Sukses

Panas Death Valley Capai 54,4 Derajat Celsius, Suhu Tertinggi di Bumi?

Suhu di Taman Nasional Death Valley, California mencapai 54,4 dearajat Celcius

Liputan6.com, Death Valley - Suhu di Taman Nasional Death Valley, California, mencapai 54,4 derajat Celsius. Catatan tersebut saat ini sedang diverifikasi Layanan Cuaca Nasional AS, bila benar maka akan menjadikannya suhu tertinggi yang pernah tercatat di Bumi.

Hal itu terjadi karena panasnya gelombang di pantai barat AS, di mana suhu diperkirakan akan naik setiap harinya pada pekan ini. Kondisi super panas tersebut telah menyebabkan dua hari pemadaman listrik di California, setelah pembangkit listrik tidak bisa berfungsi pada Sabtu, 15 Agustus.

"Ini panas yang paling menyengat yang menyinari wajah Anda," kata Brandi Stewart, yang bekerja di Taman Nasional Death Valley, seperti dilansir BBC, Selasa (18/8/2020).

Stewart telah tinggal dan bekerja di taman nasional selama lima tahun. Dia menghabiskan banyak waktunya di dalam ruangan pada bulan Agustus karena terlalu tidak nyaman berada di luar.

"Ketika Anda berjalan keluar, muka Anda seperti ditiupkan sekumpulan pengering rambut. Anda merasakan panas bagaikan berjalan di dalam oven," ungkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Catatan Suhu Tinggi Sebelumnya

Tingginya suhu tersebut dicatat pada hari Minggu oleh Furnace Creek di Death Valley. Sebelumnya, suhu tertinggi yang tercatat di Bumi adalah 54 derajat Celsius, yang juga terjadi di Death Valley pada 2013.

Sebelumnya, di Death Valley juga pernah menghadapi panasnya suhu 56,6 derajat Celsius yang terjadi seabad sebelumnya, tapi hingga saat ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli cuaca modern meyakini bahwa terjadi kekeliruan perhitungan.

Menurut analisis sejarawan cuaca Christopher Burt pada 2016, pencatatan suhu lainnya di wilayah tersebut pada tahun 1913 tidak menguatkan catatan Death Valley.

3 dari 4 halaman

Gelombang Panas Sebabkan Permintaan Listrik Melebihi Pasokan

Gelombang panas saat ini sedang menyinari Arizona di barat daya hingga negara bagian Washington di barat laut. Diperkirakan akan mencapai puncaknya pada hari Senin dan Selasa, hingga suhu mulai turun di akhir minggu. Namun, panas tersebut akan berlanjut setidaknya selama 10 hari.

Saat suhu melonjak di California, Operator Sistem Independen California (CISO), yang mengelola daya negara bagian, akan menyatakan Darurat Tahap 3, yang berarti " permintaan listrik mulai melebihi pasokan".

Karena sebagian besar energi di kawasan ini bergantung pada energi matahari dan angin, dan banyak orang menggunakan listriknya untuk AC, maka selama gelombang panas, jaringan listrik akan menjadi tegang dan berisiko tidak berfungsi sama sekali.

Untuk mengelola permintaan negara perihal listrik dan mencegah pemadaman total, pihak berwenang menggunakan sistem pemadaman bergilir terjadwal untuk mengontrol dan menghemat energi.

4 dari 4 halaman

Dampak Fatal dari Panas Ekstrim

Para pihak yang berwenang mengartikan panas ekstrem sebagai periode hari panas namun memiliki kelembapan tinggi, dengan suhu di atas 32ºC. Badan kesehatan masyarakat AS, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), mengatakan gelombang panas rata-rata telah menyebabkan kematian lebih banyak daripada saat  cuaca ekstrem lainnya di negara itu.

Efek langsung gelombang panas pada tubuh manusia adalah heat cramps (keram karena panas), dehidrasi, dan bahkan yang lebih fatal bisa terkena heat stroke. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan bahwa panas ekstrem juga dapat memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, seperti penyakit pernapasan, jantung, dan gangguan ginjal.

Tak hanya pada masalah kesehatan, peristiwa ini juga dapat memengaruhi infrastruktur, seperti membuat pesawat jatuh, melelehkan aspal, bahkan bisa menyebabkan bagian dalam mobil menjadi terlalu panas hingga meledak. Gelombang panas juga dapat berdampak parah pada pertanian yang menyebabkan sayuran layu dan mati, atau bahkan menimbulkan penyebaran penyakit tanaman.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.