Sukses

Virus Pnemonia Misterius Bikin China dan Seluruh Asia Resah

Otoritas kesehatan China belum dapat mengidentifikasi jenis pneumonia misterius yang telah menginfeksi puluhan orang dan membuat seluruh Asia waspada.

Liputan6.com, China - Otoritas kesehatan China belum dapat mengidentifikasi jenis pneumonia misterius yang telah menginfeksi puluhan orang dan membuat seluruh Asia waspada - meskipun mereka telah mengesampingkan kembalinya virus SARS (severe acute respiratory syndrome)—sindrom pernapasan akut yang parah.

Dilansir dari CNN (6/1/2020), sebanyak 59 kasus virus pneumonia yang viral telah dilaporkan di Kota Wuhan, China tengah, dengan tujuh pasien dilaporkan dalam kondisi kritis. Komisi Kesehatan Kota Wuhan memberi pernyataan pada Minggu 5 Januari 2020 bahwa semua pasien dirawat di karantina, dan menurut laporan, tidak ada kematian.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, gejala-gejala pneumonia sebagian besar adalah demam, dengan sejumlah pasien mengalami kesulitan bernafas, dan rontgen dada menunjukkan lesi invasif pada kedua paru-paru.

Kejadian luar biasa itu terungkap pada akhir Desember dan memicu kekhawatiran di China tentang kemungkinan virus SARS muncul kembali. SARS adalah penyakit pernapasan virus akut yang pertama kali dilaporkan di negara China pada 2002 dan menyebabkan wabah yang menghantui seluruh Asia. 

SARS menyebar ke-37 negara di seluruh dunia, menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan membunuh 774 orang dari November 2002 hingga Juli 2003. Penyakit ini disebabkan oleh virus corona, dan gejalanya meliputi demam, batuk, sakit kepala parah, pusing, dan keluhan serupa flu lainnya. Di tengah meningkatnya keresahan, pihak berwenang Wuhan mengatakan pada hari Minggu mereka telah mengecualikan kemungkinan SARS, sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan flu burung.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bukan Virus SARS

Menurut komisi kesehatan Wuhan, infeksi terjadi antara 12 Desember dan 29 Desember, dengan beberapa pasien merupakan pekerja di pasar makanan laut di kota.

Media lokal melaporkan bahwa pasar–yang telah ditutup sejak 1 Januari karena desinfeksi—juga menjual hewan hidup lainnya, termasuk burung, kelinci, dan ular yang memicu kekhawatiran bahwa virus itu mungkin telah ditularkan ke manusia dari hewan.

Profesor David Hui Shu-cheong, seorang ahli pernapasan di Universitas Cina Hong Kong, mengatakan sangat mungkin bahwa wabah itu disebabkan oleh “virus pneumonia baru.”

“Kekhawatiran sekarang adalah apakah permainan pasar adalah salah satu alasan munculnya wabah,” demikian dikutip dari CNN.

Menurut Hui, banyak patogen baru yang telah ditularkan ke manusia dari hewan. Virus corona yang menyebabkan SARS dilacak ke musang, yakni hewan liar yang dianggap sebagai kelezatan di bagian selatan China, di mana wabah pertama kali muncul. Dan unta berpunuk satu dianggap sebagai sumber kemungkinan munculnya virus MERS, katanya.

Pihak berwenang mengatakan bahwa sejauh ini belum ada bukti yang jelas tentang penularan dari manusia ke manusia, dan tidak ada petugas kesehatan yang terinfeksi. Setidaknya 163 orang yang telah melakukan kontak dekat dengan pasien yang terinfeksi, telah ditempatkan di bawah pengawasan medis.

Namun masih ada ketakutan akan wabah yang pernah menyebar ke seluruh negara. Wabah itu pernah terjadi tepat sebelum dimulainya musim perjalanan Tahun Baru Imlek, ketika ratusan juta orang China diperkirakan akan menjejali kereta, bus, dan pesawat untuk reuni keluarga.

Jutaan orang Cina juga diperkirakan akan melakukan perjalanan ke luar negeri sekitar Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada 25 Januari.

Profesor Leo Poon, seorang ahli virologi di Universitas Hong Kong dan seorang ahli virus SARS, mengatakan beratnya situasi yang akan datang tergantung pada apakah pneumonia di Wuhan dapat ditularkan di antara manusia.

“Jika itu hanya mentransmisikan dari hewan ke manusia, sekarang pasar telah ditutup dan disanitasi, kemungkinan orang untuk terinfeksi akan rendah,” katanya.

Hui, dari Universitas Cina, mengatakan kemungkinan penularan dari manusia ke manusia tidak dapat dikesampingkan.

“Paling sering, virus pernapasan dapat ditularkan di antara manusia. Hanya masalah seberapa menularnya virus itu,” katanya.

3 dari 3 halaman

Negara Asia Tingkatkan Pemeriksaan Suhu

Wabah virus yang saat ini terjadi di Wuhan telah mengakibatkan pemerintah Asia dalam pengawasan ketat dengan meningkatkan tindakan pencegahan seperti pemeriksaan suhu bandara serta adanya pemberitahuan tentang apa yang sedang dibutuhkan.

Menurut Otoritas Rumah Sakit Hong Kong, sebanyak 21 orang di Hong Kong ditemukan menderita demam atau gejala pernapasan setelah kembali dari Wuhan. Tujuh dari mereka telah diperbolehkan pulang, dan sejauh ini tidak satu pun dari mereka yang terkait virus pneumonia di Wuhan. Wisatawan yang datang dari Wuhan juga sedang melakukan pemeriksaan suhu di bandara Hong Kong.

Di Singapura, para pelancong yang datang dari Kota China juga diharuskan untuk menjalani pemeriksaan suhu, menurut Departemen Kesehatan. Dokter telah diperingatkan untuk mewaspadai dugaan kasus pneumonia di antara orang-orang yang baru saja kembali dari sana.

Di Korea Selatan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit negara membentuk satuan tugas karantina dan memperingatkan pengunjung ke Wuhan untuk tidak menyentuh binatang liar atau unggas, atau mengunjungi pasar lokal.

Taiwan pada hari Minggu meningkatkan langkahnya dengan memperluas kondisi untuk pemberitahuan tentang dugaan kasus-kasus pneumonia di Wuhan.

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu bahwa “ada informasi yang terbatas untuk menentukan risiko keseluruhan dari kelompok virus pneumonia yang dilaporkan etiologi.”

Mereka tidak merekomendasikan langkah-langkah khusus untuk para wisatawan, serta menyarankan agar tidak menerapkan larangan terhadap penerapan pembatasan perjalanan atau perdagangan apa pundi China berdasarkan informasi terkini yang tersedia selama kejadian berlangsung."

Bulan-bulan musim gugur dan musim dingin secara tradisional rentan terhadap epidemi flu. Di Amerika Serikat, musim flu saat ini menjadi salah satu yang terburuk dalam beberapa dekade, demikian menurut Dr. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.

Dia mengatakan tidak mungkin untuk memprediksi bagaimana flu akan meluas, musim flu sejauh ini sedang berada di jalur untuk menjadi musim yang sama parahnya dengan musim flu pada 2017-2018. Di mana musim flu tersebut merupakan musim yang paling mematikan dalam lebih dari empat dekade, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

 

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.