Sukses

Menguak Aksi Ikonik Atlet Olimpiade Gigit Medali, Apa Artinya?

Pasti Anda seringkali mendapati aksi sang atlet juara mengigit medali. Mengapa demikian?

Liputan6.com, Tokyo - Anda pasti seringkali menyaksikan pemandangan ikonik dunia olahraga. Misalnya, saat sang juara atlet naik ke podium sambil berpose mengigit medali emas.

Lantas apakah aksi sang juara atlet mengigit medali tersebut adalah sebuah keharusan?

Dikutip dari CNN pada Jumat (30/7/2021), David Wallechinsky, Anggota Komite Eksekutif The International Society of Olympic Historians, mengatakan kepada CNN pada 2012 bahwa itu mungkin improvisasi saja untuk media saat memotret sang atlet bersama medali miliknya.

"Sepertinya itu adalah obsesi para fotografer yang secara tidak langsung menjadi pose ikonik dan mempunyai daya jual tersendiri. Saya tidak berpikir itu keinginan dari para atlet sendiri," jelas David.

Bertepatan dengan ajang olahraga kelas dunia, Olimpiade Tokyo 2020 pada pekan lalu memperingatkan bahwa medali tersebut tidak dapat dimakan. Hal ini guna menghindari hal buruk dari tindakan mengigit medali.

"Medali kami terbuat dari bahan daur ulang dari perangkat elektronik yang disumbangkan oleh masyarakat Jepang. Jadi, Anda tidak perlu menggigitnya meskipun kami tahu Anda pasti akan melakukannya."

Misalnya, pemain bintang tenis Rafael Nadal, yang menjadi terkenal karena terlihat seperti ingin mengambil sebagian dari trofi yang dimenangkannya - Coupe des Mousquetaires - trofi The French Open Men's.

Senin lalu juga sempat Tim GB Tom Daley, yang memenangkan kompetisi loncat indah 10 meter putra bersama rekannya Matty Lee, merajut kantong untuk menjaga medali emasnya tetap aman saat mereka berada di Tokyo, Jepang.

Diketahui, Daley mulai merajut saat berlangsungnya pembatasan sosial COVID-19. Dia juga mengabadikannya melalui Instagram dan menuliskan bahwa rajutan kantong untuk mencegah medali tergores.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Serba Serbi Aksi Atlet Dunia Saat Dapat Medali

Dahulu di tahun 2008, pesepakbola Tim USA Christie Rampone mengungkapkan kepada Tampa Bay Times bahwa susunan medalinya disembunyikan di antara panci dan wajan di rumahnya. Aksi ini ia lakukan karena dirinya yakin itu akan menjadi tempat terakhir yang mungkin dilihat seseorang.

Di samping itu, di minggu awal Olimpiade, Michael Phelps menemukan beberapa aksi baru untuk mengangkat medali.

Dalam wawancara "60 Menit" dengan Anderson Cooper pada 2012, Phelps mengatakan dia menyimpan delapan medali emasnya dari Olimpiade Beijing 2008 dalam tas rias keliling yang dibungkus dengan kaus oblong abu-abu.

Mengingat Phelps adalah atlet Olimpiade dengan perolehan medali terbanyak. Sepertinya dengan total 28 medali, Phelps bisa mencoba inovasi baru untuk menampungnya.

Namun, tidak semua atlet selamanya menyimpan medali Olimpiade mereka. Contohnya, petinju papan atas Wladimir Klitschko mengatakan kepada CNN bahwa dia menjual medali emas yang dimenangkannya di Olimpiade Atlanta 1996 seharga $ 1 juta (Rp 14,4 miliar).

Hasil penjualan tersebut disumbangkan ke yayasan Klitschko Brothers - sebuah badan amal yang didirikan oleh Wladimir dan saudaranya Vitali untuk membantu anak-anak miskin di Ukraina.

"Kami peduli dengan pendidikan dan olahraga, itu adalah kunci dalam kehidupan setiap anak. Jika mereka memiliki pengetahuan, mereka bisa lebih siap memasuki kehidupan dewasa mereka dan olahraga mengajarkan kedisplinan - bagaimana menghormati lawan, bagaimana menghormati aturan," ucap Wladimir.

"Dalam hidup selalu seperti itu, saat terjatuh maka Anda harus bangkit kembali. Dari olahraga saya memetik pelajaran yang luar biasa." tutupnya.

Terakhir, atlet renang AS Anthony Ervin melelang medali emas Olimpiade 2000 miliknya di e-Bay. Pelelangan bertujuan untuk membantu para korban tsunami di Samudra Hindia 2004 silam.

Reporter: Bunga Ruth

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.