Sukses

Tak Tersentuh Ribuan Tahun, Peti Mati dari Era Mesir Kuno Ini Akan Segera Dibuka

Tidak tersentuh selama ribuan tahun, makam dari batu granit tersebut ditemukan oleh pekerja konstruksi di Alexandria, Mesir.

Liputan6.com, Kairo - Arkeolog tengah bersiap untuk membuka sarkofagus granit hitam yang ditemukan di kota pelabuhan Mesir, Alexandria. Benda purbakala tersebut ditemukan oleh pekerja konstruksi ketika sedang menggali di sekitar tempat kejadian.

Dengan tinggi hampir dua meter dan panjang tiga meter, sarkofagus ini merupakan yang terbesar yang pernah ditemukan utuh di kota kuno itu.

Ketika digali, artefak tersebut berada di samping patung kepala dari alabaster -- batu mineral yang lembut, sering digunakan untuk mengukir dan diproses untuk bubuk plester -- yang diyakini mewakili penghuni makam.

Sarkofagus granit itu menjadi sumber kegembiraan bagi para arkeolog, sebab lapisan mortar di antara badan dan tutupnya menandakan bahwa isinya tidak tersentuh selama dikubur.

Kedua penemuan tersebut diyakini berasal dari periode Ptolemaic awal, yang dimulai setelah kematian Alexander Agung pada 323 SM.

"Kami perkirakan makam ini adalah milik salah satu pejabat tinggi pada periode itu," kata Ayman Ashmawy, kepala urusan artefak di Kementerian Barang Antik dan Benda Kuno Mesir.

"Sedangkan kepala alabaster mungkin adalah seorang bangsawan di Alexandria. Ketika kami membuka sarkofagus, kami berharap benda-benda yang berada di dalamnya tetap utuh, sehingga bisa membantu kami untuk mengidentifikasi patung itu," imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (12/7/2018).

Tetapi, menurut Ashmawy, membuka sarkofagus untuk pertama kali diperlukan tenaga ekstensif agar terlaksana sempurna.

"Sangat berisiko untuk membukanya secara langsung, kami perlu mempersiapkannya," ujar Ashmawy menjelaskan.

Ia menambahkan, sarkopagus akan dibuka di situs itu juga karena sulit untuk memindahkannya secara utuh dan membukanya apabila sudah berada di museum Mesir.

"Sarkofagus tersebut berada lima meter di bawah tanah dan berat totalnya yakni lebih dari 30 ton. Penutupnya saja beratnya sudah 15 ton."

Dalam beberapa minggu mendatang, tim teknisi akan mengunjungi situs tersebut untuk menyediakan alat pengangkat berat dan alat pendukung struktural.

Semua ini mungkin diperlukan oleh para arkeolog untuk melepas tutup sarkofagus. Setelah berada di dalam, ahli mumifikasi dan restorasi akan mengambil alih pekerjaan untuk memastikan isinya.

 

Saksikan video pilihan berikut inni:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harta Karun Mumi Kucing

Sementara itu di Sydney, Australia, sejumlah koleksi barang antik Mesir (artefak) ditemukan saat seorang pemilik rumah sedang bersih-bersih.

Penemuan itu terjadi di rumah Rosemary Beattie yang mengaku waktu kecil dia memang pernah diperlihatkan benda yang tampak seperti mumi kucing di rumah neneknya tersebut.

"Kami datang melihat-lihat, dan saya pikir itu kucing," kata Beattie, demikian dikutip dari laman ABC Indonesia, Minggu 3 Juni 2018.

Barang yang dibungkus kain itu adalah merupakan salah satu dari barang antik milik kakeknya, Dr. John Basil St Vincent Welch, yang dibawanya pulang setelah bertugas sebagai paramedis di tengah Perang Dunia I.

Diyakini bahwa kakeknya mendapatkan bantuan dari penerjemah setempat dalam membeli barang-barang antik ini sebagai oleh-oleh dari Mesir.

"Dia membawa kembali kenangan indah," kata Beattie.

Sejumlah artefak itu disimpan oleh ibu Beattie, Margaret St Vincent.

Barang-barang itu diwariskan suaminya, yang juga bernama John Basil St. Vincent Welch, yang mewarisi barang antik itu setelah kematian ayahnya.

Namun kondisi kesehatan Margaret memaksanya pindah ke fasilitas perawatan lansia. Rumahnya pun dijual untuk membantu biaya perawatannya.

Saat membersihkan rumah itulah, Beattie mendapat tugas untuk menangani satu kotak berisi barang-barang antik dari Mesir.

"Kotaknya besar. Kotak itu sudah tergeletak di beranda, di atas lemari. Kami sedang memikirkan apa yang akan kami lakukan."

Anggota keluarga menyarankan barang-barang tersebut disumbangkan ke Universitas Sydney. Baik John Basil maupun anaknya pernah menuntut ilmu di sana.

Arkeolog di universitas itu, Candace Richards, sangat senang saat mengetahui keberadaan koleksi tersebut.

"Saya senang, antusias, dan penasaran dengan apa yang ada di rumah itu," kata Richards.

"Kami tahu bahwa banyak tentara, terutama pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II, membeli artefak asli dan kami juga tahu banyak barang palsu."

Dengan donasi itu, Museum Nicholson Universitas Sydney telah mengatalogkan 185 artefak, mulai dari amulet kecil, kumbang scarab, hingga fragmen peti mati, barang keramik dan koin perunggu dari era Romawi.

Diyakini beberapa dari benda itu berasal dari milenium pertama Sebelum Masehi.

"Ini sangat langka di Australia. Kami memiliki barang-barang dari prajurit Perang Dunia I lainnya tetapi skalanya tidak sebesar ini."

Salah satu benda berbentuk panjang yang dibungkus kain diduga adalah mumi kucing. Artefak tersebut akan diperiksa lagi untuk mengonfirmasi apakah benar isinya kucing.

"Kita tidak bisa membongkarnya begitu saja karena akan menghancurkan artefaknya," katanya. "Dengan teknologi kedokteran yang kita gunakan selama ini, kita bisa menerapkannya untuk artefak Mesir."

Diharapkan barang-barang itu nantinya akan ditampilkan dalam pameran di salah satu fasilitas museum yang diharapkan selesai pada 2020.

Berusia Ribuan Tahun

Keluarga Beattie sebelumnya telah menyumbangkan 70 item yang berhubungan dengan militer ke Australian War Memorial.

Peninggalan lain yang ditemukan di rumah mereka termasuk 500 piringan foto negatif, pedang, dan granat tangan yang awalnya disimpan ayahnya yang juga bertugas selama Perang Dunia II.

Medali yang dimiliki dua tentara Jerman akan dikembalikan ke pemiliknya yang sah.

Ibunda Beattie, Margaret, meninggal tidak lama setelah artefak Mesir ini disumbangkan. Namun hal ini mendorongnya untuk mengungkap lebih banyak tentang sejarah keluarganya.

"Sayangnya kakek saya tidak banyak dibicarakan karena dia meninggal, ketika ayah saya berusia lima atau enam tahun akibat influenza," katanya.

"Jadi kami tidak tahu banyak tentang pria luar biasa itu dan sekarang kami menemukan betapa dia sangat menarik. Ini sangat berarti kami."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.