Sukses

Polisi Afghanistan Menembak Mati Tujuh Rekannya, Antek Taliban?

Seorang anggota kepolisian Afghanistan di Provinsi Kandahar telah menembak mati tujuh rekannya sesama polisi.

Liputan6.com, Kabul - Seorang anggota kepolisian Afghanistan di Provinsi Kandahar telah menembak mati tujuh rekan polisinya. Serangan yang terjadi pada Minggu, 5 Agustus 2019 itu adalah kasus terbaru dari insiden saling menembak antar petugas keamanan.

Juru bicara provinsial Jamal Nasser Barekzai mengatakan, penyerang itu melarikan diri dari lokasi penembakan di Distrik Shawali Kot. Ia menambahkan, saat ini penyelidikan sedang dilakukan seperti dikutip Al Jazeera dikutip Senin (5/8/2019).

Sementara itu, juru bicara Taliban Qari Yusouf Ahmadi mengatakan penyerang telah bergabung dengan Taliban. Kelompok militan itu saat ini telah efektif mengendalikan sekitar setengah dari wilayah negara. Namun di sisi lain, sedang mengadakan pembicaraan dengan AS untuk mengakhiri konflik 18 tahun.

Negosiasi putaran terakhir dan kedelapan dimulai pada Sabtu lalu di ibu kota Qatar, Doha.

AS, yang menginvasi Afghanistan dan menggulingkan Taliban pada 2001, menginginkan agar Taliban menjamin bahwa negara itu tidak menjadi surga bagi "teroris". Sementara Taliban fokus pada memastikan penarikan semua pasukan asing pimpinan AS dari negara itu.

Sebuah sumber Taliban mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa upaya sedang dilakukan untuk mengatur pertemuan langsung antara utusan AS untuk  Afghanistan Zalmay Khalilzad dan salah seorang pendiri Taliban Mullah Baradar, yang mengepalai sayap politik gerakan itu.

 

Simak Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Negosiasi Berjalan, Pertempuran Tidak Berhenti

Meskipun negosiasi, pertempuran antar pihak belum mereda. Bahkan, tingkat korban sipil di Afghanistan melompat kembali ke level rekor bulan lalu, menurut PBB,

Lebih dari 1.500 warga sipil tewas atau terluka dalam konflik pada bulan Juli, korban bulanan tertinggi sejauh ini pada tahun 2019 dan bulan tunggal paling mematikan sejak Mei 2017.

Pada akhir Juli ini terjadi insiden di mana bus menabrak alat peledak improvisasi atau bom rakitan di bagian barat Afghanistan.

Puluhan warga sipil, terutama wanita dan anak-anak dilaporkan tewas akibat ledakan tersebut. Adapun Taliban tidak kunjung memberikan klaim pertanggungjawaban.

Beberapa hari sebelumnya, terjadi ledakan di kantor pemenangan capres-cawapres Afghanistan. Setidaknya 20 orang tewas dalam kejadian tersebut.

Serangan itu diprediksi bom mobil bunuh diri, kata juru bicara kepolisian Kabul; Ferdous Faramarz dengan Taliban mengklaim berada di balik serangan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.