Liputan6.com, Jakarta - Hari Tanpa Kekerasan Sedunia jatuh pada 2 Oktober, yang bertepatan pula dengan hari kelahiran Mahatma Gandhi, seorang pemimpin gerakan kemerdekaan India dan pelopor filosofi tanpa kekerasan.
Menurut resolusi Majelis Umum A/RES/61/271 tanggal 15 Juni 2007, perayaan ini adalah suatu kesempatan untuk 'menyebarkan pesan anti-kekerasan, termasuk melalui pendidikan dan kesadaran publik,' seperti yang dikutip dari situs UN pada Rabu (2/10/2019).
Baca Juga
Resolusi tersebut menegaskan kembali 'relevansi universal dari prinsip non-kekerasan' dan keinginan 'untuk mengamankan budaya perdamaian, toleransi, pemahaman dan non-kekerasan.'
Advertisement
Dengan memperkenalkan resolusi di Majelis Umum atas nama 140 co-sponsor, Menteri Luar Negeri India, Mr Anand Sharma mengatakan, bahwa sponsor yang luas dan beragam dari resolusi tersebut merupakan cerminan dari rasa hormat universal untuk Mahatma Gandhi dan relevansi filosofi yang abadi.
Mengutip kata-kata almarhum, ia berkata "Non-kekerasan adalah kekuatan terbesar yang ada di tangan umat manusia. Itu lebih kuat daripada senjata pemusnah terkuat yang diciptakan oleh kecerdikan manusia."
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Latar Belakang
Gandhi, yang membantu memimpin India menuju kemerdekaan, telah menjadi inspirasi bagi gerakan tanpa kekerasan untuk hak-hak sipil dan perubahan sosial di seluruh dunia.
Sepanjang hidupnya, Gandhi tetap berkomitmen dengan komitmennya pada non-kekerasan. Bahkan di bawah kondisi yang menindas dan dalam menghadapi tantangan yang tampaknya tidak dapat diatasi sekalipun.
Teori di balik tindakannya, yang termasuk mendorong pembangkangan sipil besar-besaran terhadap hukum Inggris --seperti halnya dengan Salt March pada 1930-- bahwa 'hanya berarti mengarah pada tujuan yang adil,'.
Advertisement
Artinya, tidak rasional menggunakan kekerasan untuk mencapai masyarakat yang damai. Gandhi percaya bahwa orang India tidak boleh menggunakan kekerasan atau kebencian dalam perjuangan mereka untuk bebas dari penjajahan.
"Gandhi terus-menerus menyoroti celah antara apa yang kita lakukan, dan apa yang mampu kita lakukan. Pada Hari Internasional ini, saya mendesak kita semua untuk melakukan segala daya kita untuk menjembatani kesenjangan ini ketika kita berusaha membangun masa depan yang lebih baik untuk semua." - Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, pada laman UN.
Advertisement
Definisi 'Tanpa Kekerasan'
Prinsip tanpa kekerasan --juga dikenal sebagai perlawanan tanpa kekerasan-- menolak penggunaan kekerasan fisik untuk mencapai perubahan sosial atau politik. Sering digambarkan sebagai 'politik rakyat biasa', bentuk perjuangan sosial ini telah diadopsi oleh populasi massa di seluruh dunia dalam kampanye untuk keadilan sosial.
Profesor Gene Sharp, seorang sarjana terkemuka tentang perlawanan tanpa kekerasan, menggunakan definisi berikut dalam publikasi seperti berikut, The Politics of Nonviolent Action:
'Aksi non-kekerasan adalah teknik di mana orang-orang yang menolak kepasifan dan kepatuhan, dan yang menganggap perjuangan sebagai hal yang esensial, dapat mengobarkan konflik mereka tanpa kekerasan.'
Advertisement
Tindakan non-kekerasan bukanlah upaya untuk menghindari atau mengabaikan konflik. Itu adalah saatu respons terhadap masalah bagaimana untuk bertindak secara efektif dalam politik, terutama bagaimana menggunakan kekuatan secara efektif.
Â
Reporter: Aqilah Ananda Purwanti
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.