Sukses

Pecahkan Rekor, Qantas Airline Tempuh Rute London - Sydney Tanpa Henti

Qantas Airline memecahkan rekor dengan penerbangan rute London ke Sydney.

Liputan6.com, Sydney - Qantas Airline memecahkan rekor dengan penerbangan rute London ke Sydney. Penerbangan ini merupakan yang terpanjang dengan memakan waktu selama 19 jam dengan jarak tempuh 17.800 kilometer (sekitar 11.060 mil).

Penerbangan yang menghabiskan 100 metrik ton bahan bakar jet ini juga melewati bukan hanya satu, melainkan dua matahari terbit yang terpisah.

Maskapai penerbangan Australia, Qantas pada Jumat 15 November menyelesaikan penerbangan dengan tujuan utama untuk uji coba ini membawa sekitar 50 orang dari London ke Sydney tanpa henti, mencatat dua rekor dunia sekaligus dalam prosesnya. Demikian dikutip dari CNN, Sabtu (16/11/2019).

Penerbangan yang menggunakan Boeing 787-9 Dreamliner baru, menjadi penerbangan maskapai komersial terpanjang baik dalam hal jarak maupun durasi. Waktunya di udara 19 jam 19 menit melampaui rekor yang ditetapkan tahun lalu oleh Singapore Airlines dengan rute New York ke Singapura.

Seminggu sebelumnya, Qantas juga melakukan uji coba penerbangan dengan rute New York menuju Sydney.

Kedua uji coba tersebut merupakan bagian dari "Project Sunrise" sebelum nantinya kedua rute tersebut akan dibuka untuk umum pada tahun 2022 mendatang.

Pencapaian ini dapat membantu mengantarkan siapapun dalam sebuah penerbangan jarak jauh ultra, yang akan langsung menghubungkan Sydney dengan tujuan ke seluruh Eropa dan Amerika Serikat.

Penerbangan QF7879 dari London adalah salah satu dari tiga perjalanan penelitian yang dilakukan oleh maskapai untuk mengumpulkan data yang nantinya akan disampaikan kepada Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil Australia.

Selama penerbangan ini, pilot mengenakan monitor gelombang otak dan melakukan tes urine pada minggu-minggu sebelumnya dan sesudah penerbangan untuk melacak tingkat melatonin (hormon yang mengontrol siklus tidur).

Penumpang lain, terutama karyawan Qantas dan penerbang yang ikut serta, memakai monitor biometrik selama penerbangan untuk mencatat pola tidur, aktivitas fisik, dan bahkan konsumsi dalam penerbangan.

Selain itu, beberapa jurnalis juga diajak ikut serta yang nantinya juga bisa jadi sebuah media promosi bagi rute terbaru Qantas.

Pendaratan pesawat di Sydney dijadwalkan bertepatan dengan malam ulang tahun Qantas yang ke-99 dan ratusan karyawan ternyata menyambutnya di perayaan yang diselenggarakan secara khusus.

CEO Joyce mengatakan perihal keputusan apakah akan melanjutkan penerbangan dengan "Sunrise" akan dilakukan lagi pada akhir tahun. Ia mengatakan bahwa itu akan tergantung pada regulator dan mendapatkan pesawat yang tepat. Saat ini Boeing 777X-9 dan Airbus A350-1000 keduanya dalam pertimbangan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rute New York ke Sydney

Maskapai yang sama asal Australia, Qantas berhasil melakukan uji coba penerbangan dari New York ke Sydney tanpa henti pada Minggu, 20 Oktober 2019.

Dilansir dari South China Morning Post dan Reuters, 21 Oktober 2019, pesawat ini melakukan percobaan untuk mengetahui dampak pada pilot, kru kabin dan penumpang karena melakukan penerbangan selama hampir 20 jam tanpa henti. Hal ini menandakan penerbangan tersebut akan menjadi perjalanan pesawat komersil terlama dan terpanjang di dunia.

Dalam uji cobanya, Qantas membawa 50 penumpang serta awak kabin. Pesawat yang digunakan berjenis Boeing 789-9 Dreamliner. Total jarak yang ditempuh adalah 16.200 kilometer.

"Ini adalah momen bersejarah bagi Qantas, bagi dunia penerbangan Australia dan dunia," ujar Alan Joyce, CEO Qantas yang turut ikut dalam penerbangan tersebut.

Rencananya, penerbangan langsung New York ke Sydney akan dilakukan mulai 2022. Uji coba ini dimaksudkan untuk meriset tentang jet lag hingga makanan yang harus disajikan.

Hasilnya, Qantas akan membuat seluruh penumpang bangun selama enam jam terlebih dahulu. Mereka akan menyediakan makanan yang mengandung paprika pedas dan rempah lainnya. Berbeda dari pemberian makan biasanya yakni saat sudah di udara, mereka akan memberikan makanan tersebut di awal penerbangan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.