Sukses

Pemerkosaan dan Pembunuhan Bocah 8 Tahun Bikin India Memanas

Seorang bocah perempuan usia 8 tahun di India tewas setelah diperkosa dan dibunuh secara beramai-ramai.

Liputan6.com, New Delhi - Pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan beramai-ramai terhadap seorang bocah perempuan berusia 8 tahun di negara bagian Jammu dan Kashmir, India, telah memicu ketegangan di Negeri Hindustan.

Tubuh gadis kecil yang sudah tak bernyawa itu ditemukan di sebuah hutan di kawasan Himalaya, pada akhir Januari 2018, setelah polisi melakukan pencarian ekstensif. Sementara, identitas korban dilindungi oleh hukum India.

Rincian mengerikan yang muncul, menyusul penyelidikan polisi yang dipublikasikan bulan ini, menjadikan kasus itu sorotan nasional bahkan dunia.

Seperti dikutip dari CNN, Sabtu (14/4/2018), polisi mengatakan bahwa korban, yang berasal dari komunitas nomaden muslim Bakarwals, diculik ketika menggembalakan kuda di padang rumput pada 12 Januari 2018. Dari sana, ia diduga dibawa ke sebuah kuil Hindu di mana ia dibius dan disekap selama lima hari.

Selama periode penyekapan, polisi mengatakan, korban diperkosa berulang kali oleh sejumlah pria yang berbeda, sebelum dibunuh dan dibuang ke hutan terdekat pada 17 Januari. Laporan postmortem menyimpulkan bahwa gadis malang itu dicekik hingga tewas.

Polisi telah menangkap delapan pria sehubungan dengan kasus ini, termasuk seorang pensiunan pejabat pemerintah dan tiga anggota polisi. Alih-alih meredakan ketegangan, tindakan cepat polisi justru digiring pada isu sektarian.

Para terdakwa, yang seluruhnya beragama Hindu, menuding kasus ini "dimotori" oleh koalisi nasionalis religius dan ahli hukum tersumpah. Keduanya telah mendesak agar kasus ini diserahkan pada penyelidik federal.

Di pusat kontroversi, terjadi perdebatan terkait keadilan aparat penegak hukum lokal.

Ketegangan memuncak pekan lalu ketika protes keras meletus di luar gedung pengadilan setempat, saat itu para anggota asosiasi pengacara negara berusaha menghentikan polisi mengajukan tuntutan terhadap para terdakwa.

Didukung kelompok nasionalis Hindu sayap kanan yang disebut Dewan Kesatuan Hindu, asosiasi pengacara negara menuntut Biro Pusat Investigasi (CBI) mengambil alih kasus ini.

"Kami ingin penyelidikan oleh CBI. Investigasi tidak berdasarkan fakta yang benar. Korban dan terdakwa 'terikat' agama," kata B.S. Slathia, presiden Asosiasi Pengacara Jammu.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ketegangan regional

Insiden pemerkosaan dan pembunuhan itu terjadi di kota kecil Kathua, di wilayah selatan Jammu di mana umat Hindu membentuk mayoritas penduduk. Bagian utara Jammu merupakan wilayah Kashmir yang disengketakan dan dikelola oleh India. Itu didominasi warga muslim.

Komunitas nomaden bocah malang yang jadi korban kebengisan sekelompok orang tersebut, secara tradisional telah berpindah antara dua daerah. Mereka bepergian ke Jammu dengan ternak selama Musim Dingin, dan kembali ke wilayah Kashmir ketika salju mencair di musim semi.

Praktik ini telah berlangsung selama beberapa generasi. Namun dalam beberapa tahun terakhir, para pengembara telah menghadapi permusuhan yang meningkat dari penduduk Hindu di wilayah tersebut, yang mengklaim mereka melanggar batas tanah.

Vijay Sharma, pemimpin Dewan Kesatuan Hindu, mengklaim pemerintah negara bagian telah mengambil sikap lunak terhadap populasi minoritas Muslim di wilayah itu.

Jumlah muslim di wilayah itu telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menyusul kedatangan ribuan pengungsi Rohingya dari Myanmar.

"Kami sudah menjadi negara yang sensitif dan mereka (muslim) adalah ancaman. Populasi mereka meningkat," kata Sharma, menambahkan bahwa kasus pemerkosaan dan pembunuhan bocah delapan tahun itu kompleks dan "campuran dari empat atau lima masalah".

Polisi, bagaimanapun, mempertahankan sikap bahwa mereka memiliki bukti konkret terhadap terdakwa, yang mereka tuduh merencanakan penculikan terhadap gadis itu sebagai cara menakut-nakuti para nomaden yang didominasi muslim untuk mengosongkan wilayah tersebut.

Politikus dari partai Bhartiya Janata (BJP) yang berkuasa, merespons tragedi memilukan ini. Ia menyatakan, kehilangan kepercayaan terhadap polisi di Jammu.

"Apakah tidak ada pejabat polisi lokal beragama Hindu yang mampu? Gadis itu muslim dan para penyelidiknya juga muslim," tutur Rakesh Singh.

Singh bersikeras bahwa orang-orang yang ditangkap tidak bersalah dan bahwa penyelidikan terpisah harus diluncurkan.

Di tengah kontroversi yang bergulir, Perdana Menteri Narendra Modi didesak untuk buka suara terkait masalah ini. Pihak oposisi menilai, BJP tidak melakukan banyak hal atas kasus yang menewaskan seorang bocah perempuan.

Rahul Gandhi, pemimpin Kongres Nasional India, memimpin momen nyala lilin di New Delhi pada Kamis malam. Itu merupakan sebuah simbol untuk mengharapkan keadilan dalam kasus ini, juga kasus pemerkosaan lainnya yang terjadi di negara bagian Uttar Pradesh yang dikuasai BJP.

Gandhi bergabung dengan lebih dari 1.000 orang yang membawa spanduk dan plakat. "Bagaimana orang bisa melindungi penjahat jahat semacam itu?" kata Gandhi dalam sebuah pernyataan yang dirilis di media sosial.

Pemerintah negara bagian Jammu dan Kashmir, yang dipimpin oleh menteri utama, Mehbooba Mufti telah dengan tegas membantah tuduhan bahwa prosedur yang tepat telah dikesampingkan selama penyelidikan.

"Hukum tidak akan terhambat oleh tindakan dan pernyataan yang tidak bertanggung jawab dari sekelompok orang," katanya di Twitter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.