Sukses

Doa Donald Trump hingga Paus Fransiskus untuk Korban Tsunami Selat Sunda

Presiden Amerika Serikat hingga Paus Fransiskus menyatakan keprihatinannya atas musibah tsunami Selat Sunda.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyampaikan keprihatinannya untuk para korban tsunami Selat Sunda. Ungkapan doa dan belasungkawa itu disampaikan olehnya pada Minggu 23 Desember 2018 malam waktu New York.

"Kehancuran yang tak terbayangkan dari bencana tsunami di Indonesia. Lebih dari 200 orang meninggal dan hampir seribu orang terluka...Kami berdoa untuk kesembuhan dan pemulihan para korban. Amerika ada bersama Anda!" tulis Trump melalui akun Twitter miliknya yang dikutip dari Fox News, Senin (24/12/2018).

Tsunami tiba-tiba menghantam pesisir pantai Selat Sunda pada Sabtu malam 22 Desember 2018 dan diduga terkait erupsi Gunung Anak Krakatau.

Setidaknya 281 orang meninggal dunia. Sementara lebih dari 1.000 orang luka-luka dan puluhan lainnya dilaporkan hilang.

Paus Fransiskus juga menyampaikan doanya bagi mereka yang tewas dalam musibah tsunami. Dalam ucapan yang disampaikan di Vatikan pada hari Minggu, ia mengatakan bahwa dirinya selalu mendoakan para korban.

Paus juga mengimbau agar orang-orang menunjukkan solidaritas, dan bagi masyarakat internasional untuk memberikan dukungan kepada para korban dan orang-orang yang mereka cintai.

Kardinal Timothy Dolan dari New York juga di antara mereka yang mengirim doa bagi korban terdampak tsunami. Kepada para jemaatnya pada hari Minggu, ia mengajak untuk mendoakan para korban tsunami.

Tsunami yang mematikan ini adalah yang kedua kalinya menghantam Indonesia tahun ini. Sebelumnya menewaskan lebih dari 2.500 orang pada bulan September di Sulawesi -- disertai dengan gempa bumi yang kuat yang memberi peringatan kepada penduduk sebelum gelombang besar tsunami datang.

Sementara tsunami pada hari Sabtu, tanah bahkan tidak bergetar sedikit pun. Tak ada peringatan sebelum gelombang tsunami menerjang.

Sejauh ini upaya bantuan sedang dilakukan untuk membantu mereka yang ada di daerah terdampak tsunami Selat Sunda.

Palang Merah Indonesia dan Federasi Internasional Palang Merah dan Red Crescent Societies (Bulan Sabit Merah) siap memberikan bantuan kepada orang-orang di daerah terdampak tsunami Selat Sunda.

Para ilmuwan menduga, tsunami bisa dipicu oleh tanah longsor -- baik di atas tanah atau di bawah air -- di lereng curam gunung berapi Anak Krakatau. Para ilmuwan juga menduga musibah terjadi akibat gelombang pasang selama bulan purnama. Namun, hingga kini penyebab pasti belum diketahui.

Anak Krakatau terletak di sebuah pulau di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra, yang menghubungkan Samudra Hindia dan Laut Jawa sejatinya telah erupsi sejak Juni lalu. Terakhir dilaporkan sekitar 24 menit sebelum tsunami menghantam pesisir Selat Sunda.

 

 

Saksikan juga video terkait tsunami Anyer berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jadi Perhatian Dunia

Hantaman tsunami Anyer pada Sabtu 22 Desember malam, membuat kawasan Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Banten, luluh lantak.

Kabar tsunami yang mengejutkan itu juga disiarkan secara luas oleh banyak media internasional sejak Minggu dini hari.

Situs berita asal Australia, News.com.au, memberitakan secara bertahap sejak pukul 03.08 dini hari waktu setempat (sekitar 23.08 WIB) tentang kabar tsunami Selat Sunda.

Outlet media tersebut juga terus mengabarkan tentang korban tewas yang terus bertambah, mulai dari 20 orang pada pemberitaan kedua, berlanjut menjadi 37 pada pemberitaan kelima, dan yang terakhir kali diwartakan pada Minggu pagi, yakni sebanyak 43 orang tewas.

Kabar mengenai jumlah korban tsunami Selat Sunda juga turut diberitakan bertahap oleh situs Globalnews.ca asal Kanada, CNN.com dari Amerika Serikat (AS), The Guardian dari Inggris, dan kantor berita resmi pemerintah China, Xinhua.

Sementara itu, situs berita Forbes.com mengabarkan dengan runut tentang peristiwa tsunami Selat Sunda, yang menurut laporan sementara dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemungkinan disebabkan oleh longsoran Gunung Anak Krakatau.

Tidak ketinggalan, sejarah tentang serangkaian tsunami yang pernah melanda area Selat Sunda juga ikut diwartakan dalam laporan mendalam situs Forbes, termasuk bencana letusan dahsyat Krakatu pada Agustus 1883.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.