Sukses

Pakar: Embargo Komoditas Energi Rusia Kunci Akhiri Perang Ukraina

Tahun lalu, melonjaknya harga berarti pendapatan minyak dan gas menyumbang 36% dari pengeluaran pemerintah Rusia.

Liputan6.com, Kiev - Sebuah "embargo nyata" pada energi Rusia oleh negara-negara Barat dapat menghentikan perang di Ukraina, mantan penasihat ekonomi utama Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyarankan.

Dr Andrei Illarionov mengatakan Rusia "tidak menganggap serius" ancaman negara lain untuk mengurangi penggunaan energi mereka, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (10/4/2022).

Hal itu dianggap membuat Rusia berada di atas angin karena mengetahu bahwa negara Eropa masih membutuhkan komoditas energi mereka.

Meskipun mencoba mengurangi ketergantungannya pada sumber-sumber Rusia, Eropa terus membeli minyak dan gas dari Negeri Beruang Merah.

Tahun lalu, melonjaknya harga berarti pendapatan minyak dan gas menyumbang 36% dari pengeluaran pemerintah Rusia.

Sebagian besar pendapatan itu berasal dari Uni Eropa, yang mengimpor sekitar 40% gasnya dan 27% minyaknya dari Rusia.

Pekan ini, diplomat topnya Josep Borrell mengatakan "satu miliar [euro] adalah apa yang kita bayarkan kepada Putin setiap hari untuk energi yang dia berikan kepada kita".

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Embargo Nyata pada Sektor Energi Rusia Bisa Akhiri Perang

Dr Illarionov mengatakan jika negara-negara Barat "akan mencoba menerapkan embargo nyata pada ekspor minyak dan gas dari Rusia ... "Saya berani bertaruh bahwa mungkin dalam satu atau dua bulan, operasi militer Rusia di Ukraina, mungkin akan dihentikan, akan dihentikan."

"Ini adalah salah satu instrumen yang sangat efektif yang masih dimiliki negara-negara Barat."

Sementara perdagangan minyak dan gas terus berlanjut selama konflik, sanksi yang meluas berarti bahwa banyak kegiatan ekonomi lainnya telah berhenti, banyak perusahaan asing telah menarik diri dan ekspor telah terganggu.

Satu survei baru-baru ini oleh bank sentral Rusia sendiri bahkan memperkirakan ekonomi akan menyusut sebesar 8% tahun ini, sementara Institut Keuangan Internasional mengatakan itu bisa turun sebanyak 15%.

Akan tetapi, Dr Illarionov menunjukkan bahwa Presiden Putin siap untuk menanggung pukulan terhadap ekonomi yang menunjukkan di mana prioritasnya berada.

"Ambisi teritorialnya, ambisi kekaisarannya, jauh lebih penting daripada apa pun, termasuk mata pencaharian penduduk Rusia dan situasi keuangan di negara itu. bahkan keadaan keuangan pemerintahnya".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.