Sukses

Korea Utara Kecam Pemimpin AS, Sebut Joe Biden Presiden Lemah

Pihak Korea Utara mengecam Presiden AS Joe Biden.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara menggambarkan Joe Biden sebagai "orang tua dengan kepikunannya", dalam serangan pribadi yang penuh warna terhadap presiden AS setelah dia menuduh pemimpin Rusia itu melakukan kejahatan perang di Ukraina.

Cacian itu muncul setelah Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai "penjahat perang" dan memintanya untuk diadili atas dugaan kekejaman terhadap warga sipil di Bucha, Ukraina. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (11/4/2022).

"Cerita terbaru adalah kepala eksekutif AS yang berbicara buruk tentang presiden Rusia dengan data yang tidak berdasar," kata sebuah komentar yang dibawa oleh kantor berita resmi KCNA pada hari Sabtu.

"Pernyataan sembrono seperti itu hanya dapat dibuat oleh keturunan Yankee, yang menguasai agresi dan pemuliaan plot," tambahnya.

Itu menggambarkan Biden sebagai "presiden yang dikenal karena kesalahan lidahnya yang berulang-ulang", tetapi tidak menyebutkan namanya.

"Kesimpulannya bisa jadi ada masalah di fakultas intelektualnya dan bahwa ucapannya yang sembrono itu hanya menunjukkan kecerobohan seorang lelaki tua dalam kepikunannya," kata komentar tersebut, yang dikeluarkan pada Sabtu malam.

"Suram, tampaknya, adalah masa depan AS dengan orang yang begitu lemah dalam kekuasaan."

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Kedekatan Korea Utara-Rusia

Bersama dengan Beijing, Rusia adalah salah satu dari sedikit teman internasional Korea Utara dan sebelumnya telah membantu rezim tersebut.

Moskow telah lama menentang peningkatan tekanan terhadap Korea Utara yang bersenjata nuklir, bahkan meminta bantuan dari sanksi internasional untuk alasan kemanusiaan.

Pyongyang juga memihak Moskow dalam perangnya dengan Ukraina, dan menuduh Amerika Serikat sebagai "akar penyebab" krisis.

Media pemerintah Korea Utara memiliki sejarah panjang serangan pribadi yang penuh warna terhadap para pemimpin asing.

Sebelum Biden dinominasikan sebagai kandidat, ia memanggilnya "anjing gila" yang "harus dipukuli sampai mati dengan tongkat".

Ini merujuk pada mantan presiden AS Donald Trump sebagai "orang bodoh AS yang gila secara mental" dan pendahulunya Barack Obama dan George W. Bush sebagai "monyet" dan "manusia setengah matang".

Pihak Korea Utara juga mencerca mantan presiden Korea Selatan Park Geun-hye sebagai "penyihir" dan "pelacur licik".

3 dari 5 halaman

AS Kerap Jatuhkan Sanksi untuk Korut

Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi pada dua perusahaan Rusia dan satu entitas Korea Utara karena mentransfer barang-barang sensitif ke program rudal Korea Utara, kata Departemen Luar Negeri pada Kamis (24 Maret).

Itu menamai entitas Rusia sebagai Ardis Group of Companies LLC (Ardis Group) dan PFK Profpodshipnik LLC. Entitas Korea Utara yang menjadi sasaran sanksi disebut sebagai Biro Urusan Luar Negeri Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Kedua.

Selain itu, warga negara Rusia Igor Aleksandrovich Michurin dan warga negara Korea Utara Ri Sung-chol juga dikenai sanksi, kata Departemen Luar Negeri.

Pengumuman sanksi datang pada hari yang sama Korea Utara mengatakan pihaknya menguji jenis rudal balistik antarbenua yang baru dan kuat.

4 dari 5 halaman

Berbagai Sanksi dari AS

"Langkah-langkah ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk menghalangi kemampuan DPRK untuk memajukan program misilnya dan mereka menyoroti peran negatif yang dimainkan Rusia di panggung dunia sebagai pengembang program yang menjadi perhatian," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan. mengacu pada Korea Utara dengan inisial nama resminya.

Amerika Serikat juga memberi sanksi kepada Zhengzhou Nanbei Instrument Equipment Co Ltd karena memasok Suriah dengan peralatan yang dikendalikan oleh rezim nonproliferasi senjata kimia dan biologi yang dikenal sebagai Grup Australia.

Departemen Luar Negeri mengatakan sanksi terhadap perusahaan China menggarisbawahi kekurangan Beijing dalam menerapkan kontrol ekspor dan rekam jejak nonproliferasi.

5 dari 5 halaman

Dukungan Rusia untuk Korut

China dan Rusia pada Kamis (20/1) memblokir dorongan AS untuk menjatuhkan sanksi PBB pada lima warga Korea Utara sebagai tanggapan atas peluncuran rudal baru-baru ini oleh Pyongyang, kata para diplomat kepada AFP.

Blokir China datang sebelum pertemuan dewan tertutup baru di Korea Utara, juga diminta oleh Washington, dan diikuti oleh keputusan Rusia untuk menentang proposal Amerika.

Di bawah aturan PBB saat ini, periode pemblokiran berlangsung selama enam bulan. Setelah itu, anggota dewan lainnya dapat memperpanjang blok selama tiga bulan dan satu hari, sebelum proposal dihapus secara permanen dari meja perundingan.

Bersama dengan Beijing, Moskow telah lama menentang peningkatan tekanan terhadap Korea Utara, bahkan meminta keringanan sanksi internasional karena alasan kemanusiaan.

Pekan lalu, setelah Washington memberlakukan sanksi terhadap lima warga Korea Utara yang terkait dengan program rudal balistik negara itu, Amerika Serikat melakukan kampanye di Dewan Keamanan untuk memperpanjang sanksi PBB kepada lima orang yang sama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.