Sukses

WHO Minta Negara Kaya Untuk Turun Tangan Akhiri Pandemi COVID-19

WHO menyerukan negara-negara kaya untuk mendanai rencana $23 miliar (326 triliun rupiah) untuk mengakhiri pandemi COVID-19.

Liputan6.com, New York - World Health Organization (WHO) dan kelompok bantuan lainnya pada Kamis mengimbau para pemimpin 20 ekonomi terbesar dunia - atau yang dikenal dengan Group of 20 - untuk mendanai rencana US$ 23,4 miliar (331 triliun rupiah) untuk membawa vaksin, tes, dan obat-obatan COVID-19 ke negara-negara miskin dalam 12 bulan ke depan.

Dilansir dari laman France24, Jumat (29/10/2021), Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa Group of 20, yang para pemimpinnya bertemu di Roma pada akhir pekan, memiliki kekuatan politik dan keuangan yang diperlukan untuk mengakhiri pandemi dengan mendanai rencana tersebut, yang katanya dapat menyelamatkan lima juta jiwa.

Pembaruan terbaru dari Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A), hingga September 2022, diharapkan mencakup penggunaan pil antivirus oral eksperimental yang dibuat oleh Merck & Co untuk mengobati kasus ringan dan sedang.

Jika pil tersebut disetujui oleh pihak berwenang, biayanya hanya $10 (141 ribu rupiah) per sajian, dalam rencana tersebut, yang sejalan dengan draf dokumen yang dilihat oleh media Reuters awal bulan ini.

“Permintaannya sebesar $23,4 miliar (331 triliun rupiah). Itu jumlah uang yang cukup, tetapi jika Anda membandingkan dengan kerusakan yang juga terjadi pada ekonomi global oleh pandemi, itu tidak terlalu banyak, ”Carl Bildt, Utusan Khusus WHO untuk Akselerator ACT, mengatakan kepada wartawan sebelumnya.

Bildt, mantan perdana menteri Swedia, mengakui bahwa ACT-A telah berjuang untuk mengamankan pembiayaan sebelumnya.

“Saya berharap dan mendesak agar Group of 20 akan membuat komitmen untuk mengakhiri pandemi,” ujar Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Stoere, yang negaranya memimpin upaya penggalangan dana.

Anggaran yang sama sebesar $7 miliar (99 triliun rupiah) dialokasikan untuk vaksin dan tes diagnostik, dengan tambahan $5,9 miliar (83 miliar rupiah) untuk meningkatkan sistem kesehatan dan $3,5 miliar (49 miliar rupiah) untuk perawatan termasuk antivirus, kortikosteroid, dan oksigen medis.

Tedros mencatat pada briefing bahwa kasus global meningkat untuk pertama kalinya dalam dua bulan, didorong oleh Eropa.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Booster Vaksin

COVAX, cabang vaksin ACT-A, telah mengirimkan sekitar 400 juta dosis COVID-19 ke lebih dari 140 negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana tingkat vaksinasi tetap rendah, kata kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan.

Sekitar 82 negara kemungkinan akan luput dari target global WHO untuk cakupan 40% vaksinasi pada akhir tahun, tetapi beberapa diantaranya dapat menyusul jika pasokan mulai mengalir, katanya.

“Salah satu hal yang sekarang sangat mengganggu adalah kebutuhan akan booster, semakin banyak negara berpenghasilan tinggi yang menggunakan dosis booster dan ini juga sedang menyedot dosis vaksin,” tambah Swaminathan.

Hampir satu juta suntikan booster diberikan setiap hari, “tiga kali lipat jumlah vaksin yang diberikan di negara-negara berpenghasilan rendah,” katanya.

Mengacu pada India, yang memulai kembali ekspor vaksin COVID-19 "relatif rendah" bulan inis etelah menangguhkannya pada April karena epidemi domestiknya, Swaminathan mengatakan: "Saya pikir volume yang keluar dari India ini akan naik secara signifikan."

Obat Merck

Produsen obat AS, Merck & Co. (AFP)

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS sedang mempertimbangkan otorisasi penggunaan darurat molnupiravir, pil antivirus yang dikembangkan Merck dengan Ridgeback Biotherapeutics.

Hal tersebut ditunjukkan dalam uji klinis untuk mengurangi separuh risiko penyakit serius dan kematian ketika diberikan lebih awal untuk COVID-19.

"Ini adalah obat yang saat ini kami evaluasi dan kami bertemu dengan Merck pada hari Jumat untuk membahas data dari uji klinis mereka saat ini yang sedang berlangsung di negara lain," kata Maria van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID.

Maria juga menambahkan bahwa agensi berharap untuk mengeluarkan panduan tentang penggunaannya dalam beberapa minggu mendatang.

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Swedia ialah sebuah negara Nordik di Skandinavia, Eropa Utara
    Swedia ialah sebuah negara Nordik di Skandinavia, Eropa Utara

    Swedia

  • who