Sukses

Diduga Rekrut Mata-mata, Pusat Kebudayaan China Confucius Institute di AS Bakal Ditutup

Pusat kebudayaan Tiongkok, Confucius Institute di Amerika Serikat diduga merekrut mata-mata serta menyebar propaganda China.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo berkata segera menutup Confusius Institute di China pada akhir tahun. Institusi itu diduga dipakai untuk merekrut mata-mata China.

Confusius Institute adalah pusat budaya China yang berlokasi di kampus-kampus Amerika Serikat.

"Saya berpikir semua orang melihat ada risiko yang diasosiasikan dengan mereka," ujar Menlu Pompeo seperti dikutip The Standard, Kamis (3/9/2020).

"Saya berharap kita bisa menutup mereka semua sebelum akhir tahun ini," jelas Pompeo.

Bulan lalu, Menlu Pompeo menyebut pusat pengelola Confusius Institute menyebar propaganda China dan pengaruh jahat. Institut tersebut lantas diminta agar didaftarkan sebagai misi luar negeri.

Pernyataan Mike Pompeo lebih keras ketimbang ucapan diplomat AS yang sebelumnya berkata Confusius Institute tak akan tutup, namun kampus harus lebih waspada.

Mike Pompeo berkata isu melawan China berbeda dari Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet. Sekarang tantangannya bukan ideologi politik, melainkan ekonomi.

"Tantangan-tantangannya berbeda, mereka adalah tantangan-tantangan ekonomi," ujar Pompeo.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

China Ingin Bangun Fasilitas Militer di Indonesia?

China dilaporkan ingin mendirikan jaringan logistik militer untuk menunjang tentara mereka. Amerika Serikat menyebut Indonesia menjadi salah satu target China dalam pembangunan tersebut.

Informasi itu muncul di laporan Kementerian Pertahanan (Kemhan) AS berjudul Military And Security Developments Involving The People's Republic Of China. Nama Indonesia disebut tiga kali pada laporan itu.

Berdasarkan laporan Kementerian Pertahanan AS, ada sejumlah negara Asia Tenggara hingga Timur Tengah yang China harap bisa gunakan sebagai lokasi fasilitas logistik militer. 

Pusat logistik itu digunakan untuk Tentara Pembebasan Rakyat atau People Liberation Army (PLA) milik China. Saat ini, China sudah memiliki pusat logistik militer di Djibouti.

"RRC kemungkinan telah mempertimbangkan Myanmar, Thailand, Singapore, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan sebagai lokasi untuk fasilitas logistik militer bagi PLA," tulis laporan tersebut seperti dikutip asia.nikkei.com, Rabu (2/9/2020).

AS berkata pusat logistik itu akan mendukung tentara darat, laut, dan udara milik China. Kehadiran pusat logistik seperti itu dianggap bisa menganggu AS.

"Jaringan logistik militer Tentara Pembebasan China bisa saja ikut campur ke operasi-operasi militer AS dan menyediakan fleksibiltas untuk mendukung operasi ofensif melawan Amerika Serikat," tulis laporan tersebut.

AS juga mengkritik laporan Jalur Sutera Baru (OBOR) milik China dalam laporan tersebut. Proyek OBOR dinilai mengkhawatirkan dari segi korupsi, utang, lingkungan, dan kurangnya transpransi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.