Sukses

Lacak Virus Corona di Beijing, China Cek Belasan Ribu Makanan Impor

Dengan wabah yang kembali terjadi di Beijing, China telah meningkatkan inspeksi dan pengujian Virus Corona COVID-19 pada makanan impor.

Liputan6.com, Beijing - Di tengah wabah baru Virus Corona yang terkait dengan pasar makanan di Kota Beijing, China telah meningkatkan inspeksi makanan impor. 

Keputusan tersebut datang ketika para peneliti di negara tersebut mencoba melacak sumber dari virus itu, dan pernyataan bahwa variasi virus yang menyebar di Beijing lebih tua dibanding yang tersebar di Eropa saat ini. 

Seorang pejabat karantina di Administrasi Umum Bea Cukai China, Song Yueqian, mengatakan pada Jumat (19/6) bahwa lembaganya telah meluncurkan gerakan nasional untuk memeriksa semua produk impor segar yang disimpan dingin dari "negara-negara berisiko tinggi." 

Sejauh ini, Song Yueqian mengatakan bahwa pihak berwenang telah menguji lebih dari 15.600 sampel makanan impor, termasuk kemasan, dan semuanya kembali negatif untuk virus tersebut.

Selain itu, badan pemerintahan dan perusahaan makanan dari lebih dari 36 perusahaan negara juga telah diminta untuk fokus pada pencegahan kontaminasi Virus Corona pada makanan.

Dilakukannya langkah-langkah itu karena wabah yang terkait dengan pasar makanan Xinfadi, Beijing, sebagai lokasi dimana sebagian besar dari 183 kasus Corona COVID-19 muncul di kota itu sejak 11 Juni, demikian seperti dikutip dari South China Morning Post, Minggu (21/6/2020). 

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengujian Pada Ratusan Sampel

Ratusan sampel yang diambil dari pasar itu salah satu yang diuji untuk virus, kata para peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.

Peneliti dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, Zhang Yong, mengatakan bahwa Virus Corona yang ditemukan dalam sampel diurutkan secara genetik dan genomnya dibandingkan dengan yang lain yang tersedia untuk umum.

Dalam pengujian itu, ia menggunakan pemodelan matematika dan analisis mutasi, atau perubahan genom, dan menunjukkan bahwa strain Beijing lebih awal dalam proses evolusi genetika.

Zhang memaparkan, "Studi awal tentang epidemiologi genom menunjukkan strain berasal dari Eropa, tetapi berbeda dari strain yang saat ini lazim di Eropa. Itu lebih tua," dan mengutip dalam sebuah pernyataan di situs web pengawas anti-korupsi Partai Komunis, yang telah menerbitkan sejumlah pembaruan terkait Virus Corona.

Selain itu, Zhang juga memberikan penjelasan, bahwa virus itu bisa jadi tiba di Beijing dalam makanan beku impor yang terkontaminasi dan tidak bermutasi selama penyimpanan dan transportasi.

Sedangkan kemungkinan lainnya adalah bahwa virus itu sudah ada di pasar selama beberapa waktu tanpa menginfeksi siapa pun, dan tidak diberantas. Hingga ketika akhirnya wabah muncul, virus tersebut tidak bermutasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.