Sukses

Studi WHO Kuak Obesitas dan Kemiskinan Picu Tekanan Darah Tinggi

Hipertensi bisa menyebabkan pembuluh darah tersumbat yang dapat mengakibatkan stroke.

Liputan6.com, Jenewa - Hampir 1,3 miliar orang di seluruh dunia menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, pembunuh diam-diam yang sering didorong oleh obesitas yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu 24 Agustus 2021.

The Lancet, sebuah studi yang dikerjakan oleh WHO dan Imperial College London mengatakan hipertensi mudah didiagnosis dengan memantau tekanan darah dan dapat diobati dengan obat-obatan murah.

Namun, setengah dari orang yang terkena hipertensi tidak menyadari kondisi mereka yang tidak diobati, seperti dilansir dari Channel News Asia, Senin (30/8/2021).

Sementara tingkat hipertensi telah berubah sedikit dalam 30 tahun, beban kasus telah bergeser ke negara-negara berpenghasilan rendah karena negara-negara kaya sebagian besar telah mengendalikannya, dalam studi tersebut.

"Ini jauh dari kondisi kemakmuran, ini kondisi kemiskinan," ujar Majid Ezzati, profesor kesehatan lingkungan global di Imperial College London, dalam konferensi pers.

"Banyak bagian Afrika sub-Sahara, sebagian Asia Selatan, beberapa negara kepulauan Pasifik, mereka masih belum mendapatkan perawatan yang dibutuhkan," tambahnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hipertensi Faktor Utama Penyakit Jantung

Sekitar 17,9 juta orang meninggal pada 2019 karena penyakit kardiovaskular atau sering disebut penyakit jantung, terhitung satu dari tiga kematian global, dengan hipertensi sebagai faktor utama, menurut WHO.

“Kita tahu pengobatannya murah, obatnya murah. Namun, perlu dimasukkan ke dalam UHC (Universal Health Coverage) jadi ini bukan biaya bagi pasien, harus ditanggung oleh sistem asuransi," kata Bente Mikkelsen, Direktur Departemen Penyakit Tidak Menular WHO.

Terlepas dari faktor risiko genetik untuk hipertensi, ada faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yang terkait dengan gaya hidup, kata Mikekelsen.

Gaya hidup tersebut termasuk diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi tembakau dan alkohol, diabetes yang tidak terkontrol, dan kelebihan berat badan.

Mengacu pada obesitas, dia berkata: "Ini benar-benar tsunami dari faktor risiko".

 

Reporter: Cindy Damara

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini