Sukses

Terkuak, Misteri Gempa Bumi di Texas dalam 10 Tahun Terakhir

10 tahun terakhir, Texas mengalami gempa dengan getaran halus namun kerap terjadi. Ada apa di perut Bumi?

Liputan6.com, Austin - Dalam 10 tahun terakhir, Negara Bagian Texas, AS, diguncang sejumlah gempa bumi misterius. Lindu itu terjadi dengan getaran halus dan kerap terjadi.  Di beberapa kota, aktivitas seismik tersebut meningkat drastis.

Pada tahun 2008, dua gempa bumi dengan kekuatan lebih dari 3 skala Ritcher pernah menimpa Texas. Delapan tahun kemudian, lindu berkekuatan serupa terjadi hingga lebih dari 12 kali.

Rupanya, gempa di Texas dalam satu dekade terakhir itu bukan terjadi karena alam. Namun, manusialah penyebabnya, dengan kecurigaan aktivitas tambang serta pembuatan dam. Hal itu diungkapkan dalam sebuah studi terbaru seperti dikutip dari The Washington Post pada Selasa (28/11/2017).

Dalam 10 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan ekstraksi gas alam - termasuk fracking, atau rekahan hidrolik juga teknik lainnya yang menghasilkan banyak air limbah. Hal itu biasa dilakukan oleh para industri pertambangan.

Untuk menyingkirkan limbah, air disuntikkan jauh ke dalam tanah.

Ketika air limbah berhasil masuk ke dalam tanah, tekanan air menyenggol retakan kuno. Pelepasan tektonik pun terjadi dan menyebabkan getaran tanah.

Penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal Science Advances. Para ahli mengatakan industri minyak dan gas bertanggung jawab terhadap peningkatan aktivitas seismik.

Untuk mengerti apakah gempa bumi terjadi akibat aktivitas manusia atau alami, para peneliti menganalisis dua sejarah patahan gempa di area yang berbeda. Yakni, Fort Worth Basin di Texas dan Tluk di utara Mississippi. Temuan mereka menguak bahwa patahan kuno itu justru sama sekali jarang bergerak.

"Tidak ada aktivitas sepanjang retakan ini selama 300 juta tahun," kata Beatrice Magnani, penulis utama studi dan seismolog di Southern Methodist University, kepada Scientific American.

"Secara geologis, kami biasanya mendefinisikan patahan ini telah mati," lanjutnya.

Karena hanya ada sedikit gerakan, Magnani dan rekannya menunjukkan penyebab lain: injeksi air limbah. Dalam makalah, mereka berpendapat bahwa ketika air limbah dari penggalian gas alam merembes turun ke dalam kesalahan, hal itu dapat mengganggu patahan itu, yang pada akhirnya menyebabkan gempa bumi.

Namun, tidak ada cara untuk mengetahui secara pasti apakah pengeboran atau alam-lah yang menyebabkan tanah bergemuruh.

"Ini adalah periode yang bikin para ilmuan menggaruk kepalanya karena kebingungan," kata Magnani kepada The Washington Post terkait fenomena gempa bumi Texas yang semakin intens dalam 10 tahun belakangan itu. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penelitian Perdana

Mengandalkan apa yang disebut "data refleksi seismik," tim peneliti melihat foto yang dibuat oleh gelombang suara yang jauh di bawah permukaan Bumi. Para ilmuan yakin penelitian mereka adalah satu-satunya studi yang dipublikasikan untuk meneliti gempa bumi sedemikian rupa.

"Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang membedakan natural dan induced seismicity dengan menggunakan teknik analisis geologi struktural klasik," tulis mereka.

Oklahoma juga melihat gelombang gempa bumi yang tidak wajar. Tim berharap pendekatan mereka bisa diterapkan di sana juga.

"Kami berharap tanggapan dari rekan kami akan menyebarkan teknik ini di tempat lain," Michael Blanpied, rekan penulis studi dan ahli geofisik US Geological Survey, mengatakan kepada The Washington Post.

Ilmuwan lain sebelumnya telah mengetahui bahwa beberapa gempa bumi disebabkan oleh aktivitas manusia, namun jumlahnya sedikit dan jauh, menurut para periset di University of Texas di Austin.

"Di beberapa bagian Texas, sebagian besar episenter gempa terjadi di dekat ladang minyak atau sumur injeksi," kata University of Texas di situs Austin.

"Untungnya, sebagian besar ladang minyak dan sumur injeksi tidak menyebabkan gempa bumi, dan sebagian besar gempa yang disebabkan manusia itu kecil dan tidak berbahaya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini