Sukses

Survei: Jumlah Anak Muda Bunuh Diri di Jepang Tertinggi dalam 30 Tahun

Bunuh diri di kalangan anak muda Jepang telah mencapai jumlah tertinggi dalam 30 tahun terakhir ini.

Liputan6.com, Tokyo - Aksi bunuh diri di kalangan anak muda Jepang telah mencapai jumlah tertinggi dalam 30 tahun terakhir ini, kata Kementerian Pendidikan Jepang, Senin 5 November 2018.

Angka itu terbentuk kendati, secara keseluruhan, jumlah anak-anak muda yang bunuh diri telah terus menurun dalam 15 tahun belakangan Menurut catatan hingga Maret tahun ini, sebanyak 250 murid sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas melakukan bunuh diri. Jumlah itu meningkat dari 245 orang pada tahun sebelumnya, menurut survei yang dilaksanakan oleh Kementerian.

Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1986, yaitu ketika jumlah murid yang mengakhiri hidupnya tercatat sebanyak 268 anak.

"Jumlah kasus bunuh diri di kalangan murid masih tinggi dan itu adalah masalah menakutkan yang harus ditangani," kata pejabat Kementerian Pendidikan, Noriaki Kitazaki, seperti dikutip dari Antara, Senin (6/11/2018).

Sulit untuk mengetahui secara pasti faktor apa yang memicu peningkatan angka bunuh diri tersebut, katanya.

Dari 250 kasus kematian akibat bunuh diri, 33 anak dilaporkan merasa khawatir atas masa depan mereka, 31 anak mempunyai masalah keluarga, 10 mengalami perundungan sementara 140 lagi tidak diketahui riwayatnya, menurut hasil survei.

Murid sekolah menengah atas di Jepang biasanya lulus pada usia 18 tahun.

Pada seluruh kelompok umur, jumlah orang yang bunuh diri di Jepang sudah menurun menjadi 21.321 pada 2017 dibandingkan puncaknya pada 2003, yaitu 34.427 orang, menurut Badan Kepolisian Nasional.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bakeswa: Kecenderungan Mati Muda dengan Bunuh Diri Mulai Terlihat di Indonesia

Dewan Pakar Badan Kesehatan Jiwa (Bakeswa) Indonesia Nova Riyanti Yusuf atau Noriyu menyebut, kecenderungan untuk mati muda dengan bunuh diri mulai terlihat di Indonesia. Penyebabnya pun sepele, dari nilai yang sekolah yang jeblok hingga stres karena diputus cinta.

Noriyu pun membeber sejumlah contoh yang sudah terjadi. Di 2017, seorang siswa SD berusia 10 tahun di Manado bunuh diri karena tidak bisa meraih nilai tertinggi.

"Belum lama ini seorang siswa SMP nekat bunuh diri terjun dari apartemennya di Jakarta Selatan, karena takut menghadapi ujian bahasa Mandarin," ujar Noriyu di acara dialog Mengenali Kesehatan Jiwa Pada Remaja dan Penanganannya di Universitas Paramadina Jakarta, Rabu 10 Oktobe 2018.

Alumni Harvard Medical School ini menyatakan, bunuh diri sebagai jalan terbaik untuk mengakhiri hidup tidak membahagiakan. Dan kini, hal tersebut mulai umum dilakukan remaja.

Anggota DPR ini menyebutkan problema emosional justru paling banyak dialami perempuan dibandingkan laki-laki. Perempuan mengalami problema emosional empat kali lipat dibandingkan laki-laki.

Sedangkan sekolah umum kecenderungannya memiliki risiko problema emosional tiga kali lipat daripada sekolah kejuruan.

"Sakit jiwa yang sudah akut ini umumnya akan diselesaikan dengan tindakan bunuh diri," ungkapnya.

Data WHO memperkirakan angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia cukup variatif dari 840 di 2013, angkanya naik menjadi 5.000 di 2010 dan meningkat jadi 10.000 kasus di 2012.

"Jumlah tersebut yang terdata, sedangkan yang tidak terdata diduga seperti efek gunung es," ujar Noriyu.

Dari data WHO juga, sambung dia, sebanyak 75% kasus bunuh diri di dunia terjadi di negara-negara yang berpendapatan ekonomi rendah dan menengah. Namun di negara maju seperti Amerika Serikat pun kasus bunuh diri marak dijumpai.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menyebut setiap tahunnya 10.000 orang Amerika Serikat meninggal akibat bunuh diri.

Bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar ketiga bagi anak-anak muda yang berusia antara 10 hingga 24 tahun di sana. Kurang lebih ada sekitar 4.600 anak muda yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya.

"Selain bunuh diri, remaja juga memilih narkoba sebagai pelarian dari segala bentuk tekanan," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.