Sukses

Iran Langgar Perjanjian Nuklir, Cadangan Uranium Disebut Melebihi Batas

Pengawas PBB menyebut Iran telah melanggar Perjanjian Nuklir, dengan menyediakan cadangan uranium melebihi jumlah yang ditetapkan.

Liputan6.com, Teheran - Iran disebut telah melanggar batas cadangan uranium yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) tahun 2015.

Sesuai isi kesepakatan tersebut, batas persediaan uranium yang boleh disimpan tidak boleh melebihi 300 kg atau 660 pon. Namun dalam laporannya, para inspektur International Atomic Energy Agency (IAEA) mengatakan bahwa stok uranium Teheran sudah melampaui angka itu.

IAEA mengatakan bahwa Iran telah meningkatkan produksi uranium yang digunakan untuk membuat bahan bakar reaktor (tetapi juga berpotensi untuk memproduksi bom nuklir) pada bulan Mei.

"Direktur Jenderal IAEA, Yukiya Amano, telah menginformasikan Dewan Direksi bahwa total persediaan uranium Iran memang melebihi (batas dalam kesepakatan)," ujar juru bicara organisasi tersebut, seperti dikutip dari BBC, Selasa (2/7/2019). 

Media pemerintah Iran mengutip Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, membenarkan perkataan IAEA pada Senin sore, 1 Juli 2019, bahwa Teheran sudah melanggar batas persediaan uranium yang konsentrasinya kini mencapai 3,67% --tingkat yang diperlukan untuk tenaga nuklir sipil.

"Langkah kami selanjutnya akan memperkaya uranium di luar 3,67% yang diizinkan berdasarkan kesepakatan," katanya. "Orang-orang Eropa telah gagal memenuhi janji mereka untuk melindungi kepentingan Iran di bawah kesepakatan."

Iran sengaja melanggar aturan tersebut sebagai respons atas mundurnya Amerika Serikat dari JCPOA. Tidak hanya itu, AS menjatuhkan rangkaian sanksi ekonomi kepada Iran usai mundur dari JCPOA tahun lalu.

Teheran mengancam akan bertindak lebih jauh jika negara-negara penandatangan JCPOA -- Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman dan Rusia -- tidak membantu mengatasi sanksi ekonomi AS.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, pengayaan uranium melebihi 3,67% akan dimulai dalam 10 hari ke depan, kecuali kekuatan Eropa mengambil "langkah-langkah praktis dan nyata" untuk menerapkan mekanisme baru mereka demi memfasilitasi perdagangan dan melindungi ekonomi Iran dari efek sanksi AS.

Mekanisme tersebut, yang dikenal sebagai Instex, pada dasarnya memungkinkan barang dibarter antara perusahaan Iran dan asing tanpa transaksi keuangan langsung. Ini mulai beroperasi pada hari Sabtu, tetapi Zarif mengatakan tidak memenuhi kebutuhan Iran.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa Itu Uranium?

Uranium yang diperkaya (enriched uranium) diproduksi dengan memasukkan gas uranium heksafluorida ke dalam sentrifugal untuk memisahkan isotop yang paling cocok untuk fisi nuklir, yang disebut U-235.

Di bawah kesepakatan nuklir, Iran hanya diizinkan untuk memproduksi uranium yang diperkaya dalam jumlah rendah, yang memiliki konsentrasi 3-4%, dan dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.

Kesepakatan itu juga membatasi Iran untuk menimbun tidak lebih dari 300 kg uranium tingkat rendah. Namun, persediaan 1.050 kg dapat menjadi bahan yang cukup untuk membuat satu bom nuklir, menurut Arms Control Association.

Namun di satu sisi, Iran terus membantah keras tentang niat mereka membangun senjata nuklir.

3 dari 3 halaman

Mengapa Iran Melanggar Kesepakatan?

Pada bulan Mei 2019, setelah AS mengakhiri pembebasan dari hukuman untuk negara-negara yang masih mengimpor minyak Iran, Presiden Hassan Rouhani mengumumkan bahwa negaranya tidak akan lagi mematuhi batas cadangan uranium sebesar 300k g.

Rouhani juga memberikan kesempatan kepada 5 negara yang masih berpihak dalam perjanjian tersebut, yakni Inggris, Prancis, Jerman, China dan Rusia, sampai 7 Juli 2019 agar memenuhi komitmen mereka untuk melindungi Iran dari efek sanksi sepihak AS.

Jika mereka gagal, katanya, Iran mungkin mulai memperkaya uranium di luar konsentrasi 3,67%, dan juga menghentikan perancangan ulang reaktor nuklir kelas berat di Arak.

Ancaman Iran untuk memperkaya uranium di luar 3,67% juga menjadi perhatian utama dari sudut pandang proliferasi.

Iran menegaskan program nuklirnya adalah "damai", tetapi para ahli mengatakan 20% uranium Iran adalah bahan pembuat senjata pemusnah massal.

Reaktor Arak juga merupakan risiko proliferasi, sebab jika tidak dirancang ulang maka akan menghasilkan bahan bakar bekas yang mengandung plutonium, yang dapat digunakan untuk bom nuklir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini