Sukses

Lebih dari 5 Juta Anak di Yaman Berisiko Terserang Kelaparan Akut

Akibat perang yang terus berkelanjutan di Yaman, sebanyak lebih dari 5 juta anak di sana berisiko terserang kelaparan akut.

Liputan6.com, Sana'a - Lembaga pemerhati hak anak-anak Save the Children memperingatkan bahwa sekitar lima juta bocah di Yaman berisiko terserang kelaparan akut.

Meningkatnya harga kebutuhan pokok dan turunnya nilai mata uang Yaman akibat dari konflik, disebut memperlebar risiko keluarga mengalami rawan pangan.

Tetapi ancaman kelaparan yang lebih riskan justru datang dari pertempuran di sekitar kota pelabuhan utama Hudaydah, yang merupakan titik masuk bagi sebagian besar bantuan ke daerah-daerah yang dikuasai pemberontak, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Rabu (19/9/2018).

Pasokan dasar yang tiba melalui pelabuhan tersebut diperlukan untuk mencegah kelaparan dan terulangnya epidemi kolera, yang mempengaruhi lebih dari satu juta orang di sana, pada tahun lalu.

Yaman telah hancur oleh konflik yang terus terjadi sejak awal 2015, ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar wilayah barat negara itu, dan membuat Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi melarikan diri ke luar negeri.

Belum selesai konflik mendera, Arab Saudi berserta beberapa negara Timur Tengah lainnya yang mendukung, melakukan invasi terhadap kelompok-kelompok yang diduga sebagai perwakilan Iran di Yaman.

Dengan dalih membantu memulihkan pemerintahan Yaman, kehadiran Arab Saudi dan sekutunya justru memberi beban lebih terhadap kekacauan yang telah terjadi di sana, tulis salah satu bagian dari laporan Save the Children.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekonomi Yaman Terpuruk

Sementara itu, laporan Save the Children juga menyebut perang telah menyebabkan keterlambatan dalam membayar gaji guru dan pegawai negeri. Bahkan, beberapa dari mereka tidak menerima upah selama hampir dua tahun.

Bersamaan dengannya, nilai mata uang riyal Yaman dilaporkan mengalami kemerosotan hingga mendekati 180 persen dari nilainya selama periode yang sama.

Awal bulan ini, mata uang tersebut mencapai nilai terendah dalam sejarah, sehingga menempatkan beban lebih lanjut pada ekonomi rakyat setempat.

"Perang ini berisiko membunuh seluruh generasi, orang tua dan anak-anak Yaman, yang menghadapi berbagai ancaman, mulai dari bom, kelaparan, hingga penyakit yang seharusnya dapat dicegah seperti kolera," kata kepala eksekutif Save the Children International, Helle Thorning-Schmidt.

Hingga Agustus 2018, Save the Children mengatakan telah merawat hampir 400.000 anak di bawah usia lima tahun karena kekurangan gizi.

Selain itu, lembaga tersebut mencatat sejauh 2018 ini, diperkirakan ada lebih dari 36.000 anak berisiko meninggal sebelum akhir tahun.

Menambahkan data dari laporan PBB, hampir 10.000 orang --dua pertiga dari mereka warga sipil-- telah tewas dan 55.000 lainnya terluka dalam pertempuran di Yaman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.