Sukses

Inggris Terisolasi Akibat Varian Baru Virus Corona, Ratusan Truk Terjebak di Pelabuhan

Ratusan truk terjebak dalam kemacetan besar di pelabuhan Dover, pantai selatan Inggris, akibat temuan varian baru Virus Corona yang lebih menular.

Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar negara di dunia memblokir akses perjalanan dari dan ke Inggris karena temuan varian baru Virus Corona yang dilaporkan lebih menular. Akibatnya, salah satu rute perdagangan terpenting Eropa terganggu. 

Ratusan truk terjebak dalam kemacetan besar di pelabuhan Dover, pantai selatan Inggris, pada Selasa 22 Desember waktu setempat. Para pengemudi truk mengungkapkan kemarahan dan kesedihan atas larangan perjalanan yang tiba-tiba dari sejumlah negara.

Salah satunya Prancis yang menutup perbatasan Inggris pada Minggu 20 Desember dengan memberlakukan larangan perjalanan melalui darat, laut, kereta api dan udara, setelah ditemukannya jenis baru Virus Corona.

Pengemudi truk yang terdampar di dekat pelabuhan Dover mengatakan, mereka hanya ingin pulang tepat waktu untuk Natal. Sebagian besar para pengemudi tidur semalaman di truk mereka.

"Peluang saya untuk pulang ke rumah saat Natal menurun. Itu bodoh dan saya gugup dan tidak senang tentang itu," kata Stanislaw Olbrich, seorang sopir truk Polandia berusia 55 tahun yang terjebak 24 mil (40 km) di utara Dover yang terjebak karena isolasi yang disebabkan temuan varian baru Virus Corona di Inggris.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

PM Boris Johnson Bergegas

Dengan antrian truk yang mengular di Inggris dan rak supermarket yang kosong hanya beberapa hari sebelum Natal, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bergegas meminta Presiden Prancis Emmanuel Macron mencabut larangan pengiriman dari Inggris.

Johnson dan para penasihatnya mengatakan, varian baru COVID-19 yang bisa mencapai 70 persen lebih mudah ditularkan, menyebar dengan cepat tetapi telah diidentifikasi karena para ilmuwan Inggris sangat efisien dalam pengawasan genom.

Menteri Eropa Prancis Clament Beaune mengatakan, Inggris dan Prancis akan mengumumkan kesepakatan untuk memulai kembali pengiriman pada Rabu (23/12/2020). Salah satu opsinya adalah melakukan pengujian massal untuk pengemudi truk.

"Kami berbicara dengan kolega kami di Prancis terus-menerus tentang berbagai masalah dan pekerjaan telah berlangsung selama 24 jam terakhir dan kami akan melanjutkannya hari ini," kata Menteri Dalam Negeri Priti Patel kepada Sky News. "Kita akan lihat apa yang terwujud hari ini."

Ditanya apakah akan ada kesepakatan pada hari Selasa, Patel mengatakan, "Kami sedang bekerja untuk mendapatkan resolusi. Adalah kepentingan kami berdua untuk memastikan bahwa kami memiliki arus barang."

Johnson berbicara dengan Macron pada Senin 21 Desember tentang mencabut larangan pengiriman

Penemuan varian baru COVID-19, hanya beberapa bulan sebelum vaksin diharapkan tersedia secara luas, menabur gelombang kepanikan baru dalam pandemi yang telah menewaskan sekitar 1,7 juta orang di seluruh dunia dan lebih dari 67.000 di Inggris.

 

 
 
3 dari 3 halaman

Tidak Ada Bukti

Negara-negara di seluruh dunia telah menutup perbatasan mereka ke Inggris sejak akhir pekan, ketika Perdana Menteri Boris Johnson membatalkan rencana Natal untuk jutaan warga Inggris karena varian baru COVID-19, meskipun Johnson mengatakan tidak ada bukti bahwa varian baru Virus Corona itu lebih mematikan.

Kekhawatiran utama adalah bahwa varian baru COVID-19 secara signifikan lebih dapat ditularkan daripada galur aslinya. Ia memiliki 23 mutasi dalam kode genetiknya - jumlah perubahan yang relatif tinggi - dan beberapa di antaranya memengaruhi kemampuannya untuk menyebar.

Para ilmuwan mengatakan, tidak ada bukti bahwa vaksin yang saat ini sedang digunakan di Inggris - dibuat oleh Pfizer PFE.N dan BioNtech 22UAy.DE - atau suntikan COVID-19 lainnya yang sedang dikembangkan tidak akan melindungi terhadap varian ini, yang dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.7.

Inggris berada dalam karantina COVID-19 yang efektif hanya sembilan hari sebelum berpisah dengan Uni Eropa setelah masa transisi. Krisis baru ini menyebabkan beberapa pembeli panik yang memborong barang-barang di rak-rak supermarket.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.