan [itu] tergantung pada situasi keamanan, tentu saja. Tapi saya pikir dia adalah pemimpin Amerika Serikat dan itulah mengapa dia harus datang ke sini untuk melihatnya."

3 dari 4 halaman

Ukraina Dapat Bantuan dari AS

Zelensky menyambut bantuan militer tambahan senilai $800 juta yang disetujui oleh Gedung Putih minggu lalu , tetapi mendesak AS dan sekutunya untuk persenjataan yang lebih banyak dan pengiriman yang lebih cepat.

“Tentu saja, kami membutuhkan lebih banyak. Tapi saya senang dia membantu kami sekarang," kata Zelensky kepada CNN. 

“Saya merasa bahwa saat ini kita melakukan dialog yang lebih bersih. Ini adalah dialog yang memiliki beberapa tikungan dan belokan. Dan tidak hanya berbicara. Ini sangat, sangat sulit karena tidak banyak negara yang benar-benar membantu kami.”

Presiden Ukraina juga menegaskan kembali kekhawatiran bahwa pasukan Rusia dapat menggunakan senjata kimia atau nuklir taktis di Ukraina.

“Tidak hanya saya, seluruh dunia, semua negara harus khawatir… karena [penggunaan senjata nuklir] bukanlah informasi nyata, tetapi bisa menjadi kebenaran.”

“Senjata kimia… mereka bisa melakukannya, bagi mereka nyawa rakyat, tidak ada. Itu sebabnya,” kata Zelensky. “Kita harus berpikir jangan takut, jangan takut tapi bersiaplah. Tapi itu bukan pertanyaan untuk Ukraina, tidak hanya untuk Ukraina tetapi untuk seluruh dunia, saya pikir."

4 dari 4 halaman

Korban di Ukraina

Zelensky memperkirakan jumlah kematian militer Ukraina antara 2.500 hingga 3.000 menambahkan sekitar 10.000 lainnya telah terluka sejauh ini “dan sulit untuk mengatakan berapa banyak yang akan selamat.”

Dia mengklaim Rusia telah kehilangan hingga 20.000 tentara, yang belum dikonfirmasi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa per 13 April 2022 sudah ada 1.964 warga Ukraina meninggal dunia akibat serangan Rusia.

External Situation Report #7 periode 7-13 April 2022 yang dipublikasikan pada 14 April juga menunjukkan jumlah pengungsi yang telah meninggalkan Ukraina mencapai 4,6 juta orang.

Angka tersebut merupakan data pemerintah yang dikumpulkan oleh Komisaris Tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi atau the United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

Dalam enam minggu terakhir para pengungsi Ukraina melarikan diri ke negara tetangga dengan proporsi tertinggi yakni 57 persen di Polandia dan 15 persen di Rumania.

Sementara, 7,1 juta orang terpaksa melakukan perpindahan internal dan 2.613 orang tercatat mengalami luka-luka.

Konflik yang masih berlangsung membuat akses ke layanan perawatan kesehatan semakin sulit.  Hal ini diperparah dengan tidak adanya akses ke obat-obatan di beberapa daerah, gangguan parah dalam layanan kritis, dan kurangnya transportasi umum menuju bantuan medis.

Antara 24 Februari hingga 13 April, total ada 119 serangan pada fasilitas layanan kesehatan yang telah dilaporkan. Ini mengakibatkan 51 orang cedera dan 73 meninggal dunia. Serangan lebih lanjut sedang diverifikasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.