Sukses

Ilmuwan: Murah Senyum Bikin Bahagia

Seidler dan rekan-rekannya di institut mengadakan sesi pelatihan humor untuk membantu orang-orang yang kurang bisa tertawa.

Jakarta - Tahukah Anda, tubuh dan pikiran sejatinya memiliki hubungan. Jadi, apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi yang kita rasakan.

Menurut laporan DW Indonesia yang dikutip Senin (22/7/2019), itulah prinsip sebuah studi meta analisis di Amerika. Di mana ilmuwan telah membuktikan kebenaran dibalik kalimat "murah senyum bikin bahagia", yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Menurut penelitian, tersenyum atau tertawa dapat merubah suasana hati kita meskipun kita merasa bahwa tidak ada yang bisa ditertawakan.

Mudah diucapkan, namun sulit untuk dilakukan. Kadang sulit memaksakan diri sendiri untuk tertawa. 

Kareen Seidler, seorang asisten peneliti di Institut Humor Jerman (Deutsches Institut für Humor, percaya atau tidak, institut ini benar-benar ada) mengatakan bahwa semua tergantung pola pikir kita. Ia berkata kepada DW, "jika Anda berusaha, maka Anda bisa menemukan humor."

Seidler dan rekan-rekannya di institut mengadakan sesi pelatihan humor untuk membantu orang-orang yang kurang bisa tertawa. 

Institut tersebut didirikan pada tahun 2005 oleh Eva Ulmann, yang dulunya berkuliah ilmu kedokteran dan ilmu pendidikan. Seidler mengatakan, Institut Humor Jerman memiliki tujuan untuk mengajari orang-orang agar bisa menggunakan humor dalam komunikasi dan interaksi sehari-hari, terutama dalam dunia pekerjaan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Humor Dalam Segala Situasi

Humor adalah kemampuan dan keinginan bereaksi terhadap sesuatu dengan santai dan ceria. Tim Eva Ullmann dengan senang hati ingin membantu orang-orang mengembangkan kemampuan ini. "Tujuan kami adalah meringkankan beban hidup orang-orang dengan bantuan humor," tutur Seidler kepada DW. 

Ia juga berkata, "ada kalanya humor dianggap tidak pas dalam situasi-situasi tertentu."

Contohnya, situasi yang berkaitan dengan penyakit atau kematian. Namun, sebuah artikel dari Insitut Humor Jerman yang berjudul "Dokter dan Humor" menyatakan sebaliknya. Humor tetap bisa kita terapkan walau dalam keadaan sakit. 

Menurut artikel tersebut, humor dapat membantu orang-orang yang bekerja di bidang perawatan paliatif agar mereka tidak kehilangan akal sehatnya, karena mereka hampir setiap hari dihadapi dengan kematian.

Humor juga mencegah perasaan kelesuan dan berperan sebagai antioksidan untuk kesehatan otak kita. Selain itu, humor juga bisa menjadi mekanisme mengatasi rasa sedih bagi mereka yang menghadapi kematian. 

Jika orang-orang yang menghadapi kematian masih bisa berusaha untuk mencari humor dalam hidup mereka, maka kita tentu bisa menerapkan humor kita saat terjebak dalam kemacetan, bukan? Kata kunci yang digunakan Kareen Seidler adalah "reinterpretasi positif".

3 dari 3 halaman

Hanya Butuh Latihan

Namun, tertawa juga butuh latihan. Sebagai langkah pertama, cobalah untuk merefleksikan diri Anda. Tentu lebih mudah untuk menertawakan kejadian yang sudah lalu. Tapi kejadian sehari-hari yang kita alami juga bisa menjadi bahan tawa. Seperti kata Siedler, kita hanya perlu lebih peka.

Dengan melakukan hal-hal tersebut, hidup kita tidak akan hanya lebih mudah, tetapi juga sedikit lebih bahagia, seperti hasil penelitian tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini