Sukses

Korsel Akan Kirim Gangnam Style dan Artis K-Pop ke Korea Utara

Korsel berencana mengirim sejumlah artis K-pop, termasuk pelantun lagu Gangnam Style, Psy untuk berkonser di ibu kota Korea Utara pekan depan

Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan berencana mengirim sejumlah artis K-pop, termasuk pelantun lagu Gangnam Style, Psy untuk berpentas di ibu kota Korea Utara selama dua hari berturut-turut pekan depan.

Kabar itu telah ramai diberitakan oleh berbagai media Korea Selatan sejak awal pekan ini. Berbagai media juga menyebut rencana itu sebagai sebuah strategi diplomasi Negeri Ginseng guna mempersiapkan dialog damai antara kedua negara pada April 2018 mendatang.

"Kami telah secara formal mengajukan rencana itu ke Korea Utara. Termasuk membahas kemungkinan keikutsertaan Psy," kata seorang pejabat di Seoul seperti yang ditayangkan oleh media Korsel MBC TV.

Selain pelantun Gangnam Style itu, artis K-pop lain yang mungkin akan pentas di konser tersebut adalah girlband Red Velvet.

Meski begitu, pejabat itu tak menjelaskan secara detail tanggal dan lokasi persis pentas tersebut.

Seperti dikutip dari Manila Times (26/3/2018), konser K-pop di Pyongyang merupakan salah satu paket strategi diplomasi yang diusulkan oleh para diplomat Korea Selatan kala bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan para pejabat tinggi Pyongyang beberapa pekan lalu.

Tujuan dari gelaran konser itu, kata seorang pejabat Korsel adalah memuluskan langkah menuju dialog damai Inter-Korea Summit bulan depan.

Korea Utara Diprediksi Menolak?

Di sisi lain, Korea Utara diprediksi akan menolak usulan tersebut, kata pemberitaan sejumlah media Korea Selatan. Mereka menilai bahwa pagelaran semacam itu tak sesuai dengan 'nilai-nilai konservatif' di negara paling menutup diri di muka Bumi itu.

Beberapa artis K-pop, seperti Psy, dinilai kerap menampilkan aksi konser yang eksentrik. Misalnya, melepas pakaian, mengucapkan sumpah-serapah, atau aksi publisitas lainnya kala berpentas di atas panggung.

Ditambah lagi, sejak lama, negara yang menganut rezim otoriter dan kebijakan isolasi itu membatasi bahkan menutup diri dari pengaruh budaya luar -- termasuk yang datang dari tetangga mereka sendiri di Selatan.

Bahkan, rezim itu menerapkan hukuman keras bagi warga negaranya yang terpengaruh atau mempraktikkan budaya atau gaya hidup asing.

Kendati demikian, hingga saat ini, Korea Utara belum memberikan tanggapan resmi seputar pagelaran konser K-pop tersebut.

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pertemuan Rahasia Korsel, Korut, AS

Kabar itu datang beberapa hari usai belasan delegasi Amerika Serikat, Korea Selatan dan Korea Utara mengadakan pertemuan di Finlandia pekan lalu.

Pertemuan informal, tertutup, dan dirahasiakan dari sorot media itu dilaksanakan selama dua hari, pada 19 - 20 Maret 2018, di Helsinki, kata pejabat Finlandia yang baru membeberkan kabar itu pada Rabu, 21 Maret 2018.

Pertemuan tripartit itu berlangsung dalam nuansa yang hangat, kata pihak Kementerian Luar Negeri Finlandia selaku fasilitator.

"Topik pembahasan dalam pertemuan itu ditujukan untuk membangun rasa saling percaya antara ketiga negara dan mengurangi tensi seputar isu Semenanjung Korea," lanjut Kemlu Finlandia seperti dikutip dari Time 22 Maret 2018.

Meski membahas isu Semenanjung Korea, topik denuklirisasi dan perlucutan senjata Korea Utara tak menjadi agenda pertemuan itu, kata Menteri Luar Negeri Finlandia Timo Soini.

Kendati demikian, beberapa pihak tetap menyebut pertemuan itu menyimbolisasikan perkembangan dinamika positif menuju dialog damai seputar isu Semenanjung Korea yang akan segera datang.

Belasan Delegasi AS, Korut, Korsel, PBB, dan Eropa

Ketiga negara diwakili oleh masing-masing 6 diplomat, plus pemantau dari PBB dan Eropa. Namun, identitas mereka semua dirahasiakan. Termasuk, detail pembicaraan antara masing-masing pihak dalam pertemuan tersebut.

Menurut informasi yang bocor ke media, beberapa figur delegasi yang hadir meliputi; Choe Kang-il (diplomat Korut yang bertanggung jawab pada kawasan Amerika Utara) dan Kathleen Stephens (mantan Duta Besar AS untuk Korea Selatan).

Media juga menduga bahwa beberapa figur yang turut hadir dalam pertemuan itu adalah para akademisi dan mantan pejabat tinggi ketiga negara.

Mereka juga mungkin membahas seputar kerangka pertemuan dan dialog damai antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang diduga kuat akan berlangsung pada akhir Mei nanti.

Trump telah setuju agar pertemuan dilaksanakan pada akhir Mei, sekitar sebulan usai Inter-Korea Summit (dialog antara Utara dan Selatan).

Namun, pihak Korut belum memberikan kepastian terkait usulan Trump. Akan tetapi, media pemerintah The Hermit State melaporkan indikasi positif bahwa pejabat tinggi Korea Utara mungkin setuju atas usulan itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.