Sukses

Kuba Terapkan Sistem Karantina Warga Asing untuk Cegah Corona COVID-19

Tak hanya melakukan karantina bagi warga asing, otoritas Kuba juga akan menutup perbatasan sebagai upaya pencegahan.

Liputan6.com, Havana - Otoritas di Kuba akan mengarantina turis asing yang masuk ke negaranya mulai Selasa 24 Maret.

Hal ini dilakukan sebagai upaya menekan angka penyebaran Corona COVID-19 di negara tersebut, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (24/3/2020).

Tak hanya melakukan karantina bagi warga asing, otoritas Kuba juga akan menutup perbatasan sebagai upaya pencegahan.

"Semua wisatawan yang masih di hotel akan ditempatkan di karantina," ujar Manuel Marrero Perdana Menteri Kuba.

Dalam pernyataan yang disampaikan lewat televisi PM Manuel Marrero menyatakan, ada lebih dari 32 ribu wisatawan yang berkunjung ke Kuba.

Tahu dengan kebijakan ini, para wisatawan banyak yang bergegas ke bandara di Havana, cemas tentang peluang mereka untuk menemukan penerbangan. Banyak dari wisatawan yang ingin pulang ke negara mereka masing-masing atau pindah ke negara lain guna menghindari masa karantina dari pemerintah Kuba.

Secara ekonomi, Kuba sangat bergantung pada pendapatan pariwisata. Sampai sekarang, Kuba telah melawan tren regional untuk menutup perbatasannya dengan orang asing.

Dari 32.500 wisatawan yang sudah berada di pulau itu, 9,400 tinggal di homestay. Menurut pemerintah, mereka akan dipindahkan ke hotel yang dikelola negara.

Pihak berwenang pada hari Senin juga mengumumkan penutupan sekolah selama satu bulan, suatu langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak revolusi 1959. Padahal pendidikan dan kesehatan adalah dua pilar utama negara itu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kondisi Amerika Serikat

Sementara itu jumlah pasien meninggal akibat Virus Corona COVID-19 di Amerika Selatan yang secara geografis dekat dengan Kuba telah menembus angka 500. Total ada 550 orang meninggal hingga Senin 23 Maret 2020 waktu setempat. New York menjadi lokasi paling terdampak.

Dilaporkan New York Post, Selasa (24/3/2020), angka kematian pada Senin pekan ini adalah yang terburuk di AS sejauh ini. Sebab, untuk pertama kalinya jumlah pasien meninggal melewati 100 orang.

Presiden AS Donald Trump mengakui situasi memang sedang buruk. Namun, ia berjanji angkan pasien COVID-19 akan berkurang. Pemerintah AS kini sedang berusaha menurunkan kurva angka pasien Virus Corona baru tersebut.

"Ini akan sangat buruk. Tentunya ini akan menjadi sangat buruk," ujar Trump saat briefing harian di Gedung Putih.

"Angkanya akan bertambah seiring berjalannya waktu, kemudian mereka akan berkurang," ujar Trump.

Koordinator Respons Virus Corona COVID-19 Gedung Putih, Dr. Deborah Birx, mengakui bahwa serangan COVID-19 di New York dan New Jersey memang lebih parah. Masyarakat pun diminta patuh pada program 15 hari pemerintah yang bertujuan menurunkan penyebaran COVID-19.

Deborah Birx berkali-kali menekankan para lansia memiliki risiko tinggi dari COVID-19, berbeda dari anak muda yang lebih kuat melawan virus itu.

Birx sendiri mengaku sempat merasakan demam pada akhir pekan lalu. Ia memutuskan tes COVID-19 dan hasilnya negatif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.