Sukses

China Tolak Investigasi Asal-Usul Corona COVID-19 Jika Terkait Ganti Rugi

China menolak investigasi asal-usul Virus Corona (COVID-19) jika ada udang di balik batu.

Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China mengungkap penolakan mereka terhadap investigasi asal-usul Virus Corona COVID-19. Alasannya bukan hanya karena politik, melainkan urusan ganti rugi. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan, investigasi harus berdasarkan sains. Sementara, permintaan Amerika Serikat untuk mencari asal Virus Corona disinyalir adalah upaya mendapat kompensasi.

"Beberapa orang di AS berani-beraninya berkata bahwa China membuat atau menyebarkan virusnya. Mereka ingin mendorong investigasi padahal China sudah diduga bersalah oleh mereka," ujar Hua Chunying seperti dikutip dari situs resmi Kemlu China, Jumat (8/5/2020). 

"Ini adalah manipulasi politik. Mereka ingin memojokan China dan meminta China bertanggung jawab dan mengklaim kompensasi," ujar Hua Chunying. 

Menurutnya, niat itu berlawanan dengan niat ilmiah. Meneliti Virus Corona dengan cara demikian dinilai China bisa mengganggu kerja sama internasional. 

"China tegas menolak itu," kata wanita itu. 

Sebelumnya, Australia juga meminta agar ada investigasi internasional terkait Virus Corona. China langsung berang dan memberi ancaman ke produk ekspor Australia.

Pihak China berkata meneliti Virus Corona harus dilakukan ahli profesional. Negara komunis itu mengaku siap mengandalkan WHO untuk mengetahui asal virus tersebut.

"Sejak wabah dimulai, China telah memegang sikap terbuka, transparan, dan bertanggung jawab, dan mengutamakan komunikasi dekat dengan WHO. Kita berdiri siap untuk melanjutkan dukungan ke WHO dalam memimpin perlawanan global melawan COVID-19," kata Hua Chunying.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belum Ada Bukti

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pada pada Senin. 4 Mei 2020 bahwa Washington tidak dapat memberikan bukti yang mendukung klaim "spekulatif" presiden AS bahwa Virus Corona baru berasal dari laboratorium China.

"Kami belum menerima data atau bukti spesifik dari pemerintah Amerika Serikat yang berkaitan dengan asal-usul Virus Corona. Jadi dari sudut pandang kami, ini tetap spekulatif," direktur kedaruratan WHO Michael Ryan, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa kemarin.

Para ilmuwan meyakini virus pembunuh itu melonjak dari hewan ke manusia, muncul di China akhir tahun lalu, kemungkinan dari pasar di Wuhan yang menjual hewan eksotik.

Namun Presiden AS Donald Trump, yang semakin kritis terhadap manajemen wabah pertama China, mengklaim memiliki bukti bahwa itu dimulai di laboratorium Wuhan.

Dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Minggu kemarinmengatakan "bukti besar" mendukung klaim itu, yang telah ditolak keras oleh China.

"Seperti organisasi berbasis bukti, kami akan sangat bersedia menerima informasi apa pun yang dimaksudkan sebagai asal virus," kata Ryan, menekankan bahwa ini adalah "bagian yang sangat penting dari informasi kesehatan masyarakat untuk pengendalian di masa depan.

"Jika data dan bukti itu tersedia, maka pemerintah Amerika Serikat akan memutuskan apakah dan kapan dapat dibagikan, tetapi sulit bagi WHO untuk beroperasi dalam kekosongan informasi dalam hal itu," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • virus corona