Sukses

Perempuan Terberat Sedunia Meninggal

Bobot Eman Ahmed Abd El Aty diklaim telah menyusut usai operasi di India. Namun, ia dikabarkan meninggal akibat komplikasi.

Liputan6.com, Dubai - Seorang perempuan asal Mesir yang sempat membuat heboh sejagat karena dianggap sebagai wanita terberat di dunia dilaporkan meninggal dunia di Uni Emirat Arab.

Perempuan bernama Eman Ahmed Abd El Aty sempat menjadi sorotan dokter di India setelah ia menjalani bedah bariatrik. Operasi dilakukan untuk mengurangi berat badannya. Pasca-operasi, Eman diangkut ke UEA. 

Media lokal melaporkan bahwa ia telah kehilangan lebih dari 300 kg dari total beratnya yang konon mencapai 500 kg. Namun, seperti dikutip dari BBC, Selasa (26/9/2017), Eman tak sempat mencapai berat ideal karena ia meninggal dunia.

Meski begitu, menurut dokter, sebab kematian bukan karena pembedahan bariatrik, melainkan komplikasi dari penyakit yang telah ia miliki sebelumnya.

Menurut pernyataan rumah sakit, perempuan 37 tahun itu meninggal karena penyakit jantung dan gagal ginjal.

"Doa dan perhatian kami tujukan kepada keluarganya," ungkap pihak Rumah Sakit Saifee di Mumbai.

Eman telah berada di rumah sakit Abu Dhabi sejak Mei lalu. Ia ditransfer ke ibu kota Uni Emirat Arab itu setelah menjalani pembedahan tersebut.

Sebelum dibedah, keluarga Eman mengatakan bahwa perempuan itu tak pernah meninggalkan rumahnya selama 25 tahun.

Setelah kampanye yang dilakukan saudara perempuannya terkait kondisi sang adik, ia akhirnya berhasil pergi ke Mumbai dengan pesawat sewaan yang dibiayai seorang dokter bedah India.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keluarga Tuding Dokter India Bohong

April lalu, sebelum dibawa ke Uni Emirat Arab, sang kakak pernah terlibat perseteruan dengan tim dokter di India yang sempat mengurus Eman.

Ia menuding mereka berbohong atas laporan bahwa berat badan Eman berhasil diturunkan.

"Mereka bohong bahwa berat badan adik saya sudah turun. Adik saya memang pernah stroke, tapi selebihnya dia baik-baik saja," kata sang kakak kala itu.

Namun, Rumah Sakit Saifee menolak keras tuduhan itu.

Perseteruan antara sang kakak, Shaimaa Selim dan rumah sakit bermula ketika ia merilis sebuah video di media sosial. Dalam rekaman itu, Eman masih belum bisa berbicara atau bergerak. Berat tubuhnya pun tak berkurang drastis seperti yang diklaim rumah sakit.

"Dia (dokter Muffazal Lakdawala yang memimpin operasi) sama sekali tidak bisa mengurangi berat badan adik saya, baik itu sebelum maupun sesudah operasi. Jika dia punya bukti adik saya kehilangan berat badan, mana video before and after-nya?" kata Shaimaa kepada BBC.

Mendeskripsikan bahwa Eman sebelumnya baik-baik saja, Shaimaa berkata, "Oksigen tidak normal di tubuhnya, dia harus memakai masker oksigen hampir setiap saat. Ada sebuah tabung dari hidung ke perutnya karena dia tidak bisa makan atau minum dengan baik dari mulutnya."

Eman Ahmed Abd El Aty mengalami obesitas. Bobot tubuhnya mencapai 500 kilogram (Saifee Hospital)

Namun, seorang juru bicara rumah sakit mengatakan kepada BBC bahwa Eman ditimbang lagi pada Senin dan beratnya kala itu 172 kg. Dr Lakdawala juga membantah keras tuduhan tersebut dalam sebuah kicauan.

"Shaimaa Selim kamu telah membunuh kemanusiaan dengan satu umpatan yang mungkin hanya Tuhan yang bisa membantumu ketika kamu sadar apa yang telah kamu lakukan. Saya akan terus merawat dan berdoa untuk Eman."

Eman Abd El Aty menderita stroke pada usia 11 tahun. Berat badannya melonjak drastis sehingga dia tidak dapat meninggalkan rumahnya selama 25 tahun.

Dia diterbangkan dengan sebuah pesawat khusus pada Januari ke Rumah Sakit Saifee di Mumbai di mana dia menjalani operasi bariatrik pada Maret oleh sebuah tim dokter, yang dipimpin oleh Dr Lakdawala.

Rumah sakit tersebut mengatakan bahwa sekarang dia bisa muat ke kursi roda dan duduk untuk jangka waktu yang lebih lama. Mereka merilis gambar baru Eman setelah operasi pengurangan berat badan.

Operasi bariatrik, yang juga dikenal sebagai operasi penurunan berat badan, digunakan sebagai upaya terakhir untuk mengobati orang-orang yang mengalami obesitas berbahaya (memiliki indeks massa tubuh 40 atau lebih, atau 35 dengan kondisi kesehatan terkait obesitas lainnya).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.